Ini Dugaan Analis Upaya BI Katrol Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang menduga Bank Indonesia (BI) mengucurkan dana intervensi sekitar USD5 miliar atau senilai Rp68 triliun (kurs Rp13.600/USD) untuk mengatrol rupiah.
Menurut Edwin, menguatnya rupiah secara signifikan dari sebelumnya tertahan di atas Rp14.000/USD karena bertambahnya suplai USD yang ada di dalam negeri. (Baca: Cadangan Devisa RI September Turun untuk Stabilkan Rupiah)
"Dugaan saya bahwa USD turun dari Rp14.600/USD sampai ke level Rp13.000/USD sekian butuh suplai USD6-8 miliar. USD3 miliar diduga dari utang China, sisanya USD3-5 miliar dari BI," ujarnya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Rabu (14/10/2015).
Dia menuturkan, pelaku pasar sudah menyadari adanya intervensi dari pemerintah dan BI tersebut sehingga mereka kembali membeli USD yang mengakibatkan rupiah kembali tertekan. (Baca: Rupiah Akhiri Kenaikan Beruntun Tersengat Sentimen China)
"Kalau saya lihat begini, market sadar, terang benderang menguatnya USD karena ada intervensi BI dan sudah diakui oleh Pak Darmin (Menko Perekonomian), rupiah menguat dengan pakai utang China USD3 miliar," jelas Edwin.
Dia memandang, pelaku pasar saat ini sudah mulai berpikir secara rasional, penguatan rupiah bukan karena fundamental ekonomi melainkan intervensi. (Baca: Rupiah Diramal Tertekan meski Ada Paket Kebijakan IV)
"Sekarang orang mulai lakukan aksi beli USD untuk membayar utang akhir tahun dan biaya produksi. Makanya kemarin, ketika intervensi selesai banyak yang lakukan aksi beli USD lagi, sehingga USD naik lagi ke Rp13.600/USD," pungkasnya.
Menurut Edwin, menguatnya rupiah secara signifikan dari sebelumnya tertahan di atas Rp14.000/USD karena bertambahnya suplai USD yang ada di dalam negeri. (Baca: Cadangan Devisa RI September Turun untuk Stabilkan Rupiah)
"Dugaan saya bahwa USD turun dari Rp14.600/USD sampai ke level Rp13.000/USD sekian butuh suplai USD6-8 miliar. USD3 miliar diduga dari utang China, sisanya USD3-5 miliar dari BI," ujarnya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Rabu (14/10/2015).
Dia menuturkan, pelaku pasar sudah menyadari adanya intervensi dari pemerintah dan BI tersebut sehingga mereka kembali membeli USD yang mengakibatkan rupiah kembali tertekan. (Baca: Rupiah Akhiri Kenaikan Beruntun Tersengat Sentimen China)
"Kalau saya lihat begini, market sadar, terang benderang menguatnya USD karena ada intervensi BI dan sudah diakui oleh Pak Darmin (Menko Perekonomian), rupiah menguat dengan pakai utang China USD3 miliar," jelas Edwin.
Dia memandang, pelaku pasar saat ini sudah mulai berpikir secara rasional, penguatan rupiah bukan karena fundamental ekonomi melainkan intervensi. (Baca: Rupiah Diramal Tertekan meski Ada Paket Kebijakan IV)
"Sekarang orang mulai lakukan aksi beli USD untuk membayar utang akhir tahun dan biaya produksi. Makanya kemarin, ketika intervensi selesai banyak yang lakukan aksi beli USD lagi, sehingga USD naik lagi ke Rp13.600/USD," pungkasnya.
(dmd)