Industri Kreatif Indonesia Jangan Dikuasai Asing

Jum'at, 06 November 2015 - 17:45 WIB
Industri Kreatif Indonesia...
Industri Kreatif Indonesia Jangan Dikuasai Asing
A A A
JAKARTA - Potensi industri kreatif belum tergarap maksimal. Padahal, besarnya jumlah penduduk usia muda bisa menjadi modal besar untuk mengembangkan sektor tersebut.

Hal tersebut disampaikan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) usai berdialog dengan pengurus Asosiasi Game Indonesia (AGI) di Jakarta, Kamis (5/11/2015).

“Prospeknya besar sekali, karena kita jumlah anak mudanya kan besar. Kurang lebih 49% berusia di bawah 30 tahun. Mereka pasti lebih kreatif,” ujarnya.

Namun, berbagai kendala membuat industri kreatif di Tanah Air sulit maju. Salah satunya, minimnya akses modal yang mudah dan murah.

“Untuk generasi muda, akses ke modal itu kendala. Makanya dengan AGI ini bisa juga memfasilitasi bagaimana mereka bisa tumbuh, juga untuk mencari modal,” katanya.

Menurut HT, pemerintah juga perlu membuat zona-zona khusus untuk mengembangkan berbagai industri kreatif di berbagai daerah.

“Banyak hal yang harus dilakukan pemerintah. Mungkin zonasi, tempat untuk dikembangkan industri tertentu, termasuk industri kreatif. Terus peraturan yang kondusif, infrastruktur juga,” tuturnya.

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, tahun lalu industri kreatif tumbuh 5,76% dengan nilai tambah sebesar Rp641,8 triliun atau 7% dari PDB nasional. Dari sisi tenaga kerja, sektor itu mampu menyerap 11,8 juta tenaga kerja atau 10,7% dari angkatan kerja nasional.

HT mengungkapkan, salah satu industri kreatif yang perlu digenjot adalah industri game. Selama ini, industri itu masih dikuasai asing. Pemerintah harus mendorong industri game lokal.
“Tumbuhkan industri game lokal sehingga bisa tumbuh besar, bahkan kalau bisa mereka bisa menjadi global player,” terangnya.

Berdasarkan data AGI, jumlah pemain game mencapai 42,8 juta orang dan 65 persennya memainkan game berbayar. Potensi pasarnya lebih dari USD300 juta. “Saya ingin melihat pemain lokal tumbuh. Jangan didominasi oleh asing. Saya bukan anti asing, tapi kita ingin anak Indonesia juga tumbuh,” tegas HT.

Besarnya potensi pasar tersebut, kata HT, harus dimanfaatkan. Game developer lokal harus diberi ruang untuk berkarya. “Kita punya anak muda banyak sekali, game developer khususnya. Jadi berikanlah kesempatan kepada mereka untuk berkembang,” katanya.

Untuk itu, dia sangat mengapresiasi AGI dan berharap industri game lokal bisa berkembang lewat wadah tersebut. Berbagai kendala yang dihadapi bisa diatasi bersama.

“Dengan adanya AGI ini, seharusnya cukup strategis. Hal yang kurang bisa disuarakan secara kolektif. Jadi mudah-mudahan menjadi perbaikan ke depan,” ungkapnya.

Ketua Umum AGI Andy Suryanto mengatakan, industri game Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Sektor itu baru dilirik satu dekade terakhir. Sementara di sejumlah negara, sudah sejak 20 tahun lalu dikembangkan.

“Seperti dikatakan Pak Hary, masyarakat muda Indonesia banyak sekali. Ini seharusnya menjadi potensi yang luar biasa,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, kemajuan teknologi membuat industri game dunia berkembang pesat. Namun, Indonesia butuh waktu untuk menjadi bagian dari industri tersebut.

“Industri game itu hampir tidak mengenal adanya batasan negara, terutama dengan zamannya smartphone, internet. Mudah sekali terutama di Indonesia untuk pihak asing masuk,” tutur Andy.

Dia mengungkapkan, belakangan banyak anak muda yang tertarik menekuni profesi game developer. Namun, berbagai kendala masih harus mereka hadapi. Mulai dari akses modal, minimnya pengalaman, hingga peraturan yang tidak kondusif.

“Oleh karena itu kita berharap banget dengan dukungan pihak-pihak yang peduli. Di sini kita terima kasih dengan Pak Hary Tanoe yang sudah menyatakan kepedulian terhadap industri game,” pungkasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0687 seconds (0.1#10.140)