Fed Isyaratkan Kerek Suku Bunga di Desember, Rupiah Rontok
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini dibuka rontok setelah Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan akan mengerek suku bunga pada Desember 2015.
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.638/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.593/USD. Posisi ini melemah dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.483/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.611/USD. Posisi ini terkoreksi 95 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.516/USD.
Sedangkan berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.595/USD. Posisi tersebut menguat 51 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.646/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.562/USD, terapresiasi 68 poin dari posisi kemarin di Rp13.630/USD.
Sementara USD berada di dekat level tertinggi 2,5 bulan terhadap sejumlah mata uang pada hari Kamis setelah Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada Desember, ketika Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan meningkatkan stimulus.
Penegasan kembali dari arah yang kontras dalam kebijakan moneter cukup untuk mengereka indeks USD ke 97,818, level tertinggi sejak 10 Agustus 2015.
Di samping itu, The Fed juga mengeluarkan peringatan tentang perlambatan pertumbuhan global, ini akan melawan spekulasi sebelumnya bahwa melambatnya perekonomian China bisa menunda kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (Fed rate).
"Pernyataan Fed terbuka untuk interpretasi. Tetapi bagi mereka yang telah menunggu kenaikan suku bunga pada Desember, itu bisa berarti membuka jalan untuk kenaikan itu," kata Kepala Strategi di Sumitomo Mitsui Bank Daisuke Uno, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (28/10/2015).
Namun, banyak investor tidak yakin karena data terbaru AS yang lembut, ditambah rilis ekonomi dalam beberapa pekan mendatang, dimulai dengan rilis produk domestik bruto (PDB) AS, lebih penting dalam menentukan kemungkinan langkah Desember.
Para ekonom juga memperkirakan indeks manufaktur utama AS menunjukkan kontraksi pertama dalam sektor ini sejak 2,5 tahun, yang tidak akan kondusif untuk kenaikan suku bunga.
Karena USD menguat, euro jatuh ke 1,0896 pada hari Rabu dan terakhir berada di 1,0924. Euro telah jatuh 3,7% sejak Gubernur ECB Mario Draghi mengisyaratkan bank sentral siap untuk memperluas stimulus dan menurunkan suku bunga lebih dalam sepakan lalu.
Terhadap yen, euro terkoreksi ke posisi terendah dalam enam bulan ke 131,97. Sementara USD jatuh terhadap yen ke 120,67, dari level tinggi sebelumnya di 121,18/USD. Di tempat lain, dolar Selandia Baru melemah 0,4% terhadap USD menjadi 0,6671 setelah bank sentral mempertahankan suku bunga.
Baca:
The Fed Pertahankan Suku Bunga Tidak Berubah
The Fed Tunda Naikan Suku Bunga, Rupiah Berpotensi Menguat
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.638/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.593/USD. Posisi ini melemah dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.483/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.611/USD. Posisi ini terkoreksi 95 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.516/USD.
Sedangkan berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.595/USD. Posisi tersebut menguat 51 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.646/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.562/USD, terapresiasi 68 poin dari posisi kemarin di Rp13.630/USD.
Sementara USD berada di dekat level tertinggi 2,5 bulan terhadap sejumlah mata uang pada hari Kamis setelah Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga pada Desember, ketika Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan meningkatkan stimulus.
Penegasan kembali dari arah yang kontras dalam kebijakan moneter cukup untuk mengereka indeks USD ke 97,818, level tertinggi sejak 10 Agustus 2015.
Di samping itu, The Fed juga mengeluarkan peringatan tentang perlambatan pertumbuhan global, ini akan melawan spekulasi sebelumnya bahwa melambatnya perekonomian China bisa menunda kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (Fed rate).
"Pernyataan Fed terbuka untuk interpretasi. Tetapi bagi mereka yang telah menunggu kenaikan suku bunga pada Desember, itu bisa berarti membuka jalan untuk kenaikan itu," kata Kepala Strategi di Sumitomo Mitsui Bank Daisuke Uno, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (28/10/2015).
Namun, banyak investor tidak yakin karena data terbaru AS yang lembut, ditambah rilis ekonomi dalam beberapa pekan mendatang, dimulai dengan rilis produk domestik bruto (PDB) AS, lebih penting dalam menentukan kemungkinan langkah Desember.
Para ekonom juga memperkirakan indeks manufaktur utama AS menunjukkan kontraksi pertama dalam sektor ini sejak 2,5 tahun, yang tidak akan kondusif untuk kenaikan suku bunga.
Karena USD menguat, euro jatuh ke 1,0896 pada hari Rabu dan terakhir berada di 1,0924. Euro telah jatuh 3,7% sejak Gubernur ECB Mario Draghi mengisyaratkan bank sentral siap untuk memperluas stimulus dan menurunkan suku bunga lebih dalam sepakan lalu.
Terhadap yen, euro terkoreksi ke posisi terendah dalam enam bulan ke 131,97. Sementara USD jatuh terhadap yen ke 120,67, dari level tinggi sebelumnya di 121,18/USD. Di tempat lain, dolar Selandia Baru melemah 0,4% terhadap USD menjadi 0,6671 setelah bank sentral mempertahankan suku bunga.
Baca:
The Fed Pertahankan Suku Bunga Tidak Berubah
The Fed Tunda Naikan Suku Bunga, Rupiah Berpotensi Menguat
(rna)