Pertumbuhan Ritel Indonesia Peringkat 12 Dunia
A
A
A
JAKARTA - Indonesia berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia dalam indeks sejak 2001.
Peringkat GRDI meliputi 30 besar negara-negara berkembang dalam investasi ritel di seluruh dunia. Indeks menganalisis 25 variabel makroekonomi dan ritel khusus untuk membantu menyusun strategi global dalam mengidentifikasi peluang investasi pasar.
AT Karney menyebutkan peringkat Indonesia dibantu prospek positif perekonomian. Ketidakpastian ekonomi telah mereda setelah pemilihan Presiden Joko Widodo, Juli 2014 lalu.
Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan akan rebound setelah mencapai angka terendah dalam lima tahun pada awal 2015, dan melebihi pasar regional lainnya ke depan.
Meskipun sedikit mengalami penurunan penjualan ritel per kapita tahun lalu, total penjualan ritel tumbuh 14,5%. Sektor ini turun pada awal tahun ini, tetapi ritel terus ditarik penduduk Indonesia yang besar dan pertumbuhan kelas menengah. AT Karney mencatat pasar ritel di Indonesia saat ini mencapai USD326 miliar atau senilai Rp4.306 triliun.
"Temuan ini mengkonfirmasi optimisme GRDI jangka menengah di Indonesia dan dunia ritel terkemuka melihat potensi negara ini. Kelas menengah tumbuh, ditambah dengan pelukan konsumen dari berbagai format dan saluran menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan Indonesia di masa depan," kata Presiden Direktur AT Kearney Indonesia, John Kurtz dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Senin (1/6/2015).
"Semua mata tertuju pada indeks seperti ini untuk menentukan apakah Indonesia akhirnya akan jatuh tempo menjadi pasar yang semua orang harapkan," tambahnya.
Pasar ritel di Indonesia terus berkembang, dan itu memerlukan perbaikan infrastruktur dan peraturan yang lebih menguntungkan untuk membantu sektor ini tumbuh lebih lanjut.
Pada Februari 2015, pemerintah mengumumkan rencana investasi USD22 miliar pada proyek infrastruktur, meskipun beberapa investor skeptis karena potensi penggunaan dana yang tidak efektif.
Di sisi lain, peraturan masih tetap ketat, setelah Kementerian Perdagangan baru-baru ini menegaskan pembatasan jumlah maksimum waralaba dan toko.
Minimarket Indomaret dan Alfamart lokal berencana meningkatkan jejak kaki mereka di seluruh negeri. Di segmen hypermarket, Hypermart berencana memperluas usaha di Indonesia Timur. Sementara perusahaan ekuitas swasta AS Warburg Pincus telah membentuk usaha patungan dengan Indonesia's Nirvana Development untuk mengembangkan hypermarket di tiga kota.
Pemain global juga bergerak. Pendatang baru pada 2014, termasuk SPAR Internasional, American Eagle Outfitters, dan WHSmith, dan Lotte (Korea Selatan), sudah ada di segmen department store. Selain itu, 7-Eleven, Parkson, Aeon, KFC, dan Domino Pizza semuanya mengumumkan rencana ekspansi.
Peringkat GRDI meliputi 30 besar negara-negara berkembang dalam investasi ritel di seluruh dunia. Indeks menganalisis 25 variabel makroekonomi dan ritel khusus untuk membantu menyusun strategi global dalam mengidentifikasi peluang investasi pasar.
AT Karney menyebutkan peringkat Indonesia dibantu prospek positif perekonomian. Ketidakpastian ekonomi telah mereda setelah pemilihan Presiden Joko Widodo, Juli 2014 lalu.
Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan akan rebound setelah mencapai angka terendah dalam lima tahun pada awal 2015, dan melebihi pasar regional lainnya ke depan.
Meskipun sedikit mengalami penurunan penjualan ritel per kapita tahun lalu, total penjualan ritel tumbuh 14,5%. Sektor ini turun pada awal tahun ini, tetapi ritel terus ditarik penduduk Indonesia yang besar dan pertumbuhan kelas menengah. AT Karney mencatat pasar ritel di Indonesia saat ini mencapai USD326 miliar atau senilai Rp4.306 triliun.
"Temuan ini mengkonfirmasi optimisme GRDI jangka menengah di Indonesia dan dunia ritel terkemuka melihat potensi negara ini. Kelas menengah tumbuh, ditambah dengan pelukan konsumen dari berbagai format dan saluran menjadi pertanda baik bagi pertumbuhan Indonesia di masa depan," kata Presiden Direktur AT Kearney Indonesia, John Kurtz dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, Senin (1/6/2015).
"Semua mata tertuju pada indeks seperti ini untuk menentukan apakah Indonesia akhirnya akan jatuh tempo menjadi pasar yang semua orang harapkan," tambahnya.
Pasar ritel di Indonesia terus berkembang, dan itu memerlukan perbaikan infrastruktur dan peraturan yang lebih menguntungkan untuk membantu sektor ini tumbuh lebih lanjut.
Pada Februari 2015, pemerintah mengumumkan rencana investasi USD22 miliar pada proyek infrastruktur, meskipun beberapa investor skeptis karena potensi penggunaan dana yang tidak efektif.
Di sisi lain, peraturan masih tetap ketat, setelah Kementerian Perdagangan baru-baru ini menegaskan pembatasan jumlah maksimum waralaba dan toko.
Minimarket Indomaret dan Alfamart lokal berencana meningkatkan jejak kaki mereka di seluruh negeri. Di segmen hypermarket, Hypermart berencana memperluas usaha di Indonesia Timur. Sementara perusahaan ekuitas swasta AS Warburg Pincus telah membentuk usaha patungan dengan Indonesia's Nirvana Development untuk mengembangkan hypermarket di tiga kota.
Pemain global juga bergerak. Pendatang baru pada 2014, termasuk SPAR Internasional, American Eagle Outfitters, dan WHSmith, dan Lotte (Korea Selatan), sudah ada di segmen department store. Selain itu, 7-Eleven, Parkson, Aeon, KFC, dan Domino Pizza semuanya mengumumkan rencana ekspansi.
(dmd)