Gubernur BI Waspadai Fed Rate Naik Desember
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo sangat mewaspadai kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed Rate) pada Desember tahun ini.
"Di pasar keuangan global, sangat waspadai adanya peningkatan Fed Fund Rate. Kita lihat kemungkinan itu tinggi di akhir 2015," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/11/2015).
Menurut Agus, tekanan pada pasar keuangan global masih belum merata, sehingga harus diwaspadai terutama kondisi data ekonomi di Negeri Paman Sam.
"Di AS, ekonominya tumbuh masih moderat, ekspansi manufaktur dan ekspor lemah, tapi ada perbaikan tenaga kerja, tingkat pengangguran menurun," jelas Agus.
Selain itu, pertumbuhan gaji di AS juga meningkat. Agus menjelaskan, beberapa hal ini bisa menjadi faktor The Fed menaikkan suku bunga yang pertama kali dalam tujuh tahun terkahir.
Dia menambahkan, keputusan masih tetapnya BI Rate di level 7,5% didasari tekanan keuangan global yang belum stabil saat ini.
Selain itu, kata dia, untuk meyakini agar tekanan yang dialami Indonesia, khususnya di transaksi modal dan finansial akan terus dijaga.
Mantan Bos Bank Mandiri ini meyakini aliran dana asing masih terus masuk dalam dua bulan terakhir yang mengindikasikan BI Rate di level 7,5% masih bisa menghadapi tekanan global.
"Menunjukkan kondisi BI Rate 7,5% akan bisa dihadapi, khususnya pada akhir tahun dengan baik. BI sudah perhitungkan dan kajian, dampak dari kebijakan ekonomi negara di dunia. Apalagi jika ada peningkatan Fed Fund Rate, sudah kita lihat dan dengan perbaikan ekonomi Indonesia akan siap hadapi itu," pungkasnya.
"Di pasar keuangan global, sangat waspadai adanya peningkatan Fed Fund Rate. Kita lihat kemungkinan itu tinggi di akhir 2015," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/11/2015).
Menurut Agus, tekanan pada pasar keuangan global masih belum merata, sehingga harus diwaspadai terutama kondisi data ekonomi di Negeri Paman Sam.
"Di AS, ekonominya tumbuh masih moderat, ekspansi manufaktur dan ekspor lemah, tapi ada perbaikan tenaga kerja, tingkat pengangguran menurun," jelas Agus.
Selain itu, pertumbuhan gaji di AS juga meningkat. Agus menjelaskan, beberapa hal ini bisa menjadi faktor The Fed menaikkan suku bunga yang pertama kali dalam tujuh tahun terkahir.
Dia menambahkan, keputusan masih tetapnya BI Rate di level 7,5% didasari tekanan keuangan global yang belum stabil saat ini.
Selain itu, kata dia, untuk meyakini agar tekanan yang dialami Indonesia, khususnya di transaksi modal dan finansial akan terus dijaga.
Mantan Bos Bank Mandiri ini meyakini aliran dana asing masih terus masuk dalam dua bulan terakhir yang mengindikasikan BI Rate di level 7,5% masih bisa menghadapi tekanan global.
"Menunjukkan kondisi BI Rate 7,5% akan bisa dihadapi, khususnya pada akhir tahun dengan baik. BI sudah perhitungkan dan kajian, dampak dari kebijakan ekonomi negara di dunia. Apalagi jika ada peningkatan Fed Fund Rate, sudah kita lihat dan dengan perbaikan ekonomi Indonesia akan siap hadapi itu," pungkasnya.
(dmd)