BI Akui Masih Ada Pelonggaran Kebijakan Moneter
A
A
A
SURABAYA - Bank Indonesia (BI) melihat masih ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter setelah The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga bulan ini dan membuka peluag untuk menaikkan suku bung pada pertemuan berikutnya, Desember.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, kebijakan moneter itu tidak harus dilihat hanya suku bunga saja melainkan juga instrumen lain dari kebijakan moneter.
"Dan karena ada dua faktor utama, kenapa ada ruang untuk pelonggaran moneter yaitu inflasi dan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan," kata Mirza di Surabaya, Kamis (29/10/2015).
Dia melanjutkan, dengan ditahannya suku bunga The Fed maka inflasi bisa di bawah 4% tahun ini. Sementara defisit transaksi berjalan (CAD atau defiist transaksi berjalan) bisa terkendali di bawah 2,5% yakni sekitar 2,1%.
Meski demikian, Indonesia [erlu tetap waspada. Pasalnya, kenaikan suku bunga Amerika pasti akan datang pada akhir 2015 atau awal 2016.
Namun, lanjut Mirza, market tidak perlu panik karena memang setiap rapat The Fed, kurs negara-negara berkembang termasuk Indonesia melemah. Setelah rapat The Fed, nilai tukar akan kembali menguat. "Menurut saya, nanti market makin lama akan terbiasa," tandasnya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, kebijakan moneter itu tidak harus dilihat hanya suku bunga saja melainkan juga instrumen lain dari kebijakan moneter.
"Dan karena ada dua faktor utama, kenapa ada ruang untuk pelonggaran moneter yaitu inflasi dan current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan," kata Mirza di Surabaya, Kamis (29/10/2015).
Dia melanjutkan, dengan ditahannya suku bunga The Fed maka inflasi bisa di bawah 4% tahun ini. Sementara defisit transaksi berjalan (CAD atau defiist transaksi berjalan) bisa terkendali di bawah 2,5% yakni sekitar 2,1%.
Meski demikian, Indonesia [erlu tetap waspada. Pasalnya, kenaikan suku bunga Amerika pasti akan datang pada akhir 2015 atau awal 2016.
Namun, lanjut Mirza, market tidak perlu panik karena memang setiap rapat The Fed, kurs negara-negara berkembang termasuk Indonesia melemah. Setelah rapat The Fed, nilai tukar akan kembali menguat. "Menurut saya, nanti market makin lama akan terbiasa," tandasnya.
(izz)