Produksi Batu Bara Diprediksi Tak Capai Target
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah memproyeksikan produksi batu bara nasional tahun ini yang ditetapkan sebesar 425 juta ton tidak akan tercapai. Penurunan harga batu bara menyebabkan sebagian besar perusahaan tambang memangkas produksinya.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Adhi Wibowo mengatakan, realisasi produksi batu bara sepanjang semester I/ 2015 turun 18% menjadi 201,58 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tercatat, pada semester I/2014 volume produksi batu bara nasional mencapai 245,55 juta ton. Produksi batu bara nasional tahun ini yang diprediksi mencapai 425 juta ton, alokasinya terdiri atas 92 juta ton untuk pasar domestik dan 333 juta ton untuk ekspor.
”Jadi kemungkinan tidak tercapai (target produksi tahun ini), karena perusahaan batu bara banyak yang menurunkan produksi, tapi ada juga yang naik. Belum tahu apakah akan direvisi,” kata Adhi di Jakarta kemarin. Dihubungi terpisah, Ketua II Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Priyadi mengatakan semestinya pemerintah sudah merevisi target produksi batu bara tahun ini.
Selain karena harga batu bara yang terus turun, penurunan produksi juga dipicu melemahnya pasar batu bara. ”Trennya menurunkan produksi seiring kondisi industri batu bara saat ini. Harusnya target produksi nasional direvisi, karena setahu saya tidak ada yang menaikkan produksi,” ujarnya. Periode Juli 2015, harga batu bara acuan (HBA) turun ke level USD59 per ton dibandingkan Juni 2015 yang berada di level USD59,59 per ton.
Harga batu bara acuan Juli 2015 tercatat turun 18,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level USD72,45 per ton. Ketua Indonesia Mining Institute Irwandi Arief mengatakan, dengan situasi harga batu bara yang anjlok cukup dalam, tantangan untuk bertahan hidup bagi perusahaan tambang batu bara juga perlu diperhatikan.
Hal ini disebabkan adanya pandangan bahwa energi batu bara akan terus dibutuhkan di masa depan sebagai salah satu sumber energi nasional. ”Saat ini kebanyakan perusahaan tambang batu bara sudah rugi. Jadi falsafahnya sekarang ini, bagaimana meminimumkan kerugian, bukan lagi memaksimalkan keuntungan. Bagi yang masih untung, mereka menjaga marginnya,” kata dia.
Sebagai gambaran, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Joko Pramono mengatakan bahwa kinerja produksi batu bara perseroan hingga kini masih sesuai rencana. Selama periode Januari-Mei 2015, Bukit Asam bahkan mencatat peningkatan produksi batu bara hingga 6% jika dibandingkan dengan periode yang sama 2014.
Pada semester pertama, perseroan melakukan pengembangan pasar ke Jepang, Filipina, Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh, dan Malaysia. Menurut dia, penetrasi pasar Bukit Asam juga didukung telah beroperasinya Pelabuhan Tarahan dengan kemampuan sandar sampai dengan vessel berukuran 210.000 DWT.
Nanang Wijayanto
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Adhi Wibowo mengatakan, realisasi produksi batu bara sepanjang semester I/ 2015 turun 18% menjadi 201,58 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tercatat, pada semester I/2014 volume produksi batu bara nasional mencapai 245,55 juta ton. Produksi batu bara nasional tahun ini yang diprediksi mencapai 425 juta ton, alokasinya terdiri atas 92 juta ton untuk pasar domestik dan 333 juta ton untuk ekspor.
”Jadi kemungkinan tidak tercapai (target produksi tahun ini), karena perusahaan batu bara banyak yang menurunkan produksi, tapi ada juga yang naik. Belum tahu apakah akan direvisi,” kata Adhi di Jakarta kemarin. Dihubungi terpisah, Ketua II Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Priyadi mengatakan semestinya pemerintah sudah merevisi target produksi batu bara tahun ini.
Selain karena harga batu bara yang terus turun, penurunan produksi juga dipicu melemahnya pasar batu bara. ”Trennya menurunkan produksi seiring kondisi industri batu bara saat ini. Harusnya target produksi nasional direvisi, karena setahu saya tidak ada yang menaikkan produksi,” ujarnya. Periode Juli 2015, harga batu bara acuan (HBA) turun ke level USD59 per ton dibandingkan Juni 2015 yang berada di level USD59,59 per ton.
Harga batu bara acuan Juli 2015 tercatat turun 18,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level USD72,45 per ton. Ketua Indonesia Mining Institute Irwandi Arief mengatakan, dengan situasi harga batu bara yang anjlok cukup dalam, tantangan untuk bertahan hidup bagi perusahaan tambang batu bara juga perlu diperhatikan.
Hal ini disebabkan adanya pandangan bahwa energi batu bara akan terus dibutuhkan di masa depan sebagai salah satu sumber energi nasional. ”Saat ini kebanyakan perusahaan tambang batu bara sudah rugi. Jadi falsafahnya sekarang ini, bagaimana meminimumkan kerugian, bukan lagi memaksimalkan keuntungan. Bagi yang masih untung, mereka menjaga marginnya,” kata dia.
Sebagai gambaran, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Joko Pramono mengatakan bahwa kinerja produksi batu bara perseroan hingga kini masih sesuai rencana. Selama periode Januari-Mei 2015, Bukit Asam bahkan mencatat peningkatan produksi batu bara hingga 6% jika dibandingkan dengan periode yang sama 2014.
Pada semester pertama, perseroan melakukan pengembangan pasar ke Jepang, Filipina, Sri Lanka, India, Pakistan, Bangladesh, dan Malaysia. Menurut dia, penetrasi pasar Bukit Asam juga didukung telah beroperasinya Pelabuhan Tarahan dengan kemampuan sandar sampai dengan vessel berukuran 210.000 DWT.
Nanang Wijayanto
(ars)