Kondisi Ekonomi dalam Bahaya
A
A
A
JAKARTA - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengingatkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini dalam bahaya. Hal ini seiring dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi, gejolak pelemahan rupiah dan penurunan bursa saham.
"Tahun 70-an, ekonomi kita ditopang oleh oil boom. Pada waktu itu harga minyak naik dan kita masih sebagai anggota OPEC dan peng-ekspor minyak," ujarnya, Selasa (25/8/2015).
HT menuturkan pada era 1980 sampai 1990-an, sektor industri khususnya manufaktur sebagai penopang ekonomi nasional. Banyak pabrik didirikan melalui fasilitas PMDN, PMA dan lainnya yang sekaligus menciptakan lapangan kerja. (Baca: Jangan Remehkan Kondisi Ekonomi)
"Tahun 2000-an sampai 2012, kita mendapat windfall commodity boom. Harga komoditas meroket tajam; kelapa sawit, batu bara, karet, timah, biji besi dan lain-lain, sehingga 65% ekspor nonmigas didominasi oleh komoditas," terangnya.
"Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sebenarnya tertolong dengan commodity boom ini. Pada waktu harga komoditas mulai turun tahun 2013, imbasnya ke pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat. Itulah kenapa tahun 2014 kita hanya tumbuh sekitar 5%," papar Ketua Umum Partai Perindo ini.
Saat ini, lanjut HT, penopang ekonomi Indonesia tidak ada lagi, minyak impor, industri nasional kalah bersaing dengan negara-negara regional dan harga komoditas juga sedang rendah. Kondisi jika tidak segera diantisipasi dan dicarikan solusi akan berbahaya.
Baca juga:
HT: Kebijakan Penghambat Investasi Harus Direvisi
Rupiah Makin Kritis, Ini Komentar Chatib Basri
HT: Pertemuan Jokowi dan Pengusaha Belum Konkret
"Tahun 70-an, ekonomi kita ditopang oleh oil boom. Pada waktu itu harga minyak naik dan kita masih sebagai anggota OPEC dan peng-ekspor minyak," ujarnya, Selasa (25/8/2015).
HT menuturkan pada era 1980 sampai 1990-an, sektor industri khususnya manufaktur sebagai penopang ekonomi nasional. Banyak pabrik didirikan melalui fasilitas PMDN, PMA dan lainnya yang sekaligus menciptakan lapangan kerja. (Baca: Jangan Remehkan Kondisi Ekonomi)
"Tahun 2000-an sampai 2012, kita mendapat windfall commodity boom. Harga komoditas meroket tajam; kelapa sawit, batu bara, karet, timah, biji besi dan lain-lain, sehingga 65% ekspor nonmigas didominasi oleh komoditas," terangnya.
"Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) sebenarnya tertolong dengan commodity boom ini. Pada waktu harga komoditas mulai turun tahun 2013, imbasnya ke pertumbuhan ekonomi yang mulai melambat. Itulah kenapa tahun 2014 kita hanya tumbuh sekitar 5%," papar Ketua Umum Partai Perindo ini.
Saat ini, lanjut HT, penopang ekonomi Indonesia tidak ada lagi, minyak impor, industri nasional kalah bersaing dengan negara-negara regional dan harga komoditas juga sedang rendah. Kondisi jika tidak segera diantisipasi dan dicarikan solusi akan berbahaya.
Baca juga:
HT: Kebijakan Penghambat Investasi Harus Direvisi
Rupiah Makin Kritis, Ini Komentar Chatib Basri
HT: Pertemuan Jokowi dan Pengusaha Belum Konkret
(dmd)