BI: Surat Berharga Syariah Negara Terus Tumbuh
A
A
A
SURABAYA - Bank Indonesia (BI) mengatakan, penerbitan sukuk negara terlihat meningkat setiap tahun dengan tenor yang semakin bervariasi.
"Hal tersebut akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan minat investasi bagi kalangan investor," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Surabaya, Sabtu (31/10/2015).
Selain itu, sejalan dengan perkembangan pasar keuangan syariah, sektor korporasi juga tertarik dalam penerbitan sukuk.
Saat ini pelaku yang dominan di pasar sukuk Indonesia masih ditempati pemerintah dengan variasi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) seperti Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S), Sukuk Negara Indonesia (SNI), Sukuk Ritel (SR), Project Based Sukuk (PBS), Islamic Fixed Rate Sukuk (IFR), Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), dan lainnya.
Bahkan, kata Mirza, sampai September 2015 total penerbitan SBSN tercatat Rp369 triliun dengan total outstanding SBSN sebesar Rp288,5 triliun yang terdiri dari Rp256 triliun SBSN yang tradable dan Rp32 triliun SBSN yang nontradable.
Secara khusus, total outstanding SPN-S adalah Rp8,84 triliun, PBS sebesar Rp41,6 triliun dan SR senilai Rp21,97 triliun. Sementara, SDHI masih belum besar yaitu hanya Rp3 triliun dan SNI juga baru Rp26,4 triliun.
"Meski demikian, dengan capaian ini, SBSN telah menguasai kurang lebih 12,5% pangsa pasar surat utang negara," jelas dia.
Menurutnya, di level internasional, sukuk juga merupakan instrumen yang perkembangannya sangat pesat terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dan beberapa negara maju.
Sebagai contoh, Malaysia merupakan salah satu pelaku pasar sukuk terbesar di dunia dengan total outstanding sukuk USD16,34 miliar (2014) atau menguasai 13,98% pangsa Sukuk dunia, diikuti Indonesia dengan total outstanding sukuk sebesar USD5,78 miliar (2014) atau
menguasai 4,95% pangsa pasar sukuk dunia.
Sementara di negara-negara timur tengah, Uni Emirat Arab (UEA) adalah penerbit Sukuk terbesar di dunia dengan nilai total outstanding sukuk USD45,98 miliar atau menguasai 39,35% pangsa pasar Sukuk global, diikuti Saudi Arabia dengan nilai USD21,54 miliar atau 18,43% pangsa pasar.
Total Sukuk global telah mencapai USD668 miliar (2014) dan diharapkan terus tumbuh pada tahun-tahun mendatang. Mirza mengungkapkan, untuk mencapai keberhasilan dalam inisiatif lintas sektor, hubungan antar lembaga dalam bentuk komunikasi dan kerja sama yang saling menguatkan mutlak diperlukan.
Keberhasilan inisiatif ini juga untuk mendorong kemajuan sektor wakaf, kemudian untuk meningkatan pelayanan masyarakat ke semua segmen, serta mendorong pasar keuangan syariah termasuk operasi moneter syariah dan manajemen likuiditas bagi lembaga keuangan syariah.
"Hal tersebut akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan minat investasi bagi kalangan investor," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Surabaya, Sabtu (31/10/2015).
Selain itu, sejalan dengan perkembangan pasar keuangan syariah, sektor korporasi juga tertarik dalam penerbitan sukuk.
Saat ini pelaku yang dominan di pasar sukuk Indonesia masih ditempati pemerintah dengan variasi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) seperti Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPN-S), Sukuk Negara Indonesia (SNI), Sukuk Ritel (SR), Project Based Sukuk (PBS), Islamic Fixed Rate Sukuk (IFR), Sukuk Dana Haji Indonesia (SDHI), dan lainnya.
Bahkan, kata Mirza, sampai September 2015 total penerbitan SBSN tercatat Rp369 triliun dengan total outstanding SBSN sebesar Rp288,5 triliun yang terdiri dari Rp256 triliun SBSN yang tradable dan Rp32 triliun SBSN yang nontradable.
Secara khusus, total outstanding SPN-S adalah Rp8,84 triliun, PBS sebesar Rp41,6 triliun dan SR senilai Rp21,97 triliun. Sementara, SDHI masih belum besar yaitu hanya Rp3 triliun dan SNI juga baru Rp26,4 triliun.
"Meski demikian, dengan capaian ini, SBSN telah menguasai kurang lebih 12,5% pangsa pasar surat utang negara," jelas dia.
Menurutnya, di level internasional, sukuk juga merupakan instrumen yang perkembangannya sangat pesat terutama di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim dan beberapa negara maju.
Sebagai contoh, Malaysia merupakan salah satu pelaku pasar sukuk terbesar di dunia dengan total outstanding sukuk USD16,34 miliar (2014) atau menguasai 13,98% pangsa Sukuk dunia, diikuti Indonesia dengan total outstanding sukuk sebesar USD5,78 miliar (2014) atau
menguasai 4,95% pangsa pasar sukuk dunia.
Sementara di negara-negara timur tengah, Uni Emirat Arab (UEA) adalah penerbit Sukuk terbesar di dunia dengan nilai total outstanding sukuk USD45,98 miliar atau menguasai 39,35% pangsa pasar Sukuk global, diikuti Saudi Arabia dengan nilai USD21,54 miliar atau 18,43% pangsa pasar.
Total Sukuk global telah mencapai USD668 miliar (2014) dan diharapkan terus tumbuh pada tahun-tahun mendatang. Mirza mengungkapkan, untuk mencapai keberhasilan dalam inisiatif lintas sektor, hubungan antar lembaga dalam bentuk komunikasi dan kerja sama yang saling menguatkan mutlak diperlukan.
Keberhasilan inisiatif ini juga untuk mendorong kemajuan sektor wakaf, kemudian untuk meningkatan pelayanan masyarakat ke semua segmen, serta mendorong pasar keuangan syariah termasuk operasi moneter syariah dan manajemen likuiditas bagi lembaga keuangan syariah.
(izz)