Optimisme Pemimpin Bisnis Asia Jatuh ke Rekor Terendah
A
A
A
MANILA - Optimisme di kalangan pemimpin bisnis Asia jatuh ke rekor terendah meski sinyal pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut diperkirakan akan tumbuh.
Menurut survei tahunan oleh eksekutif PwC yang menghadiri Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, Hahnya 28% dari para pemimpin bisnis regional yang sangat yakin perusahaan mereka akan melihat pertumbuhan pendapatan dalam 12 bulan ke depan, turun dari tahun lalu sebanyak 46%.
Survei menyebutkan, kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China dan gejolak pasar yang berasal dari terjunnya saham China pada musim panas ini memangkas keyakinan mereka.
Ekonomi terbesar kedua di dunia berada pada jalur pertumbuhan paling lambat dalam seperempat abad tahun ini. Kekhawatiran jatuhnya perekonomian China mendorong aksi jual di pasar saham yang menggoncang pasar keuangan dunia dan menghapus nilai pasar saham negera itu sekitar USD4 triliun.
Meski begitu, adanya keyakinan bahwa Asia akan keluar dari perlambatan dan pertumbuhan akan menyapa tahun depan. Direktur Pendukung Kebijakan APEC Denis Hew mengatakan, ekspansi ekonomi di kawasan Asia-Pasifik kemungkinan akan tumbuh menjadi 3,4% pada 2016 dari 3,1% tahun tahun ini. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 3,4%.
Meskipun mereka pesimistis, sebanyak 53% dari eksekutif yang disurvei mengatakan bahwa mereka berencana meningkatkan investasi dalam 12 bulan ke depan, dengan 68% dari dana diarahkan untuk kawasan APEC.
"Dalam catatan yang positif, investasi mereka sekarang kemungkinan lebih tersebar karena perlambatan di China," kata Ketua PwC Filipina Alexander Cabrera, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (16/11/2015).
Menurut dia, China, Amerika Serikat (AS) dan Indonesia tetap menjadi sumber utama pertumbuhan tidak jauh di belakang Vietnam, Filipina dan Thailand.
Menurut survei tahunan oleh eksekutif PwC yang menghadiri Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik, Hahnya 28% dari para pemimpin bisnis regional yang sangat yakin perusahaan mereka akan melihat pertumbuhan pendapatan dalam 12 bulan ke depan, turun dari tahun lalu sebanyak 46%.
Survei menyebutkan, kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China dan gejolak pasar yang berasal dari terjunnya saham China pada musim panas ini memangkas keyakinan mereka.
Ekonomi terbesar kedua di dunia berada pada jalur pertumbuhan paling lambat dalam seperempat abad tahun ini. Kekhawatiran jatuhnya perekonomian China mendorong aksi jual di pasar saham yang menggoncang pasar keuangan dunia dan menghapus nilai pasar saham negera itu sekitar USD4 triliun.
Meski begitu, adanya keyakinan bahwa Asia akan keluar dari perlambatan dan pertumbuhan akan menyapa tahun depan. Direktur Pendukung Kebijakan APEC Denis Hew mengatakan, ekspansi ekonomi di kawasan Asia-Pasifik kemungkinan akan tumbuh menjadi 3,4% pada 2016 dari 3,1% tahun tahun ini. Pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 3,4%.
Meskipun mereka pesimistis, sebanyak 53% dari eksekutif yang disurvei mengatakan bahwa mereka berencana meningkatkan investasi dalam 12 bulan ke depan, dengan 68% dari dana diarahkan untuk kawasan APEC.
"Dalam catatan yang positif, investasi mereka sekarang kemungkinan lebih tersebar karena perlambatan di China," kata Ketua PwC Filipina Alexander Cabrera, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (16/11/2015).
Menurut dia, China, Amerika Serikat (AS) dan Indonesia tetap menjadi sumber utama pertumbuhan tidak jauh di belakang Vietnam, Filipina dan Thailand.
(rna)