Pemeritah Harus Stabilkan Pasar Uang
A
A
A
JAKARTA - Pengamat ekonomi mengungkapkan pemerintah harus mengambil langkah cepat untuk menumbuhkan optimisme pasar uang. Pelaku pasar saat ini dinilai membutuhkan sentimen positif yang cerdas. Pembelian surat utang negara dinilai salah satu strategi efektif untuk jangka pendek.
Executive Director Mandiri Institute, Destry Damayanti mengatakan, pemerintah dapat melakukan stabilisasi harga di pasar uang dan pasar modal. Pemerintah telah memiliki forum FSSK untuk menunjukkan indikator risiko ekonomi, seperti yield surat utang pemerintah bila naik terlalu tinggi.
Indikator tersebut akan menunjukkan waktunya pemerintah, Bank Indonesia, dan investor institusi untuk melakukan pembelian kembali. Sedangkan untuk saham dapat dengan pendekatan buyback khususnya pada emiten BUMN meskipun tidak semudah itu.
"Kebijakan stabilisasi harga di pasar uang dan modal bisa menjadi salah satu solusi cepat. Namun harus dibarengi kebijakan stimulus seperti pemotongan PPN atau pajak pendapatan. Dampaknya positif di mata investor kalau dilakukan dengan cepat. Pemerintah butuh langkah yang jitu," ujar Destry di Jakarta, Senin (24/8/2015)
Dia menilai masalah perang kurs di regional ini cukup pelik dan berkepanjangan. Pemerintah harus jeli dan tidak dapat terus menerus intervensi pasar uang. Sehingga dibutuhkan kebijakan kombinasi antara jangka pendek dan panjang. "Saya masih melihat pemerintah dan BI akan menahan nilai tukar rupiah dan tidak akan mengikuti perang kurs. Hanya butuh kebijakan cepat yang dapat terasa," katanya.
Ekonom Cyrillus Harinowo menuturkan, jika belajar dari pengalaman krisis di Hong Kong saat terjadi krisis moneter Asia lalu, pemerintah berarti bisa melakukan tiga hal. Pertama adalah dari sisi pembentukan opini yang harus dibalikkan ke arah positif dan bangkitkan optimisme. Kedua, di Hongkong dulu bank sentral membeli saham saham yang harganya jatuh.
"Itu banyak dikritik tetapi tetap dilakukan oleh HK Monetary Authority (HKMA). Dan, mereka juga mempertahankan kurs dengan intervensi," terangnya.
Setelah krisis diatasi, lanjut dia, harga saham naik kembali. Saham saham yang dibeli dimasukkan dalam fund yang disebut Tracker Fund. Dijual pelan-pelan sehingga HKMA untung besar. Kurs dapat bertahan karena HK USD direvisi ke USD. (Baca: Jangan Remehkan Kondisi Ekonomi)
"Karena itu media harus bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga dan membalikkan optimisme tersebut. Sudah barang tentu selain saham, lebih prioritas lagi adalah SUN untuk dibeli BI," tandasnya.
Baca juga:
HT: Kebijakan Penghambat Investasi Harus Direvisi
Rupiah Makin Kritis, Ini Komentar Chatib Basri
HT: Pertemuan Jokowi dan Pengusaha Belum Konkret
Rupiah Tembus Rp14.000/USD, DPR Minta BPK Audit BI
Executive Director Mandiri Institute, Destry Damayanti mengatakan, pemerintah dapat melakukan stabilisasi harga di pasar uang dan pasar modal. Pemerintah telah memiliki forum FSSK untuk menunjukkan indikator risiko ekonomi, seperti yield surat utang pemerintah bila naik terlalu tinggi.
Indikator tersebut akan menunjukkan waktunya pemerintah, Bank Indonesia, dan investor institusi untuk melakukan pembelian kembali. Sedangkan untuk saham dapat dengan pendekatan buyback khususnya pada emiten BUMN meskipun tidak semudah itu.
"Kebijakan stabilisasi harga di pasar uang dan modal bisa menjadi salah satu solusi cepat. Namun harus dibarengi kebijakan stimulus seperti pemotongan PPN atau pajak pendapatan. Dampaknya positif di mata investor kalau dilakukan dengan cepat. Pemerintah butuh langkah yang jitu," ujar Destry di Jakarta, Senin (24/8/2015)
Dia menilai masalah perang kurs di regional ini cukup pelik dan berkepanjangan. Pemerintah harus jeli dan tidak dapat terus menerus intervensi pasar uang. Sehingga dibutuhkan kebijakan kombinasi antara jangka pendek dan panjang. "Saya masih melihat pemerintah dan BI akan menahan nilai tukar rupiah dan tidak akan mengikuti perang kurs. Hanya butuh kebijakan cepat yang dapat terasa," katanya.
Ekonom Cyrillus Harinowo menuturkan, jika belajar dari pengalaman krisis di Hong Kong saat terjadi krisis moneter Asia lalu, pemerintah berarti bisa melakukan tiga hal. Pertama adalah dari sisi pembentukan opini yang harus dibalikkan ke arah positif dan bangkitkan optimisme. Kedua, di Hongkong dulu bank sentral membeli saham saham yang harganya jatuh.
"Itu banyak dikritik tetapi tetap dilakukan oleh HK Monetary Authority (HKMA). Dan, mereka juga mempertahankan kurs dengan intervensi," terangnya.
Setelah krisis diatasi, lanjut dia, harga saham naik kembali. Saham saham yang dibeli dimasukkan dalam fund yang disebut Tracker Fund. Dijual pelan-pelan sehingga HKMA untung besar. Kurs dapat bertahan karena HK USD direvisi ke USD. (Baca: Jangan Remehkan Kondisi Ekonomi)
"Karena itu media harus bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga dan membalikkan optimisme tersebut. Sudah barang tentu selain saham, lebih prioritas lagi adalah SUN untuk dibeli BI," tandasnya.
Baca juga:
HT: Kebijakan Penghambat Investasi Harus Direvisi
Rupiah Makin Kritis, Ini Komentar Chatib Basri
HT: Pertemuan Jokowi dan Pengusaha Belum Konkret
Rupiah Tembus Rp14.000/USD, DPR Minta BPK Audit BI
(dmd)