Binakarya Tawarkan Harga IPO Rp900-1.300

Sabtu, 13 Juni 2015 - 10:08 WIB
Binakarya Tawarkan Harga IPO Rp900-1.300
Binakarya Tawarkan Harga IPO Rp900-1.300
A A A
JAKARTA - Calon emiten yang bergerak di bisnis properti PT Binakarya Jaya Abadi menawarkan harga penawaran umum saham perdana (initial public offering /IPO) sebesar Rp900-1.300 per saham.

Direktur PT RHB OSK Sekuritas Indonesia Shiantaraga, sebagai penjamin emisi (underwriter) mengatakan, Binakarya Jaya berencana menerbitkan 238,15 juta saham atau setara 35% dari modal dan ditempatkan dan disetor penuh. ”Perseroan menawarkan harga nominal Rp100 per saham. Adapun dana yang dihimpun mencapai Rp215 miliar sampai Rp310 miliar,” ujarnya saat paparan publik perseroan di Jakarta kemarin.

Dia menjelaskan, dari perolehan dana IPO tersebut sebagian besar atau sekitar 50% digunakan perseroan sebagai belanja modal. Sisanya, sekitar 30%, untuk pembayaran utang (refinancing ) dan 20% untuk modal kerja. ”Masa bookbuilding dimulai sejak 10-17 Juni 2015. Perseroan berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan pernyataan efektif pada 26 Juni 2015,” tuturnya.

Selain itu, masa penawaran umum pada 29 Juni-1 Juli 2015, penjatahan saham pada 3 Juli 2015 dan distribusi saham pada 7 Juli 2015. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Juli 2015.

Sementara itu, Direktur Binakarya Jaya Abadi Nathalia Setiawan menjelaskan, perseroan hingga akhir tahun ini menargetkan pendapatan tumbuh 36,84% menjadi Rp1,3 triliun dibanding perolehan tahun lalu sebesar Rp950 miliar. Nathalia juga mengatakan target pendapatan tahun ini didorong oleh sejumlah proyek properti yang tengah dikembangkan perseroan.

Sejumlah proyek yang masih dijalankan di antaranya 6 proyek apartemen, 3 proyek residensial dan 11 proyek komersial. ”Target pendapatan tahun ini sekitar Rp1,3 triliun, sedangkan pencapaian tahun lalu sebesar Rp950 miliar,” paparnya. Seiring dengan meningkatnya target pendapatan, menurut dia, Binakarya juga turut mendorong pertumbuhan laba bersih dan laba kotor hingga akhir tahun ini.

Laba bersih perusahaan dipatok sebesar 20-25% dari target hingga akhir tahun ini atau mencapai Rp260 miliar- 325 miliar. Laba kotor ditargetkan sebesar 40-45% atau mencapai Rp520 miliar- 585 miliar sepanjang 2015. ”Kami juga tengah fokus menggenjot recurring income (pendapatan berulang) di tahun-tahun mendatang, kontribusi recurring income tahun ini memang masih sekitar 8% dari total pendapatan,” paparnya.

Lebih lanjut Nathalia menjelaskan, perseroan saat ini tengah membangun Swiss Bel Hotel di wilayah Kuta, Bali. Diharapkan dengan beroperasinya hotel ini turut mendongkrak pendapatan dari recurring income. ”Recurring income dari tahun lalu sebesar Rp8 miliar, diharapkan dengan pembukaan Swiss Bel Hotel Bali bisa mendorong recurring income . Kami juga tengah menjajaki pembangunan hotel berikutnya,” ucapnya.

Presiden Direktur Binakarya Jaya Abadi Budianto Halim optimistis dengan pasar properti Indonesia yang akan terus tumbuh ke depan, sehingga perusahaannya berani masuk pasar modal. ”Properti nasional masih menyisakan pertumbuhan yang baik, didukung pertumbuhan laju penduduk dan taraf hidup yang juga meningkat. Jadi kita upayakan optimalisasi dengan masuk pasar modal,” ujarnya.

Dia menambahkan, selain fokus pada bisnis inti, yakni penjualan unit properti, perusahaan juga merambah ke komersial kompleks dan hotel. Binakarya melalui anak usahanya juga memproduksi bata ringan dengan kapasitas produksi 180.000 m3 per tahun.

Saat ini perseroan memiliki pengembangan lahan seluas 689.625 m2, dengan land bank seluas 369.524 m2. Adapun tiga proyek properti baru akan dikembangkan melalui entitas anak usaha perseroan, di antaranya Hotel Horisan Bali oleh PT Binakarya Makmur Sentosa, dengan luas area mendekati 2.000 m2, ditargetkan selesai tahun 2017.

Proyek kedua adalah Hotel Dhyana Pura Seminyak, dibangun oleh PT Karya Cipta Makmur Abadi dengan luas lahan hampir 13.000 m2 dan ditargetkan selesai pada 2018. Proyek ketiga yang dibangun oleh PT Binakarya Makmur Abadi, yakni Apartemen Juanda, Bekasi. Luas lahan proyek ketiga ini melebihi 11.000 m2, dan ditargetkan tuntas pada 2019.

Heru febrianto
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.6908 seconds (0.1#10.140)