Sentra Barang Antik Jalan Surabaya Tetap Eksis

Sabtu, 07 November 2015 - 06:48 WIB
Sentra Barang Antik Jalan Surabaya Tetap Eksis
Sentra Barang Antik Jalan Surabaya Tetap Eksis
A A A
MESKIPUN keberadaan situs jual beli online terus menjamur, sentra barang antik di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat, tetap bertahan. Keberadaan pusat penjualan barang antik yang sudah menginjak usia 40 tahun itu tetap eksis.

Pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB, terlihat satu jalur jalan Surabaya dipenuhi kendaraan roda empat. Pedagang menata apik, membersihkan dan menata ulang barang dagangannya. Sementara beberapa orang pedagang lainnya terlihat berbincang atau sekadar membaca koran menyibukkan diri sambil menunggu pengunjung.

Beberapa orang turis asing terlihat berkeliling dan memotret beberapa barang antik dari beberapa pedagang. Gelak tawa pun terlihat saat seorang turis perempuan mengangkat piringan hitam dan menunjukan kepada teman laki-lakinya.

M Rizki, 45, pedagang patung, mengatakan meskipun banyak situs jual beli online, namun setiap hari masih ada yang datang ke tokonya baik untuk melihat lihat ataupun sekadar bertanya.

Menurutnya, kemudahan yang ditawarkan situs online telah mengubah pola jual beli yang semula konvensional dengan datang untuk bertatap muka langsung, kini cukup bertransaksi melalui situs jual beli online.

"Jadi polanya berubah, kolektor yang sebelumnya datang, sekarang tinggal buka HP (ponsel-red). Nah yang mau jual juga begitu, tadinya ada aja yang datang buat nawarin barang, tapi karena sudah ada (situs jual beli online-red), kebanyakan juga jual barang sendiri, nggak lewat kita," jelasnya.

Namun, untuk yang mencari barang antik, tidak jarang masyarakat datang langsung ke Jalan Surabaya. Biasanya ingin mengetahui lebih dalam sisi historis dari suatu barang yang akan dibelinya.

"Jika penurunan karena adanya situs jual pasti ada. Tapi rezeki sudah diatur. Omzet penjualan yang semula dapat mencapai angka puluhan juta per bulan kini menurun sekitar 20%. Jika enam bulan yang lalu masih bisa dapat Rp24 juta sekarang paling 18-20 juta," ujarnya.

Hal senada disampaikan Nanang, 50, pedagang tas dan koper. Dia mengakui kunjungan para turis belum berubah hingga saat ini. Sehingga, menurutnya potensi penjualan dan pamor Jalan Surabaya belum berubah sejak kunjungan Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton pada 1994 silam.

"Kita tetap optimis, ya walaupun banyak turis asing yang datang cuma sekadar foto dan tanya-tanya, setidaknya foto itu bisa dikenalin ke teman-teman mereka, ya mungkin saja rezekinya datang dari yang lain. Lewat foto itu juga kawasan ini nggak dilupain orang," ungkapnya.

Nanang mengatakan, Jalan Surabaya sudah memiliki segmen sendiri, dan bergeser, jika sebelumnya orang yang hanya ingin berburu barang antik, sekarang segmennya adalah orang-orang yang mencari historical dari sebuah barang.

Tak heran, kawasan yang ditempati 220 pedagang ini tetap eksis. "Melihat kondisi saat ini, pedagang dipaksa untuk bisa kreatif agar bisa bertahan. Dan, itu merupakan hal positif," tuturnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9111 seconds (0.1#10.140)