Mata Uang Komoditas Melemah, Rupiah Dibuka Kalah
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka kalah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan hari ini, di tengah melemahnya mata uang komoditas.
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.672/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke level Rp13.675/USD. Posisi ini terkoreksi dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.684/USD.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.675/USD. Posisi tersebut negatif 97 poin dibanding posisi akhir pekan lalu di Rp13.578/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.682/USD, terdepresiasi 43 poin dari posisi kemarin di Rp13.639/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.662/USD. Posisi ini menguat dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.694/USD.
Sementara mata uang komoditas tergelincir pada Senin, di tengah mengecewakannya data China. (Baca: Sektor Manufaktur China Masih Alami Konstraksi)
Sebuah survei resmi pada hari Minggu menunjukkan aktivitas sektor manufaktur China secara tak terduga mengalami kontraksi pada Oktober untuk bulan ketiga, memicu kekhawatiran ekonomi masih dapat kehilangan momentum.
Dolar Australia turun ke 0,7105/USD dari sekitar 0,7138/USD pada akhir pekan di New York, sementara dolar Selandia Baru merosot ke 0,6732.
Sebaliknya, USD sedikit berubah terhadap yen di 120,47, sementara euro lebih kuat di 132,91. Terhadap USD, euro di 1,1036, mempertahankan momentum pekan lalu ketika memantul dari koreksi terparah dalam 2,5 tahun di 1,0896.
Pedagang akan menunggu survei swasta pada aktivitas manufaktur China siang ini, sebelum mengalihkan perhatian mereka ke data AS dan laporan jumlah tenaga kerja pada akhir pekan ini.
"PMI China oleh Caixin akan mendorong dolar Australia dan Selandia Baru selama sesi Asia. Namun, ini mungkin akan dibayangi oleh survei manufaktur ISM AS malam ini, yang akan memberi imbas ke USD. Pasar diberikan data menonton menjelang keputusan Fed pada Desember," kata analis ANZ dalam sebuah catatannya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (2/11/2015).
The Fed mempertahankan suku bunga mendekati nol pekan lalu, tetapi mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada Desember tahun ini.
Baca:
Laju Rupiah Berpotensi Melanjutkan Koreksi
Data Inflasi Bayangi Laju Rupiah Pekan Depan
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level Rp13.672/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke level Rp13.675/USD. Posisi ini terkoreksi dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.684/USD.
Berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.675/USD. Posisi tersebut negatif 97 poin dibanding posisi akhir pekan lalu di Rp13.578/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.682/USD, terdepresiasi 43 poin dari posisi kemarin di Rp13.639/USD.
Sedangkan rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.662/USD. Posisi ini menguat dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.694/USD.
Sementara mata uang komoditas tergelincir pada Senin, di tengah mengecewakannya data China. (Baca: Sektor Manufaktur China Masih Alami Konstraksi)
Sebuah survei resmi pada hari Minggu menunjukkan aktivitas sektor manufaktur China secara tak terduga mengalami kontraksi pada Oktober untuk bulan ketiga, memicu kekhawatiran ekonomi masih dapat kehilangan momentum.
Dolar Australia turun ke 0,7105/USD dari sekitar 0,7138/USD pada akhir pekan di New York, sementara dolar Selandia Baru merosot ke 0,6732.
Sebaliknya, USD sedikit berubah terhadap yen di 120,47, sementara euro lebih kuat di 132,91. Terhadap USD, euro di 1,1036, mempertahankan momentum pekan lalu ketika memantul dari koreksi terparah dalam 2,5 tahun di 1,0896.
Pedagang akan menunggu survei swasta pada aktivitas manufaktur China siang ini, sebelum mengalihkan perhatian mereka ke data AS dan laporan jumlah tenaga kerja pada akhir pekan ini.
"PMI China oleh Caixin akan mendorong dolar Australia dan Selandia Baru selama sesi Asia. Namun, ini mungkin akan dibayangi oleh survei manufaktur ISM AS malam ini, yang akan memberi imbas ke USD. Pasar diberikan data menonton menjelang keputusan Fed pada Desember," kata analis ANZ dalam sebuah catatannya, seperti dilansir dari Reuters, Senin (2/11/2015).
The Fed mempertahankan suku bunga mendekati nol pekan lalu, tetapi mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada Desember tahun ini.
Baca:
Laju Rupiah Berpotensi Melanjutkan Koreksi
Data Inflasi Bayangi Laju Rupiah Pekan Depan
(rna)