Industri Tekstil Berbasis Ekspor Tahan Krisis Rupiah
A
A
A
SEMARANG - Asosiasi Pengusaha Indonesia (API) mengakui beberapa perusahaan tekstil gulung tikar akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS (USD). Di sisi lain, industri tekstil berbasis ekspor justru lebih tahan terhadap krisis rupiah. Meskipun sebagian besar bahan baku berasal impor, mereka diuntungkan selisih nilai USD yang besar.
“Perusahaan tekstil yang berorientasi pada penjualan ekspor masih bisa bertahan di tengah ekonomi yang menurun,” ujar General Manager PT Sandang Asia Maju Abadi, Deddy Mulyadi Ali, belum lama ini.
Dia mengatakan, saat USD naik seperti sekarang justru perusahaan lebih untung dibanding kondisi biasa. Ekspor menjadi nilai plus berkat selisih kurs.
"Pelemahan ekonomi global yang dirasakan berbagai negara seperti Cina dan India juga berdampak baik, karena orderan yang tadinya dilimpahkan ke kedua negari tersebut mulai dialihkan ke Indonesia,” ujar Deddy.
Dia menuturkan, pergerakan distribusi barang sampai sakarang masih normal dan masih relatif sama jika dibandingkan tahun lalu.
Deddy mengungkapkan, PT Sandang Asia Maju Abadi setiap bulan memproduksi 250-300 ribu pieces berbagai produk ternama internasional dari anak-anak sampai dewasa, seperti J-Crew, Guess, S-Oliver, Jag, Sportwear, Dulut, menggunakan jasa olahan jahitan dari Tanah Air.
Untuk produksinya sendiri, tergantung pesanan. Paling banyak ekspor ke Amerika, Eropa, Australia sebesar 60%. Sisanya ke negara-negara asia. “Sampai tahun depan pesanan untuk semester I sudah full," katanya.
Deddy menerangkan, agar mampu eksis di pasar Global dengan kondisi ekonomi yang kurang baik dibutuhkan berbagai inovasi. “Yang terpenting memang inovasi produk, sehingga pasar tidak jenuh,” tandasnya.
Baca juga:
Gawat! Separuh Industri Tekstil Rumahkan Karyawan
Terlalu Tergantung APBN, Ekonomi Indonesia Ringkih
“Perusahaan tekstil yang berorientasi pada penjualan ekspor masih bisa bertahan di tengah ekonomi yang menurun,” ujar General Manager PT Sandang Asia Maju Abadi, Deddy Mulyadi Ali, belum lama ini.
Dia mengatakan, saat USD naik seperti sekarang justru perusahaan lebih untung dibanding kondisi biasa. Ekspor menjadi nilai plus berkat selisih kurs.
"Pelemahan ekonomi global yang dirasakan berbagai negara seperti Cina dan India juga berdampak baik, karena orderan yang tadinya dilimpahkan ke kedua negari tersebut mulai dialihkan ke Indonesia,” ujar Deddy.
Dia menuturkan, pergerakan distribusi barang sampai sakarang masih normal dan masih relatif sama jika dibandingkan tahun lalu.
Deddy mengungkapkan, PT Sandang Asia Maju Abadi setiap bulan memproduksi 250-300 ribu pieces berbagai produk ternama internasional dari anak-anak sampai dewasa, seperti J-Crew, Guess, S-Oliver, Jag, Sportwear, Dulut, menggunakan jasa olahan jahitan dari Tanah Air.
Untuk produksinya sendiri, tergantung pesanan. Paling banyak ekspor ke Amerika, Eropa, Australia sebesar 60%. Sisanya ke negara-negara asia. “Sampai tahun depan pesanan untuk semester I sudah full," katanya.
Deddy menerangkan, agar mampu eksis di pasar Global dengan kondisi ekonomi yang kurang baik dibutuhkan berbagai inovasi. “Yang terpenting memang inovasi produk, sehingga pasar tidak jenuh,” tandasnya.
Baca juga:
Gawat! Separuh Industri Tekstil Rumahkan Karyawan
Terlalu Tergantung APBN, Ekonomi Indonesia Ringkih
(dmd)