Investor Masuk Pasar, Rupiah Menguat Tertinggi Sejak 2013
A
A
A
JAKARTA - Mata uang Indonesia, rupiah melonjak tertinggi sejak Juli 2013 dan saham menuju penutupan tertinggi dalam lebih dari sebulan di tengah tanda-tanda investor masuk ke pasar dalam negeri.
Rupiah melonjak 1,3% menjadi Rp14.305/USD pada pukul 10.47 di Jakarta setelah naik sebesar 2,2% pada sesi sebelumnya. Mata uang Garuda menguat 2,3% sepanjang pekan ini, mengupas kerugian tahun ini menjadi 13%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 2,2%, menyusul kenaikan haris sebelumnya sebesar 3,2%.
Rupiah memimpin reli di pasar mata uang Asia pada hari ini, di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve akan menunda menaikkan suku bunga acuannya (Fed rate) sampai tahun depan.
Wakil Direktur Franklin Templeton Michael Hasenstab mengatakan, ada kesempatan multidekade di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia menyusul aksi jual baru-baru ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pekan lalu meminta perusahaan minyak dan gas (migas) plat merah, PT Pertamina untuk menghitung ulang harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.
"Rupiah mendapat keuntungan besar dari pernyataan fund manager yang membeli aset negara berkembang dengan valuasi murah," kata Kepala Riset Valas di Malayan Banking Bhd Saktiandi Supaat, dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10/2015).
Menurut dia, semua langkah-langkah pemerintah dan bank sentral menunjukkan upaya mereka dalam mendukung penguatan rupiah.
Dana asing yang ditarik dari pasar saham Indonesia mencapai USD1,2 miliar dan dari obligasi pemerintah dalam denominasi rupiah sebesar Rp11,86 triliun atau setara USD831 juta pada kuartal terakhir di tengah aksi jual pasar berkembang didorong oleh perlambatan ekonomi China dan Amerika Serikat (AS).
Menurut harga dari Inter Dealer Market Association, imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun naik 1 basis poin menjadi 9,15%, setelah jatuh 67 basis poin selama empat hari sebelumnya. Imbal hasil mencapai level tertinggi lima tahun di 9,81% pada 29 September 2015.
"Ada investor lokal dan asing kembali ke pasar karena sentimen berubah menjadi lebih baik," kata Kepala Perdagangan valas di PT Bank Negara Indonesia Ikhwani Fauzana.
Bank Indonesia mulai melakukan intervensi di pasar onshore pada bulan ini, dan juga berusaha untuk mengekang pasokan rupiah dalam jangka pendek di pasar lokal demi menahan pinjaman untuk membeli USD.
Sementara Supaat memperkirakan, rupiah akan menurun ke level Rp15.000/USD pada akhir tahun ini. Tapi dia mengatakan bahwa kebijakan bank sentral untuk menstabilkan rupiah dan tekad pemerintah dalam menarik investasi dapat membawa rupiah lebih dekat ke Rp14.500/USD.
Baca:
Spekulasi Kenaikan Fed Rate Ditunda, Rupiah Dibuka Melejit
Penguatan Rupiah Potensi Berlanjut
Rupiah melonjak 1,3% menjadi Rp14.305/USD pada pukul 10.47 di Jakarta setelah naik sebesar 2,2% pada sesi sebelumnya. Mata uang Garuda menguat 2,3% sepanjang pekan ini, mengupas kerugian tahun ini menjadi 13%. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 2,2%, menyusul kenaikan haris sebelumnya sebesar 3,2%.
Rupiah memimpin reli di pasar mata uang Asia pada hari ini, di tengah spekulasi bahwa Federal Reserve akan menunda menaikkan suku bunga acuannya (Fed rate) sampai tahun depan.
Wakil Direktur Franklin Templeton Michael Hasenstab mengatakan, ada kesempatan multidekade di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia menyusul aksi jual baru-baru ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pekan lalu meminta perusahaan minyak dan gas (migas) plat merah, PT Pertamina untuk menghitung ulang harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.
"Rupiah mendapat keuntungan besar dari pernyataan fund manager yang membeli aset negara berkembang dengan valuasi murah," kata Kepala Riset Valas di Malayan Banking Bhd Saktiandi Supaat, dikutip dari Bloomberg, Selasa (6/10/2015).
Menurut dia, semua langkah-langkah pemerintah dan bank sentral menunjukkan upaya mereka dalam mendukung penguatan rupiah.
Dana asing yang ditarik dari pasar saham Indonesia mencapai USD1,2 miliar dan dari obligasi pemerintah dalam denominasi rupiah sebesar Rp11,86 triliun atau setara USD831 juta pada kuartal terakhir di tengah aksi jual pasar berkembang didorong oleh perlambatan ekonomi China dan Amerika Serikat (AS).
Menurut harga dari Inter Dealer Market Association, imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun naik 1 basis poin menjadi 9,15%, setelah jatuh 67 basis poin selama empat hari sebelumnya. Imbal hasil mencapai level tertinggi lima tahun di 9,81% pada 29 September 2015.
"Ada investor lokal dan asing kembali ke pasar karena sentimen berubah menjadi lebih baik," kata Kepala Perdagangan valas di PT Bank Negara Indonesia Ikhwani Fauzana.
Bank Indonesia mulai melakukan intervensi di pasar onshore pada bulan ini, dan juga berusaha untuk mengekang pasokan rupiah dalam jangka pendek di pasar lokal demi menahan pinjaman untuk membeli USD.
Sementara Supaat memperkirakan, rupiah akan menurun ke level Rp15.000/USD pada akhir tahun ini. Tapi dia mengatakan bahwa kebijakan bank sentral untuk menstabilkan rupiah dan tekad pemerintah dalam menarik investasi dapat membawa rupiah lebih dekat ke Rp14.500/USD.
Baca:
Spekulasi Kenaikan Fed Rate Ditunda, Rupiah Dibuka Melejit
Penguatan Rupiah Potensi Berlanjut
(rna)