Ini Kota Paling Mahal Sejagat bagi Ekspatriat
A
A
A
JAKARTA - Di kota paling mahal sejagat untuk ekspatriat ini, makan makanan cepat saji akan membuat Anda mengeluarkan uang USD17, celana jins sebesar USD250 dan apartemen USD6.800/bulan.
Kota ini bernama Luanda, ibu kota Angola yang kaya minyak. Luanda menduduki urutan paling atas berdasarkan survei yang dirilis oleh konsultan sumber daya manusia, Mercer 2015, hari ini.
Kota pelabuhan di Afrika tersebut mendapat gelar kota termahal di dunia setiap tahun sejak 2010, kecuali 2012, yang digeser Tokyo.
"Meskipun diakui sebagai kota yang relatif murah, biaya barang impor dan kondisi kehidupan yang aman di negara ini berada di harga yang terlalu tinggi," kata Mercer seperti dilansir dari CNBC, Rabu (17/6/2015).
Luanda menarik ekspatriat yang bekerja untuk perusahaan multinasional di sektor energi atau berlian.
Afrika, Asia, dan kota-kota Eropa mendominasi peringkat 10 kota paling mahal untuk karyawan yang bekerja di luar negeri.
Hong Kong menempati posisi kedua setelah Luanda sebagai kota paling mahal, tercerminkan dari ketahanan dolar Hong Kong terhadap dolar AS (USD).
Sementara Zurich, Singapura dan Jenewa masing-masing berada pada peringkat ketiga, keempat dan kelima. Selanjutnya secara berurutan, Shanghai, Beijing, Seoul, Bern dan N'Djamena, ibu kota Chad.
Survei Mercer memperingkat 207 kota di lima benua, dengan membandingkan biaya hidup lebih dari 200 item di setiap lokasi, termasuk perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang-barang rumah tangga dan hiburan dalam USD.
Hal ini digunakan untuk membantu perusahaan multinasional dan pemerintah menentukan tunjangan kompensasi bagi karyawan ekspatriat.
Survei tahun ini menemukan ketidakstabilan di pasar perumahan dan inflasi barang dan jasa di antara faktor-faktor terbesar dalam biaya bisnis di lingkungan global.
Di Luanda dibutuhkan biaya USDD6.800/bulan untuk menyewa perabotan apartemen dua kamar tidur dengan standar internasional, lebih tinggi dibanding New york, yang hanya USD5.500 dan USD4.899 di London. Keduanya berada di urutan 16 dan 12.
Sementara benua Eropa menduduki peringkat di atas 10. Peringkat kota-kota Eropa Barat sebenarnya turun karena melemahnya euro terhadap USD. Paris dan Milan, misalnya, tergelincir dari peringkat 19 dan 23 ke peringkat 46 dan 53.
"Mata uang Eropa telah melemah terhadap USD, yang mendorong kota-kota Eropa Barat turun peringkat. Selain itu, faktor-faktor lain, seperti ekonomi zona Eropa, penurunan suku bunga dan meningkatnya pengangguran telah berdampak ke kota-kota tersebut," kata Mercer.
Sebaliknya kota-kota Amerika naik peringkat secara dramatis, mencerminkan menguatnya USD. New York berada pada peringkat tertinggi, sedangkan kota di Pantai Barat, termasuk Los Angeles dan Seattle masing-masing naik ke urutan 26 dan 47 dari sebelumnya 36 dan 106.
Adapun Portland dan Winston-Salem adalah kota paling mahal di AS, yang berada di peringkat 135 dan 157.
Kota ini bernama Luanda, ibu kota Angola yang kaya minyak. Luanda menduduki urutan paling atas berdasarkan survei yang dirilis oleh konsultan sumber daya manusia, Mercer 2015, hari ini.
Kota pelabuhan di Afrika tersebut mendapat gelar kota termahal di dunia setiap tahun sejak 2010, kecuali 2012, yang digeser Tokyo.
"Meskipun diakui sebagai kota yang relatif murah, biaya barang impor dan kondisi kehidupan yang aman di negara ini berada di harga yang terlalu tinggi," kata Mercer seperti dilansir dari CNBC, Rabu (17/6/2015).
Luanda menarik ekspatriat yang bekerja untuk perusahaan multinasional di sektor energi atau berlian.
Afrika, Asia, dan kota-kota Eropa mendominasi peringkat 10 kota paling mahal untuk karyawan yang bekerja di luar negeri.
Hong Kong menempati posisi kedua setelah Luanda sebagai kota paling mahal, tercerminkan dari ketahanan dolar Hong Kong terhadap dolar AS (USD).
Sementara Zurich, Singapura dan Jenewa masing-masing berada pada peringkat ketiga, keempat dan kelima. Selanjutnya secara berurutan, Shanghai, Beijing, Seoul, Bern dan N'Djamena, ibu kota Chad.
Survei Mercer memperingkat 207 kota di lima benua, dengan membandingkan biaya hidup lebih dari 200 item di setiap lokasi, termasuk perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang-barang rumah tangga dan hiburan dalam USD.
Hal ini digunakan untuk membantu perusahaan multinasional dan pemerintah menentukan tunjangan kompensasi bagi karyawan ekspatriat.
Survei tahun ini menemukan ketidakstabilan di pasar perumahan dan inflasi barang dan jasa di antara faktor-faktor terbesar dalam biaya bisnis di lingkungan global.
Di Luanda dibutuhkan biaya USDD6.800/bulan untuk menyewa perabotan apartemen dua kamar tidur dengan standar internasional, lebih tinggi dibanding New york, yang hanya USD5.500 dan USD4.899 di London. Keduanya berada di urutan 16 dan 12.
Sementara benua Eropa menduduki peringkat di atas 10. Peringkat kota-kota Eropa Barat sebenarnya turun karena melemahnya euro terhadap USD. Paris dan Milan, misalnya, tergelincir dari peringkat 19 dan 23 ke peringkat 46 dan 53.
"Mata uang Eropa telah melemah terhadap USD, yang mendorong kota-kota Eropa Barat turun peringkat. Selain itu, faktor-faktor lain, seperti ekonomi zona Eropa, penurunan suku bunga dan meningkatnya pengangguran telah berdampak ke kota-kota tersebut," kata Mercer.
Sebaliknya kota-kota Amerika naik peringkat secara dramatis, mencerminkan menguatnya USD. New York berada pada peringkat tertinggi, sedangkan kota di Pantai Barat, termasuk Los Angeles dan Seattle masing-masing naik ke urutan 26 dan 47 dari sebelumnya 36 dan 106.
Adapun Portland dan Winston-Salem adalah kota paling mahal di AS, yang berada di peringkat 135 dan 157.
(rna)