Ekonomi Global Lesu, Ekspor Mebel Turun 20%
A
A
A
SEMARANG - Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) melaporkan kinerja ekspor mebel dan kerajinan mengalami penurunan hingga 20%. Penurunan ini akibat dampak perlambatan ekonomi global yang berimbas terhadap melemahnya daya beli konsumen.
Ketua Asmindo Jawa Tengah, Eri Sasmito mengatakan, kinerja ekspor industri pada triwulan III tahun 2015 sedikit mengalami penurunan. Sebelumnya, ekspor Jawa Tengah mulai mengalami kenaikan sekitar 20-30% pada akhir 2014 sampai dengan awal 2015. "Sekarang ini ekspor turun lumayan banyak,” ujarnya, Senin (21/9/2015).
Perlambatan ekonomi ini, lanjut dia, membuat para pengusaha mebel dan kerajinan terpukul karena lemahnya daya beli. Selain itu, pengusaha juga masih dibingungkan dengan ketatnya perizinan.
“Di saat seperti ini seharusnya pemerintah memikirkan nasib industri mebel dan kerajinan dengan memberi kelonggaran dalam hal perizinan serta pajak. Perizinan salah satunya terkait Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sangat ketat yang membuat banyak dampak bagi pengusaha mebel dan kerajinan,” bebernya.
Meski demikian, lanjut dia, Asmindo masih optimistis industri mebel dan kerajinan akan tumbuh, mengingat saat ini pasar Asia khususnya China masih potensial baik dari segi pasar maupun harga di banding Eropa.
Di sisi lain, untuk meningkatkan kinerja ekspor, Asmindo terus berusaha membuka pasar baru, di beberapa negara Eropa. Asmindo menargetkan setidaknya bisa menyuplai 5% produk mebel dunia. Target tersebut sudah dipatok dalam kurun waktu 10 tahun e depan.
Sementara itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari menyatakan, ekspor mebel menempati posisi kedua komoditi terbanyak ekspor Jateng.
Ekspor mebel pada Agustus memberikan andil sebesar 18,62% dengan total USD91,05 juta. “Selain mebel tekstil dan barang tekstil serta bermacam barang hasil pabrik menjadi komoditas utama,” tandasnya.
Ketua Asmindo Jawa Tengah, Eri Sasmito mengatakan, kinerja ekspor industri pada triwulan III tahun 2015 sedikit mengalami penurunan. Sebelumnya, ekspor Jawa Tengah mulai mengalami kenaikan sekitar 20-30% pada akhir 2014 sampai dengan awal 2015. "Sekarang ini ekspor turun lumayan banyak,” ujarnya, Senin (21/9/2015).
Perlambatan ekonomi ini, lanjut dia, membuat para pengusaha mebel dan kerajinan terpukul karena lemahnya daya beli. Selain itu, pengusaha juga masih dibingungkan dengan ketatnya perizinan.
“Di saat seperti ini seharusnya pemerintah memikirkan nasib industri mebel dan kerajinan dengan memberi kelonggaran dalam hal perizinan serta pajak. Perizinan salah satunya terkait Sertifikat Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sangat ketat yang membuat banyak dampak bagi pengusaha mebel dan kerajinan,” bebernya.
Meski demikian, lanjut dia, Asmindo masih optimistis industri mebel dan kerajinan akan tumbuh, mengingat saat ini pasar Asia khususnya China masih potensial baik dari segi pasar maupun harga di banding Eropa.
Di sisi lain, untuk meningkatkan kinerja ekspor, Asmindo terus berusaha membuka pasar baru, di beberapa negara Eropa. Asmindo menargetkan setidaknya bisa menyuplai 5% produk mebel dunia. Target tersebut sudah dipatok dalam kurun waktu 10 tahun e depan.
Sementara itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari menyatakan, ekspor mebel menempati posisi kedua komoditi terbanyak ekspor Jateng.
Ekspor mebel pada Agustus memberikan andil sebesar 18,62% dengan total USD91,05 juta. “Selain mebel tekstil dan barang tekstil serta bermacam barang hasil pabrik menjadi komoditas utama,” tandasnya.
(dmd)