Tower Bersama Dapat Pinjaman Rp3,7 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menandatangani pinjaman sebesar USD275 juta atau setara Rp3,71 triliun (Rp13.500/USD).
Presiden Direktur TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan, ini merupakan pinjaman dengan tenor terpanjang dan termurah sejauh ini.
"Kami sangat senang bahwa begitu banyak kreditor yang terus berkomitmen untuk bisnis kami karena mereka memahami bahwa kontrak jangka panjang kami yang terjamin dari operator-operator telekomunikasi yang memiliki rating tinggi menyediakan cakupan yang sangat baik atas semua biaya utang masa depan kami," kata Hardi dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (10/11/2015).
Fasilitas pinjaman ini pada awalnya direncanakan sebesar USD200 juta, namun ditingkatkan menjadi USD275 juta setelah komitmen yang diterima dari bank-bank membuat fasilitas ini lebih dari empat kali oversubscribed.
"Bank-bank kreditor kami menganggap pinjaman kami seolah-olah adalah utang negara yang dapat dibuktikan dengan tingkat suku bunga kami yang sebanding dengan BUMN. Hal ini masuk akal mengingat 84% dari pendapatan kami adalah pendapatan kontrak jangka panjang dari operator-operator telekomunikasi yang pada dasarnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Qatar," tutur dia.
Sebanyak 10 bank yang diundang untuk memberikan fasilitas ini menyediakan setidaknya masing-masing USD25 juta. Fasilitas pinjaman memiliki jatuh tempo bullet pada 5 tahun dan 8 bulan dengan suku bunga Libor ditambah 200 basis poin, dan ditambah dengan biaya dimuka sebesar 1,25%.
Memperhitungkan semua hal tersebut, fasilitas ini adalah fasilitas dengan suku bunga terendah yang telah dimiliki TBIG sampai sekarang.
"Sekali lagi, harga rendah fasilitas utang kami mencerminkan pemahaman mendalam mengenai risiko kredit untuk bisnis kami yang sangat rendah dan para kreditur kami tetap nyaman dengan tingkat leverage kami di level ~5x untuk rasio utang bersih terhadap EBITDA," akunya.
Sementara itu, Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso menjelaskan, sebagai keberlanjutan dari strategi lindung nilai perseroan yang dimulai pada 2010, TBIG telah melakukan lindung nilai fasilitas baru dari risiko nilai tukar dan seluruh pokok utang saat ini telah terlindung nilai menggunakan instrumen lindung nilai.
"Dengan perlindungan tambahan dari pendapatan USD40 juta per tahun dari pendapatan kontrak jangka panjang yang kami terima dalam mata uang USD. Semua instrumen derivatif lindung nilai kami sesuai dengan jatuh tempo utang," ujarnya.
Dia mempercayai strategi lindung nilai bijaksana perseroan telah tepat dan telah sekali lagi terbukti sangat efektif dalam melindungi TBIG dari pergerakan niliai tukar rupiah.
Fasilitas ini menggantikan pinjaman jangka pendek fasilitas C yang ada, yang merupakan bagian dari fasilitas pinjaman unsecured term dan revolving yang ditandatangani pada November 2014.
Presiden Direktur TBIG Hardi Wijaya Liong mengatakan, ini merupakan pinjaman dengan tenor terpanjang dan termurah sejauh ini.
"Kami sangat senang bahwa begitu banyak kreditor yang terus berkomitmen untuk bisnis kami karena mereka memahami bahwa kontrak jangka panjang kami yang terjamin dari operator-operator telekomunikasi yang memiliki rating tinggi menyediakan cakupan yang sangat baik atas semua biaya utang masa depan kami," kata Hardi dalam rilisnya di Jakarta, Selasa (10/11/2015).
Fasilitas pinjaman ini pada awalnya direncanakan sebesar USD200 juta, namun ditingkatkan menjadi USD275 juta setelah komitmen yang diterima dari bank-bank membuat fasilitas ini lebih dari empat kali oversubscribed.
"Bank-bank kreditor kami menganggap pinjaman kami seolah-olah adalah utang negara yang dapat dibuktikan dengan tingkat suku bunga kami yang sebanding dengan BUMN. Hal ini masuk akal mengingat 84% dari pendapatan kami adalah pendapatan kontrak jangka panjang dari operator-operator telekomunikasi yang pada dasarnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Qatar," tutur dia.
Sebanyak 10 bank yang diundang untuk memberikan fasilitas ini menyediakan setidaknya masing-masing USD25 juta. Fasilitas pinjaman memiliki jatuh tempo bullet pada 5 tahun dan 8 bulan dengan suku bunga Libor ditambah 200 basis poin, dan ditambah dengan biaya dimuka sebesar 1,25%.
Memperhitungkan semua hal tersebut, fasilitas ini adalah fasilitas dengan suku bunga terendah yang telah dimiliki TBIG sampai sekarang.
"Sekali lagi, harga rendah fasilitas utang kami mencerminkan pemahaman mendalam mengenai risiko kredit untuk bisnis kami yang sangat rendah dan para kreditur kami tetap nyaman dengan tingkat leverage kami di level ~5x untuk rasio utang bersih terhadap EBITDA," akunya.
Sementara itu, Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso menjelaskan, sebagai keberlanjutan dari strategi lindung nilai perseroan yang dimulai pada 2010, TBIG telah melakukan lindung nilai fasilitas baru dari risiko nilai tukar dan seluruh pokok utang saat ini telah terlindung nilai menggunakan instrumen lindung nilai.
"Dengan perlindungan tambahan dari pendapatan USD40 juta per tahun dari pendapatan kontrak jangka panjang yang kami terima dalam mata uang USD. Semua instrumen derivatif lindung nilai kami sesuai dengan jatuh tempo utang," ujarnya.
Dia mempercayai strategi lindung nilai bijaksana perseroan telah tepat dan telah sekali lagi terbukti sangat efektif dalam melindungi TBIG dari pergerakan niliai tukar rupiah.
Fasilitas ini menggantikan pinjaman jangka pendek fasilitas C yang ada, yang merupakan bagian dari fasilitas pinjaman unsecured term dan revolving yang ditandatangani pada November 2014.
(rna)