Asmindo Yakin MEA Peluang Besar Industri Furnitur

Jum'at, 19 Juni 2015 - 02:18 WIB
Asmindo Yakin MEA Peluang...
Asmindo Yakin MEA Peluang Besar Industri Furnitur
A A A
BANDUNG - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Jabar melihat besarnya peluang bisnis bagi industri furnitur nasional pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Pasca implementasi perjanjian MEA yang akan dimulai akhir 2015 diyakini akan membuat produk furnitur nasional lebih leluasa menggarap pasar yang lebih besar dibanding sebelumnya.

Ketua Asmindo Jabar Adang Asep Mulyasari mencontohkan, dari sisi pasar domestik yang hanya 250 juta jiwa, akan membesar menjadi 620 juta jiwa karena MEA. Terlebih ke depannya memasarkan ke negara ASEAN lainnya tidak lagi seperti ekspor.

"Besarnya jumlah pasar ASEAN tentu peluang besar pula bagi industri furnitur nasional. Dengan adanya MEA, memasarkan ke negara ASEAN lainnya bisa dikatakan sama dengan menjual pasar domestik," ujarnya kepada wartawan di Bandung, Kamis (18/6/2015).

Optimisme Adang bukan tanpa alasan. Sebab, dukungan keunggulan produk furnitur nasional cukup menunjang. Menurutnya, produk furnitur nasional memiliki daya saing, bahkan berbagai furnitur nasional memiliki keunggulan lebih banyak dibanding produk negara ASEAN lainnya.

Dengan bahasa lain, kualitas produk dan kreativitas disain furniture nasional masih di atas negara ASEAN Asean lainnya. Maka wajar jika dirinya menganggap adanya MEA memperbesar peluang bisnis untuk industri furnitur nasional.

Di samping itu, bisnis furnitur tampaknya memang sedang 'sexy'. Betapa tidak, saat bisnis lain agak tersendat seiring dengan perekonomian nasional yang sedang lesu, industri furnitur malah tumbuh cukup signifikan.

"Kualitas produk dan kreativitas desain furnitur nasional bisa dibanggakan. Bahkan bisa jadi melampaui produk dari negara ASEAN lain," katanya.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian pada triwulan pertama 2015, industri furnitur nasional mengalami pertumbuhan 5,1%. Lebih dua kali lipat dari angka pertumbuhan pada periode yang sama 2014.

Pertumbuhan yang terbilang istimewa, mengingat kinerja industri lainnya saat ini secara umum sedang mengalami perlambatan. Meskipun begitu, Adang menilai sangat perlu adanya informasi-informasi mengenai berbagai pasar di ASEAN.

Dia mengharapkan pemerintah lewat berbagai konjen ataupun kedutaan besar RI di ASEAN, bisa memberikan informasi semacam market intelligent. Sehingga bisa dijadikan panduan untuk industri furnitur untuk menggarap peluang baru dari pasar ASEAN.

Lebih lanjut dia mengatakan, di dalam market intelligent tersebut bisa memuat data tentang besarnya pasar, jenis produk apa yang memiliki prospek tinggi untuk dipasarkan, sampai kepada tren-tren disain yang sedang digemari di pasar bersangkutan.

"Kita bisa mengoptimalkan peluang yang sangat terbuka lebar pada implementasi MEA dengan memiliki semacam market intelligent ini," ungkapnya.

Pemerintah juga perlu mendorong pengembangan buffer stock (persediaan pengamanan) bahan baku di sentra-sentra industri furnitur. Buffer Stock diharapkan bisa mendekatkan bahan baku kepada tempat produksi, juga akan menjadi jaminan ketersediaan bahan baku. "Dengan begitu harga jual yang dikenakan bisa relatif stabil," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6366 seconds (0.1#10.140)