Keyakinan Konsumen di Indonesia Juli Turun
A
A
A
JAKARTA - ANZ-Roy Morgan melaporkan keyakinan konsumen di Indonesia pada Juli 2015 turun ke angka 150,9 (susut 0,3 poin), serta lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu (157.7). Angka tersebut juga sedikit di bawah rata-rata 2015 (151.7).
ANZ Chief Economist South Asia, ASEAN & Pacific, Glenn Maguire mengatakan, keyakinan konsumen Indonesia sedikit menurun di bulan Juli, suatu perkembangan yang mungkin lebih berhubungan dengan berakhirnya Ramadan dan datangnya Idul Fitri, daripada karena suatu perubahan penggerak sentimen makroekonomi.
"Sepanjang sejarah dari survei ini, keyakinan umumnya bercampur di bulan Ramadan. Namun dinamika yang paling penting dicatat untuk bulan ini adalah tampaknya keyakinan mulai menemukan level yang lebih stabil," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Jumat (31/7/2015).
Dia menuturkan keyakinan konsumen dan komponen-komponen di bawahnya tampak lebih stabil pada Juli. Bulan-bulan sebelumnya ditandai perubahan besar dalam menilai situasi ekonomi dan keuangan. Untungnya, perubahan-perubahan besar tersebut kini diganti dengan penyesuaian yang lebih kecil. Seperti, proporsi dari mereka yang merasa keadaannya lebih buruk hanya naik 1.0ppt, sementara mereka yang memperkirkan keadaan mereka di tahun depan akan lebih baik hanya turun 1.0ppt.
Menurutnya, jumlah masyarakat yang yakin akan keadaan Indonesia untuk masa 12 bulan dan lima tahun ke depan juga hanya bergerak sedikit.
"Perkembangan-perkembangan ini bisa secara konstruktif ditasfirkan bahwa keyakinan konsumen kini menemukan suatu titik ekuilibrium yang baru. Memang, tingkat keyakinan secara luas kini sesuai dengan rata-rata keyakinan selama 2011-2014," papar Maguire.
"Konsumsi pribadi merupakan 55% dari GDP di Indonesia dan stabilisasi dalam keyakinan konsumen, sebagai indikasi dari konsumsi pribadi yang lebih stabil, adalah dinamika yang dapat diterima dengan baik,” tandasnya.
ANZ Chief Economist South Asia, ASEAN & Pacific, Glenn Maguire mengatakan, keyakinan konsumen Indonesia sedikit menurun di bulan Juli, suatu perkembangan yang mungkin lebih berhubungan dengan berakhirnya Ramadan dan datangnya Idul Fitri, daripada karena suatu perubahan penggerak sentimen makroekonomi.
"Sepanjang sejarah dari survei ini, keyakinan umumnya bercampur di bulan Ramadan. Namun dinamika yang paling penting dicatat untuk bulan ini adalah tampaknya keyakinan mulai menemukan level yang lebih stabil," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Sindonews, Jumat (31/7/2015).
Dia menuturkan keyakinan konsumen dan komponen-komponen di bawahnya tampak lebih stabil pada Juli. Bulan-bulan sebelumnya ditandai perubahan besar dalam menilai situasi ekonomi dan keuangan. Untungnya, perubahan-perubahan besar tersebut kini diganti dengan penyesuaian yang lebih kecil. Seperti, proporsi dari mereka yang merasa keadaannya lebih buruk hanya naik 1.0ppt, sementara mereka yang memperkirkan keadaan mereka di tahun depan akan lebih baik hanya turun 1.0ppt.
Menurutnya, jumlah masyarakat yang yakin akan keadaan Indonesia untuk masa 12 bulan dan lima tahun ke depan juga hanya bergerak sedikit.
"Perkembangan-perkembangan ini bisa secara konstruktif ditasfirkan bahwa keyakinan konsumen kini menemukan suatu titik ekuilibrium yang baru. Memang, tingkat keyakinan secara luas kini sesuai dengan rata-rata keyakinan selama 2011-2014," papar Maguire.
"Konsumsi pribadi merupakan 55% dari GDP di Indonesia dan stabilisasi dalam keyakinan konsumen, sebagai indikasi dari konsumsi pribadi yang lebih stabil, adalah dinamika yang dapat diterima dengan baik,” tandasnya.
- -> Tercatat, sebanyak 41% (turun 1 poin persentase) masyarakat Indonesia menyatakan bahwa keuangan keluarga mereka kini ‘lebih baik’ dari setahun alu, dibandingkan hanya 12% (tidak berubah dari Juni) yang menyatakan keuangan keluarga ‘lebih buruk’.
- -> Sebanyak 68% masyarakat (naik 1ppt) memperkirakan keuangan keluarga akan ‘lebih baik’ di waktu yang sama pada tahun depan dibandingkan hanya 4% (tidak berubah dari Juni) yang memperkirakan keuangan keluarga akan ‘lebih buruk’.
- -> Untuk pandangan ekonomi jangka pendek, 84% masyarakat (tidak berubah dari Juni) memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami ‘masa yang baik’ secara finansial selama jangka waktu 12 bulan ke depan dibandingkan 16% (tidak berubah dari Juni) memperkirakan ‘masa yang buruk’ secara finansial.
- -> Untuk pandangan selama lima tahun ke depan, 90% masyarakat (tidak berubah dari Juni) memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami ‘masa yang baik’ secara ekonomi, dan 10% (naik 1ppt) yang memperkirakan‘masa yang buruk’ secara ekonomi.
- -> Sebanyak 56% masyarakat (naik 1ppt), menyatakan bahwa ‘sekarang adalah waktu yang baik untuk membeli’ peralatan rumah tangga utama, dibandingkan 42% (naik 1ppt) yang menyatakan ‘kini waktu yang buruk untuk membeli’ peralatan rumah tangga utama.
(dmd)