Rupiah Menguat Ditopang Tren Positif Pertumbuhan Ekonomi RI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini ditutup menguat 15 poin ke level Rp14.355.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar melemah terhadap mata uang lainnya karena imbal hasil Treasury AS naik di atas ekspektasi bahwa AS akan semakin memperketat kebijakan moneter. Di sisi lain, potensi larangan gas Rusia membuat negara-negara Eropa terus tertekan.
"Kemungkinan sanksi baru akan kembali di berikan ke Rusia oleh AS, Eropa dan Inggris sehingga membuat investor tetap berhati-hati dalam melakukan transaksi di pasar," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (4/4/2022).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan pada hari Minggu bahwa Uni Eropa harus membahas larangan impor gas Rusia, yang kemungkinan akan menyeret lebih lanjut pada pertumbuhan ekonomi di Eropa. Ukraina menuduh pasukan Rusia melakukan "pembantaian" di kota Bucha, yang dibantah oleh kementerian pertahanan Rusia.
Laporan pekerjaan AS hari Jumat lebih kuat dari yang diharapkan, dengan non-farm payrolls naik 431.000 dan tingkat pengangguran di 3,6%, di bulan Maret. Data lebih lanjut juga menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) Institute of Supply Management untuk bulan Maret adalah 57,1, sedangkan PMI manufaktur adalah 58,8.
Data tersebut mendukung ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneter lebih lanjut, dengan Fed fund futures memperkirakan peluang hampir empat-dalam-lima dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Mei 2022. Imbal hasil dua tahun mencapai level tertinggi tiga tahun sebesar 2,4930%.
Dari sisi domestik, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kuartal Pertama tahun 2022 berada di kisaran 5 persen karena sejumlah sektor mencatatkan kinerja positif atau pulih dari dampak pandemi Covid-19. Tren pemulihan terjadi sejak 2021 terus berjalan di berbagai sektor dan lini.
Proyeksi ini menunjukkan pemulihan menuju tren yang beberapa tahun terakhir terjadi di Indonesia, yakni pertumbuhan terjaga di kisaran 5 persen. Pada Kuartal Keempat tahun 2021, pertumbuhan ekonomi tercatat berhasil mencapai 5,02 persen. Hal Ini yang kemudian menjadi sumber optimisme, bahwa perekonomian terus bergerak ke arah yang lebih baik.
Penopang terbesar adalah kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) berkontribusi besar terhadap penerimaan negara sejak tahun lalu. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat meningkat pesat sejak akhir 2021 hingga Februari 2022 lalu, dan berpotensi masih berlanjut pada Maret 2022.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar melemah terhadap mata uang lainnya karena imbal hasil Treasury AS naik di atas ekspektasi bahwa AS akan semakin memperketat kebijakan moneter. Di sisi lain, potensi larangan gas Rusia membuat negara-negara Eropa terus tertekan.
"Kemungkinan sanksi baru akan kembali di berikan ke Rusia oleh AS, Eropa dan Inggris sehingga membuat investor tetap berhati-hati dalam melakukan transaksi di pasar," tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (4/4/2022).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan pada hari Minggu bahwa Uni Eropa harus membahas larangan impor gas Rusia, yang kemungkinan akan menyeret lebih lanjut pada pertumbuhan ekonomi di Eropa. Ukraina menuduh pasukan Rusia melakukan "pembantaian" di kota Bucha, yang dibantah oleh kementerian pertahanan Rusia.
Laporan pekerjaan AS hari Jumat lebih kuat dari yang diharapkan, dengan non-farm payrolls naik 431.000 dan tingkat pengangguran di 3,6%, di bulan Maret. Data lebih lanjut juga menunjukkan bahwa indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) Institute of Supply Management untuk bulan Maret adalah 57,1, sedangkan PMI manufaktur adalah 58,8.
Data tersebut mendukung ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneter lebih lanjut, dengan Fed fund futures memperkirakan peluang hampir empat-dalam-lima dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Mei 2022. Imbal hasil dua tahun mencapai level tertinggi tiga tahun sebesar 2,4930%.
Dari sisi domestik, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kuartal Pertama tahun 2022 berada di kisaran 5 persen karena sejumlah sektor mencatatkan kinerja positif atau pulih dari dampak pandemi Covid-19. Tren pemulihan terjadi sejak 2021 terus berjalan di berbagai sektor dan lini.
Proyeksi ini menunjukkan pemulihan menuju tren yang beberapa tahun terakhir terjadi di Indonesia, yakni pertumbuhan terjaga di kisaran 5 persen. Pada Kuartal Keempat tahun 2021, pertumbuhan ekonomi tercatat berhasil mencapai 5,02 persen. Hal Ini yang kemudian menjadi sumber optimisme, bahwa perekonomian terus bergerak ke arah yang lebih baik.
Penopang terbesar adalah kenaikan harga komoditas, seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) berkontribusi besar terhadap penerimaan negara sejak tahun lalu. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat meningkat pesat sejak akhir 2021 hingga Februari 2022 lalu, dan berpotensi masih berlanjut pada Maret 2022.