Pemerintah Tingkatkan Kapasitas Industri Beton Pracetak

Rabu, 28 Oktober 2015 - 20:26 WIB
Pemerintah Tingkatkan...
Pemerintah Tingkatkan Kapasitas Industri Beton Pracetak
A A A
JAKARTA - Pemerintah mendorong peningkatan kapasitas industri beton pracetak dan prategang nasional dari kapasitas yang ada saat ini sebesar 25 juta ton per tahun atau 16% menjadi 30% hingga 2019.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Taufik Widjoyono mengatakan, porsi 30% hingga 2019 dalam rangka menciptakan efektivitas, efisiensi dan kualitas dalam penyelenggaran kontruksi.

"Pasar kontruksi kita besar. Sementara, belum seluruhnya memanfaatkan prabeton dan pracetak ini, masih ada kontraktor yang memanfaatkan pengerjaan beton secara manual," katanya usai membuka pameran Concrete Shoow South East Asia 2015 di Jakarta Internasional Expo Kemayoran, Rabu (28/10/2015).

Dia mengatakan, dalam rangka meningkatkan daya saing industri beton pracetak dan prategang nasional diperlukan pengembangan jejaring dan kerja sama antar pelaku rantai pasok material beton pracetak dan prategang.

Selain itu, juga mengembangkan skema pembiayaan yang kompetitif, meningkatkan presentase penggunaan pracetak berdasarkan nilai kapitalisasi pekerjaan beton nasional.

"Nilai kapitalisasi pasar kontruksi nasional saat ini sekitar Rp1.000 triliun. Sementara dari pasar kontruksi itu, belum seluruhnya memanfaatkan beton pracetak dan prategang atau baru sekitar 16% berdasarkan kapasitas yang ada saat ini. Masih ada potensi meningkatkan kapasitas dengan pasar kontruksi yang besar," tutur dia.

Sebagai informasi, kebutuhan investasi infrastruktur dalam RPJMN sebesar Rp5.452 triliun. Sedangkan nilai pasar kontruksi dalam negeri tahun ini diperkirakan Rp1.000 triliun dan menjadi salah satu pasar kontruksi terbesar di ASEAN. Dibanding 2014 nilai kapitalisasi pasar kontruksi nasional mencapai Rp507 triliun.

Nilai kapitalisasi pasar kontruksi tahun ini berdasarkan data Direktorat Bina Kontruksi Kementerian PUPR bersumber dari APBN Rp443,12 triliun, APBD Rp109,06 triliun, BUMN Rp213,24 triliun serta swasta Rp138,46 triliun.

Di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I) Wilfred Singkali mengatakan, untuk merealisasikan target penggunaan pracetak dan prabeton di dalam negeri dibutuhkan standarisasi dan disain pracetak untuk pembangunan jenis kontruksi tertentu.

"Kalau untuk jembatan maupun kontruksi gedung saya kira sudah ada. Namun untuk produk pracetak khusus pembangunan rumah susun sederhana dan rumah khusus harus lebih spesifik," jelasnya.

Dia menambahkan, diperlukan optimalisasi industri beton pracetak dan pracetak di dalam negeri. Sebab, kebutuhan beton pracetak bukan hanya pada sektor kontruksi gedung jembatan, tiang listrik maupun kontruksi minyak dan gas.

Namun, juga perlu merealisasikan program sejuta rumah dan program pembangunan infrastruktur jalan sepanjang 3.650 km. "Harus saling sepaham penggunaan beton pracetak dan prategang lebih efisien darri sisi waktu. Kemudian bisa lebih murah jika kontruksinya massal," terang Taufik.

Concrete Show South East Asia 2015 diikuti lebih dari 200 perusahaan dari 28 negara, di antaranya Jerman, Spanyol, Belgia, Turki Jepang, Singapura dan Tionkok. Dari Indonesia pameran ini diikuti perusahaan beton terkemuka antara lain PT Wijaya Karya Beton, Waskita Beton Precast, Brantas Abipraya, BASF dan VSL Indonesia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)