Menperin: Limbah Gondorukem Bahan Baku Batik

Rabu, 24 Juni 2015 - 19:33 WIB
Menperin: Limbah Gondorukem Bahan Baku Batik
Menperin: Limbah Gondorukem Bahan Baku Batik
A A A
JAKARTA - Industri batik terus tumbuh seiring menjadi identitas nasional dan diekspor ke pasar global. Sayang, pelaku batik mengeluhkan kurangnya bahan baku penguat warna, yaitu gondorukem.

Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengungkapkan, industri kecil menengah (IKM) batik mulai kesulitan mendapatkan getah pohon pinus. Kebanyakan diekspor karena banyak negara yang juga memproduksi batik.

"Untuk mencukupi, kita memfasilitasi mesin untuk memanfaatkan limbah proses pengolahan gondorukem. Kita bisa proses kembali menjadi gondorukem yang bisa digunakan untuk keperluan industri batik," ujar Menperin dalam acara Gelar Batik Nusantara (GBN) di JCC, Jakarta, Rabu (24/6/2015).

Saat ini, produksi gondorukem nasional hanya 80 ribu ton per tahun dan dipasok dari PT Inhutani I dan III di Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan kebutuhan dalam negeri 70 ribu ton per tahun, namun ada kekurangan sekitar 20.000 ton per tahun karena sebagian produksi gondorukem diekspor.

"Hingga kini, tercatat IKM (industri kecil batik) batik sebanyak 39.641 unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 916.783 orang," ujar Saleh Husin.

Sementara nilai produksi batik sebesar USD39,4 juta, serta total ekspor sebesar USD4,1 Juta.

Selain menyalurkan bantuan alat untuk menunjang produksi batik, Kemenperin memfasilitasi promosi dan pemasaran dengan mengikutsertakan IKM Batik pada pameran berskala nasional maupun internasional.

Indonesia sendiri telah mendapatkan pengakuan dunia melalui UNESCO-PBB yang mengukuhkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity peninggalan budaya dunia dari Indonesia pada 29 September 2009 di Abu Dhabi.

Pengukuhan ini membawa konsekuensi bahwa pihak pemerintah Indonesia maupun organisasi kemasyarakatan terkait harus terus menerus secara nyata melestarikan dan mengembangkan warisan budaya tak benda batik.

Batik adalah Indonesia

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyatakan, inovasi telah menjadi pemersatu bangsa Indonesia dari Aceh hingga Papua. Wapres mencermati, khalayak telah menjadikan batik sebagai pakaian sehari-hari.

"Batik adalah Indonesia. Ini perkembangan yang menggembirakan. Pemakaian dan produksi batik telah meluas," ujarnya.

Menurut JK, para perajin dan desainer telah mengembangkan motif batik hingga beragam. Dari tradisional, modern, keperluan sehari-hari hingga resmi. "Selain itu, ada pula kreativitas dalam produksi warna," terang Wapres.

Dia juga terus mendorong industri batik nasional terus meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi agar jangan sampai kalah dari negara lain yang juga memproduksi kain motif batik secara massal.

Adapaun penyelenggaraan GBN secara reguler dilaksanakan setiap 2 tahun sekali sejak 1996 diprakarsai Yayasan Batik Indonesia (YBI) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7367 seconds (0.1#10.140)