Rupiah Loyo Sebab Ekonomi Lesu, Menkeu Bilang Berlebihan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menilai berlebihan mengenai anggapan bahwa nilai tukar rupiah loyo terhadap dolar Amerika Serikat (USD) karena pasar kecewa dengan lesunya ekonomi Indonesia. Pasalnya, pelemahan mata uang hampir terjadi di seluruh negara di dunia.
"Menurut saya agak berlebihan ya kalau dianggap kecewa dengan perlambatan ekonomi kita karena fenomena perlambatan ini terjadi di hampir semua negara di dunia," kata dia di Gedung Serbaguna Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, Minggu (9/8/2015).
Menurut dia, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini melambat dibanding kuartal sebelumnya, namun menurut dia, masih menjadi yang tertinggi ke lima di dunia.
"Jadi dengan 4,7% menurut saya itu relatif tinggi. Kalau ada perlambatan, ini yang kita upayakan karena mungkin banyak yang menganggap kuartal II ini lebih jatuh lagi dari 4,7%, tapi kita masih bisa jaga di sekitar 4,67%," katanya.
Dia berharap, pada semester II tahun ini, ekonomi Indoensia akan membaik. Diharapkan pengeluaran belanja pemerintah lebih baik, belanja modal lebih besar dari yang terserap 15% saat ini, sehingga potensi yang bisa diserap sekitar 65%-70% lagi.
"Plus investasi swasta dan BUMN yang lebih banyak di semester II karena lagi penyelesaian. Jadi sumber pertumbuhan di semester II itu masih banyak, untuk bisa membuat ekonomi kita sama atau lebih baik dibanding 2014," tandasnya.
"Menurut saya agak berlebihan ya kalau dianggap kecewa dengan perlambatan ekonomi kita karena fenomena perlambatan ini terjadi di hampir semua negara di dunia," kata dia di Gedung Serbaguna Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Jakarta, Minggu (9/8/2015).
Menurut dia, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini melambat dibanding kuartal sebelumnya, namun menurut dia, masih menjadi yang tertinggi ke lima di dunia.
"Jadi dengan 4,7% menurut saya itu relatif tinggi. Kalau ada perlambatan, ini yang kita upayakan karena mungkin banyak yang menganggap kuartal II ini lebih jatuh lagi dari 4,7%, tapi kita masih bisa jaga di sekitar 4,67%," katanya.
Dia berharap, pada semester II tahun ini, ekonomi Indoensia akan membaik. Diharapkan pengeluaran belanja pemerintah lebih baik, belanja modal lebih besar dari yang terserap 15% saat ini, sehingga potensi yang bisa diserap sekitar 65%-70% lagi.
"Plus investasi swasta dan BUMN yang lebih banyak di semester II karena lagi penyelesaian. Jadi sumber pertumbuhan di semester II itu masih banyak, untuk bisa membuat ekonomi kita sama atau lebih baik dibanding 2014," tandasnya.
(rna)