Tukar Guling Mitratel-TBIG Diharapkan Tuntas Bulan Ini
A
A
A
JAKARTA - Investor berharap transaksi tukar guling (share swap) antara anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dapat selesai bulan ini.
Pasalnya, jika tertunda dikhawatirkan pasar akan langsung merespon negatif saham Telkom, sehingga akan merugikan. Akhir bulan ini transaksi tukar saham akan mencapai tahap finalisasi.
Analis saham NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, transaksi Mitratel dan TBIG sebaiknya selesai di bulan ini.
Dia mengingatkan, apabila transaksi tersebut tertunda bisa berdampak negatif pada nilai transaksi saham Telkom ke depan. Karena menurutnya, investor akan langsung melihat ada masalah dalam transaksi jika tertunda.
Akibatnya, membutuhkan penanganan manajemen untuk menjelaskan apakah masalahnya karena syarat perizinan atau soal kesepakatan nilai.
"Jangan sampai berlarut-larut lagi hingga akhir tahun. Isu dari DPR cukup berpengaruh negatif terhadap emiten BUMN. Investor akan menghubungkannya dengan kinerja perseroan ke depannya," ujar Reza di Jakarta, Selasa (16/6/2015).
Selain berimbas pada harga saham, menurut dia, juga pada efisiensi karena ada biaya yang harus ditanggung.
"Ini emiten besar yang langsung direspon pasar. Kalau emiten second line belum tentu langsung direspon. Karena itu seharusnya bisa tercapai kesepakatan di akhir bulan ini, namun terlalu banyak pihak berkepentingan," ujarnya.
Isu penolakan dari DPR, disebutnya dapat menghalangi transaksi. Padahal antara kedua korporasi sudah sepakat dengan pembayaran skema sebagian tunai dan saham.
"Walaupun Telkom minoritas di TBIG tapi nanti bisa menambah sahamnya. Sedangkan Telkom bisa efisien dalam operasional pengelolaan menara. Ini menguntungkan keduanya karena untuk TBIG ini berarti ekspansi," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, transaksi tersebut wajar dilakukan karena Telkom tidak memiliki spesialisasi dalam bisnis menara.
Dia menyayangkan kisruh penolakan dari DPR untuk transaksi tersebut. Sementara menurutnya, aspirasi investor di pasar modal menginginkan transaksi tersebut terjadi secepatnya.
"Kami di market tidak lihat ada masalah apa-apa. Kami tidak mengerti masalah yang terlalu berbau politis seperti penolakan dari DPR. Mungkin ada konflik kepentingan untuk meraih keuntungan," ujarnya.
Menurut dia, transaksi pertukaran saham kedua korporasi itu dipastikan saling menguntungkan. Dia meyakini, direksi Telkom pun juga melihat TBIG sangat prospektif ke depannya.
Pasalnya, jika tertunda dikhawatirkan pasar akan langsung merespon negatif saham Telkom, sehingga akan merugikan. Akhir bulan ini transaksi tukar saham akan mencapai tahap finalisasi.
Analis saham NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, transaksi Mitratel dan TBIG sebaiknya selesai di bulan ini.
Dia mengingatkan, apabila transaksi tersebut tertunda bisa berdampak negatif pada nilai transaksi saham Telkom ke depan. Karena menurutnya, investor akan langsung melihat ada masalah dalam transaksi jika tertunda.
Akibatnya, membutuhkan penanganan manajemen untuk menjelaskan apakah masalahnya karena syarat perizinan atau soal kesepakatan nilai.
"Jangan sampai berlarut-larut lagi hingga akhir tahun. Isu dari DPR cukup berpengaruh negatif terhadap emiten BUMN. Investor akan menghubungkannya dengan kinerja perseroan ke depannya," ujar Reza di Jakarta, Selasa (16/6/2015).
Selain berimbas pada harga saham, menurut dia, juga pada efisiensi karena ada biaya yang harus ditanggung.
"Ini emiten besar yang langsung direspon pasar. Kalau emiten second line belum tentu langsung direspon. Karena itu seharusnya bisa tercapai kesepakatan di akhir bulan ini, namun terlalu banyak pihak berkepentingan," ujarnya.
Isu penolakan dari DPR, disebutnya dapat menghalangi transaksi. Padahal antara kedua korporasi sudah sepakat dengan pembayaran skema sebagian tunai dan saham.
"Walaupun Telkom minoritas di TBIG tapi nanti bisa menambah sahamnya. Sedangkan Telkom bisa efisien dalam operasional pengelolaan menara. Ini menguntungkan keduanya karena untuk TBIG ini berarti ekspansi," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, transaksi tersebut wajar dilakukan karena Telkom tidak memiliki spesialisasi dalam bisnis menara.
Dia menyayangkan kisruh penolakan dari DPR untuk transaksi tersebut. Sementara menurutnya, aspirasi investor di pasar modal menginginkan transaksi tersebut terjadi secepatnya.
"Kami di market tidak lihat ada masalah apa-apa. Kami tidak mengerti masalah yang terlalu berbau politis seperti penolakan dari DPR. Mungkin ada konflik kepentingan untuk meraih keuntungan," ujarnya.
Menurut dia, transaksi pertukaran saham kedua korporasi itu dipastikan saling menguntungkan. Dia meyakini, direksi Telkom pun juga melihat TBIG sangat prospektif ke depannya.
(rna)