Ini Tren Konsumsi FMCG Hasil Riset Kantar Worldpanel

Selasa, 20 Oktober 2015 - 21:16 WIB
Ini Tren Konsumsi FMCG...
Ini Tren Konsumsi FMCG Hasil Riset Kantar Worldpanel
A A A
JAKARTA - Kondisi perekonomian Indonesia hingga kuartal III/2015 tidak begitu menggembirakan, namun pasar industri Fast Moving Consumer Good (FMCG) Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan meski sedikit melambat.

Hasil riset Kantar Worldpanel Indonesia menunjukkan pertumbuhan consumer good di Indonesia 2015 sebesar 7,4% atau menurun jika dibanding 2014 yang tumbuh dua digit yaitu 15,2%.

Kondisi consumer good di Indonesia sejalan dengan hasil riset Kantar Worldpanel untuk pasar Asia. Pada 2013, secara keseluruhan pertumbuhan consumer good di ASIA sekitar 10%. Sedangkan pada 2015, pasar FMCG menurun sekitar 4,6%.

"Perlambatan ini terjadi pada berbagai sektor consumer good, terutama pada sektor makanan dan minuman, yang merupakan sektor paling besar di dalam pembelanjaan rumah tangga," kata Fabrice Carrasco, Managing Director Indonesia, Vietnam and Philippine dalam rilisnya, Selasa (20/10/2015).

Menurutnya, Indonesia, Thailand dan Vietnam merupakan negara dengan penurunan sangat besar, jika dibanding tahun lalu. Meski demikian, pemain FMCG yang berasal dari Asia termasuk Indonesia, menunjukkan angka pertumbuhan lebih besar dibanding pemain global (Multi National Company/MNC).

"Asia merupakan market unik, karena para pemain lokal yang mendominasi lebih banyak dibanding para pemain global," ujar General Manager Kantar Worldpanel Indonesia Lim Soon Lee.

Lee mencontohkan Indonesia dan Cina para pemain lokalnya masih menunjukkan tingkat kontribusi lebih dari 60%. Angka ini merupakan pertumbuhan dua kali lipat dibanding para pemain global.

Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan di industri FMCG juga memengaruhi kebiasaan berbelanja di rumah tangga Indonesia. Menurut data Kantar Worldpanel, ada kesamaan para rumah tangga di Asia termasuk Indonesia di dalam kebiasaan belanja mereka, yakni mengurangi frekuensi belanja namun meningkatkan kuantitas pembelian per pembelanjaan.

"Kategori yang dibeli tahun ini lebih sedikit dibanding tahun lalu. Jika tahun lalu rata-rata orang berbelanja sekitar 48 kategori, untuk tahun ini mereka berbelanja sekitar 46 kategori. Tampak sekali mereka lebih berhati-hati di dalam berbelanja," ujar Insight Director Kantar Worldpanel Indonesia Nadya Ardianti.

Karena itu, dengan berkurangnya frekuensi berbelanja tiap rumah tangga, pemain FMCG diharapkan memastikan distribusi, ketersediaan barang, dan mempertahankan penempatan yang mudah diliat konsumen pada rak-rak retailer.

Hal lainnya terkait dengan tren konsumen yang lebih tertarik dengan berbagai promosi yang ditawarkan. Untuk beberapa negara Asia Tenggara yang memiliki persentase pusat perbelanjaan modern yang besar, konsumen cenderung untuk lebih tertarik dengan berbagai promosi yang ditawarkan, seperti Malaysia.

Menurut hasil riset di modern trade, pembelanjaan yang terjadi pada saat promosi di modern trade, terjadi sekitar 17% dari jumlah pembelanjaan dalam setahun atau naik 30% dibanding 2013.

"Perubahan kebiasaan belanja dengan membeli packsize yang lebih besar telah terlihat dari tahun sebelumnya. Tetapi kini trennya terlihat menurun," ujar Nadya.

Kebiasan belanja ini juga terpengaruh dengan masuknya era digital saat ini. Data dari Kantar Worldpanel e-commerce, pada 2025, e-commerce market untuk consumer good, akan double dibandingkan dengan keadaan saat ini. Beberapa negara, seperti China, kontribusi pembelian produk FMCG melalu online sekitar 15%, dan di Korea sekitar 30%.

Berbeda halnya di Indonesia, maraknya pembelian melalui online, biasanya untuk fesyen dan juga barang elektronik. Sedangkan pembelian online untuk pembelian produk consumer good masih cenderung sangat kecil. Konsumen masih lebih memilih untuk berbelanja konvensional dengan mendatangi pusat perbelanjaan.

Melihat fenomena ini, Nadya memberikan tips yang bisa dilakukan para pemain FMCG agar dapat memenangkan persaingan di pasar FMCG yang sangat ketat.

Pertama, para pemain FMCG agar selalu menawarkan inovasi terhadap konsumen, mulai dari inovasi rasa, fungsi, kemasan, ukuran atau lainnya. "Tidak hanya inovatif, tetapi harus proaktif, di dalam memberikan penawaran terhadap konsumen," ujarnya.

Kedua, pemain FMCG juga harus selalu berusaha lebih dekat dengan konsumen, memahami profil konsumen, mengetahui kebutuhan konsumen, dan bagaimana perubahan kebiasaan konsumen didalam merespon situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang ini.

Ketiga, mereka harus terus melakukan perekrutan calon pembeli, dan membuat brand mereka untuk dipertimbangkan oleh pembeli. Tidak hanya harga yang menjadi faktor, tetapi brand equity juga mempunyai peranan yang penting di dalam merekrut calon pembeli.

"Para pemain FMCG, juga harus selalu positif di dalam menghadapi situasi dan keadaan yang sulit, dengan mental yang positif akan membantu para pemain FMCG untuk lebih fokus terhadap tujuan jangka panjang," tegasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0869 seconds (0.1#10.140)