BI: Inflasi Pekan Kedua Juni 0,44%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi pada pekan kedua Juni sekitar 0,44% (month to month/mtm).
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, angka tersebut terbilang tinggi lantaran efek menjelang bulan suci Ramadan.
"Secara umum inflasi minggu kedua bulan Juni kita sudah dapat hasil survei di kisaran 0,44% dan kita melihat tekanan itu khususnya kalau panen, sudah lewat tapi beberapa komoditi, seperti bawang merah, daging ayam, itu memberi tekanan pada inflasi. Ini juga selaras masuk Ramadan," kata Agus di Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Akan tetapi, lanjut dia, BI menyambut baik respon pemerintah yang saat ini sedang menyusun satu paket kebijakan untuk mengendalikan inflasi.
Di samping itu, Bank Indonesia juga mengharapkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran untuk operasi pasar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2016 mendatang sebagai upaya menjaga stabilitas harga, khususnya bahan pokok.
”Kepada pemerintah, dalam APBD 2016 mungkin bisa dialokasikan anggaran untuk operasi pasar agar stabilitas harga dapat terwujud dan rakyat bisa terhindar dari penderitaan akibat naiknya harga,” ujar dia.
Menurutnya, ada beberapa kendala di sektor riil yang menyebabkan masih terjadinya ketidakstabilan harga di Tanah Air, sehingga berdampak terhadap tingginya inflasi.
Salah satu kendala, terbatasnya kapasitas produksi dalam negeri yang masih relatif rendah dan luas lahan pertanian yang semakin sempit.
Sementara faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga lainnya, yakni rentannya nilai tukar rupiah terhadap gejolak eksternal. Menurut Agus, nilai tukar rupiah cukup tertekan karena memiliki tantangan di bidang defisit transasksi berjalan.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, angka tersebut terbilang tinggi lantaran efek menjelang bulan suci Ramadan.
"Secara umum inflasi minggu kedua bulan Juni kita sudah dapat hasil survei di kisaran 0,44% dan kita melihat tekanan itu khususnya kalau panen, sudah lewat tapi beberapa komoditi, seperti bawang merah, daging ayam, itu memberi tekanan pada inflasi. Ini juga selaras masuk Ramadan," kata Agus di Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Akan tetapi, lanjut dia, BI menyambut baik respon pemerintah yang saat ini sedang menyusun satu paket kebijakan untuk mengendalikan inflasi.
Di samping itu, Bank Indonesia juga mengharapkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran untuk operasi pasar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2016 mendatang sebagai upaya menjaga stabilitas harga, khususnya bahan pokok.
”Kepada pemerintah, dalam APBD 2016 mungkin bisa dialokasikan anggaran untuk operasi pasar agar stabilitas harga dapat terwujud dan rakyat bisa terhindar dari penderitaan akibat naiknya harga,” ujar dia.
Menurutnya, ada beberapa kendala di sektor riil yang menyebabkan masih terjadinya ketidakstabilan harga di Tanah Air, sehingga berdampak terhadap tingginya inflasi.
Salah satu kendala, terbatasnya kapasitas produksi dalam negeri yang masih relatif rendah dan luas lahan pertanian yang semakin sempit.
Sementara faktor yang menyebabkan ketidakstabilan harga lainnya, yakni rentannya nilai tukar rupiah terhadap gejolak eksternal. Menurut Agus, nilai tukar rupiah cukup tertekan karena memiliki tantangan di bidang defisit transasksi berjalan.
(rna)