Satukan ATM, 4 Bank BUMN Akuisisi Operator Telekomunikasi
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Asmawi Syam mengungkapkan, empat perbankan badan usaha milik negara (BUMN) telah mengakuisisi sebuah operator telekomunikasi untuk mewujudkan penyatuan ATM BUMN.
Empat perbankan plat merah tersebut, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Tabungan Negara (Persero), dan PT Bank Mandiri (Persero).
Dia mengatakan, perseroan sepakat untuk mengakuisisi sebuah perusahaan penyedia jasa telekomonikasi (service provider) pada pertengahan bulan ini.
"Kami sepakat pada 21 Oktober 2015, kami mengakuisisi service provider yang ada," katanya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (26/10/2015).
Namun, saat ini masih dalam tahap negosiasi dengan perusahaan service provider tersebut. Pasalnya, perusahaan itu belum memutuskan apakah akan menjual sahamnya secara mayoritas kepada perseroan.
"Persoalan muncul, apa mereka mau shareholder atau majority. Ini lagi dalam negosiasi. Secara teknis, kami maunya majority supaya lebih efisien," imbuh dia.
Asmawi menuturkan, untuk mewujudkan keinginan mengakuisisi mayoritas saham perusahaan service provider tersebut, pihaknya menunjuk Bank Mandiri untuk menjadi konsultan.
"Tanggal 21 (Oktober) kita MoU empat bank, kita tunjuk bank Mandiri untuk mencari konsultan dalam melakukan ini. Kita harap akan selesai segera," terang Asmawi.
Selain itu, proses akuisisi ini harus mengantongi restu Bank Indonesia (BI). Pasalnya, hal tersebut masuk dalam aksi korporasi.
"Iya harus izin BI juga. Karena ini kan aksi korporasi. Empat bank ini juga kan sudah IPO," tandasnya.
Empat perbankan plat merah tersebut, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), PT Bank Negara Indonesia (Persero), PT Bank Tabungan Negara (Persero), dan PT Bank Mandiri (Persero).
Dia mengatakan, perseroan sepakat untuk mengakuisisi sebuah perusahaan penyedia jasa telekomonikasi (service provider) pada pertengahan bulan ini.
"Kami sepakat pada 21 Oktober 2015, kami mengakuisisi service provider yang ada," katanya di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (26/10/2015).
Namun, saat ini masih dalam tahap negosiasi dengan perusahaan service provider tersebut. Pasalnya, perusahaan itu belum memutuskan apakah akan menjual sahamnya secara mayoritas kepada perseroan.
"Persoalan muncul, apa mereka mau shareholder atau majority. Ini lagi dalam negosiasi. Secara teknis, kami maunya majority supaya lebih efisien," imbuh dia.
Asmawi menuturkan, untuk mewujudkan keinginan mengakuisisi mayoritas saham perusahaan service provider tersebut, pihaknya menunjuk Bank Mandiri untuk menjadi konsultan.
"Tanggal 21 (Oktober) kita MoU empat bank, kita tunjuk bank Mandiri untuk mencari konsultan dalam melakukan ini. Kita harap akan selesai segera," terang Asmawi.
Selain itu, proses akuisisi ini harus mengantongi restu Bank Indonesia (BI). Pasalnya, hal tersebut masuk dalam aksi korporasi.
"Iya harus izin BI juga. Karena ini kan aksi korporasi. Empat bank ini juga kan sudah IPO," tandasnya.
(rna)