Industri Berpotensi Ekspor Harus Dikembangkan

Kamis, 20 Agustus 2015 - 08:55 WIB
Industri Berpotensi Ekspor Harus Dikembangkan
Industri Berpotensi Ekspor Harus Dikembangkan
A A A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan mendorong investasi serta pengembangan industri berorientasi ekspor yang ada di dalam negeri untuk memperbaiki kinerja perdagangan nasional.

Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Lembong mengatakan, kendati neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir mencatatkan surplus, hal itu belum menunjukkan kinerja perdagangan nasional membaik. Surplus perdagangan terjadi karena kinerja impor yang turun lebih tajam ketimbang kinerja ekspor.

”Setelah saya lihat neraca perdagangan bulan Juli dan periode tujuh bulan, sejauh ini yang mencolok adalah neraca perdagangan lebih tertolong oleh (penurunan) impor, bukan karena kinerja ekspor yang membaik,” ujar Thomas dalam jumpa pers di Kantor Kemendag, Jakarta, kemarin. Menurut dia, kondisi itu memang tak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global yang melemah, termasuk perekonomian negara-negara tujuan ekspor Indonesia.

Namun, pemerintah tetap harus mendorong ekspor dengan cara membantu industriindustri dalam negeri yang berpotensi ekspor. ”Itu tugas kami dalam beberapa bulan ke depan, segera melayani dengan baik kawankawan di industri yang berpotensi ekspor,” katanya.

Tak hanya industri yang sudah ada, Kemendag bersama Kementerian Perindustrian dan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) akan berkoordinasi dalam upaya meningkatkan investasi di sektor industri yang berpotensi ekspor, juga pengembangan industri substitusi impor.

Dalam hal ini peran BKPM dibutuhkan untuk menarik investor asing untuk menanamkan modalnya pada industri-industri berorientasi ekspor tersebut. Selain bertujuan menggenjot ekspor, pengembangan industri potensial ekspor juga diperlukan untuk merespons evolusi perekonomian di China, yang menjadi salah satu tujuan utama ekspor Indonesia.

Seperti diketahui, saat ini terjadi peralihan orientasi daya dorong ekonomi di China dari industri berat ke konsumsi domestik. ”Struktur perekonomian China berubah drastis dalam waktu sangat cepat. Sayangnya lima tahun terakhir ini kita tidak siap dan kurang antisipatif bahwa ini akan terjadi,” ujarnya.

Menurut Thomas, jika selama ini industri dalam negeri berpikir bahwa industri berat China akan terus berkibar dan menjadi pasar bagi beragam komoditas yang dihasilkan dari dalam negeri, maka perubahan yang terjadi saat ini harus segera diimbangi. ”Segera saja kita pelajari apa permintaan mereka, lalu kita harus bantu kawan-kawan di industri barang dan jasa untuk memenuhi permintaan itu,” paparnya.

Secara kumulatif, Januari- Juli 2015 ekspor Indonesia mencapai USD89,76 miliar, turun18,21% dibandingperiode yang sama tahun lalu. Sebagai catatan, Kemendag sebelumnya menargetkan ekspor sepanjang 2015 senilai USD192,9 miliar. Namun, dengan pencapaian selama tujuh bulan yang bahkan belum menyentuh separuh dari target ekspor sepanjang tahun, pemerintah kemungkinan akan merevisi target ekspor.

”Kita akan sesuaikan lagi (target ekspor). Tapi masih kita hitung, nanti Mendag yang sampaikan,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP) Kemendag Tjahja Widayanti kepada KORAN SINDO. Kinerja ekspor bulan Juli 2015 dibandingkan Juli 2014 menunjukkan terjadinya penurunan pada seluruh sektor, baik sektor pertanian, sektor industri, sektor migas, dan sektor pertambangan.

Inda susanti
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8400 seconds (0.1#10.140)