OJK Sosialisasikan Produk Jasa Keuangan ke Warga Pulau
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan Kegiatan Edukasi Keuangan bagi masyarakat Pulau Untungjawa. Edukasi seperti pengelolaan keuangan dan pengenalan produk atau layanan di sektor jasa keuangan ini diharapkan mampu membuka mata masyarakat pulau untuk mempercayai jasa keuangan seperti bank.
Deputi Direktur Edukasi OJK Jalius mengatakan, Hasil survey Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan oleh OJK pada 2013 untuk 8.000 responden menunjukkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia hanya 21,84 % dengan tingkat inklusi (utilitas) sebesar 59,74%.
Tingkat inklusi yang lebih tinggi dibandingkan tingkat literasi keuangan menandakan bahwa tidak seluruh konsumen jasa keuangan paham akan produk atau layanan jasa keuangan yang dimiliki.
Dilihat dari penggolongan kelompok masyarakat berdasarkan pengeluaran diketahui bahwa golongan C, D dan E (menengah ke bawah) memiliki tingkat literasi yang rendah yaitu masing-masing masih dibawah 40% dengan tingkat inklusi dibawah 1,5 jenis produk dan jasa keuangan.
Data tersebut menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap produk jasa keuangan masih sangat rendah, sedangkan tingkat inklusi keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam menanggulangi kemiskinan.
Sulitnya akses informasi maupun produk/layanan jasa keuangan akan sangat terasa sekali terutama bagi masyarakat kepulauan karena secara geografis terpisah oleh lautan dengan pulau lainnya yang menjadi pusat perekonomian.
"Edukasi keuangan kepada masyarakat Pulau Untungjawa pada kesempatan ini merupakan pilot project OJK untuk membangun tingkat literasi dan inklusi keuangan mulai dari masyarakat kepulauan terluar, program ini kami namakan SiKAPAL Bahari," katanya di Pulau Untungjawa Minggu (22/11/2015).
SiKAPAL Bahari merupakan salah satu program OJK dalam mengedukasi masyarakat Indonesia yang berada di kepulauan terluar yang dalam pelaksanaanya menggunakan infrastruktur transportasi kapal laut untuk mendukung daya jangkau lebih luas lagi.
"Kedepannya OJK akan bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNIAL) dan Kementerian Perhubungan agar daya jangkau edukasi keuangan OJK dapat lebih luas lagi dan dapat menjangkau masyarakat di pulau terluar," tegasnya.
Melalui program ini, selain mengenalkan OJK, juga mengenalkan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan secara baik. Hal ini merupakan dasar sebelum masyarakat mulai mengakses produk jasa keuangan.
Setelah paham dan mampu mengelola keuangan, masyarakat dapat akses layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, seperti Layanan Keuangan Mikro (Laku Mikro).
"Laku Mikro adalah layanan terpadu yang menyediakan produk dan jasa keuangan mikro dengan proses yang sederhana, cepat, akses yang mudah, serta harga yang terjangkau oleh masyarakat," jelasnya.
Lurah Pulau UntungJawa Badri menyambut baik edukasi yang diberikan oleh OJK tersebut. Menurutnya, pulau Untungjawa memiliki penduduk sebanyak 2.180 Jiwa dan luas 40 hektar tersebut memang jauh dari dunia perbankan.
"Maksudnya di tempat kami tidak ada bank, jadi kalau mau menabung harus ke Tanjung Pasir, Tangerang atau ke Kota," katanya.
Namun, untuk masalah pengenalan bank warganya sudah mengetahui. Pasalnya, setiap seminggu sekali ada satu kapal pelayanan bank keliling milik BRI.
"Tapi apa kita mau menabung seminggu sekali, terkadang masyarkat juga butuh uang tunai tapi di Pulau kami tidak ada ATM," jelasnya.
Badri melanjutkan, selama dia tinggal di Pulau tersebut belum ada dibangun ATM. Padahal, selain masyarakat wisatawan juga sangat membutuhkananya.
Deputi Direktur Edukasi OJK Jalius mengatakan, Hasil survey Nasional Literasi Keuangan yang dilakukan oleh OJK pada 2013 untuk 8.000 responden menunjukkan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia hanya 21,84 % dengan tingkat inklusi (utilitas) sebesar 59,74%.
Tingkat inklusi yang lebih tinggi dibandingkan tingkat literasi keuangan menandakan bahwa tidak seluruh konsumen jasa keuangan paham akan produk atau layanan jasa keuangan yang dimiliki.
Dilihat dari penggolongan kelompok masyarakat berdasarkan pengeluaran diketahui bahwa golongan C, D dan E (menengah ke bawah) memiliki tingkat literasi yang rendah yaitu masing-masing masih dibawah 40% dengan tingkat inklusi dibawah 1,5 jenis produk dan jasa keuangan.
Data tersebut menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap produk jasa keuangan masih sangat rendah, sedangkan tingkat inklusi keuangan merupakan salah satu faktor penting dalam menanggulangi kemiskinan.
Sulitnya akses informasi maupun produk/layanan jasa keuangan akan sangat terasa sekali terutama bagi masyarakat kepulauan karena secara geografis terpisah oleh lautan dengan pulau lainnya yang menjadi pusat perekonomian.
"Edukasi keuangan kepada masyarakat Pulau Untungjawa pada kesempatan ini merupakan pilot project OJK untuk membangun tingkat literasi dan inklusi keuangan mulai dari masyarakat kepulauan terluar, program ini kami namakan SiKAPAL Bahari," katanya di Pulau Untungjawa Minggu (22/11/2015).
SiKAPAL Bahari merupakan salah satu program OJK dalam mengedukasi masyarakat Indonesia yang berada di kepulauan terluar yang dalam pelaksanaanya menggunakan infrastruktur transportasi kapal laut untuk mendukung daya jangkau lebih luas lagi.
"Kedepannya OJK akan bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNIAL) dan Kementerian Perhubungan agar daya jangkau edukasi keuangan OJK dapat lebih luas lagi dan dapat menjangkau masyarakat di pulau terluar," tegasnya.
Melalui program ini, selain mengenalkan OJK, juga mengenalkan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan secara baik. Hal ini merupakan dasar sebelum masyarakat mulai mengakses produk jasa keuangan.
Setelah paham dan mampu mengelola keuangan, masyarakat dapat akses layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, seperti Layanan Keuangan Mikro (Laku Mikro).
"Laku Mikro adalah layanan terpadu yang menyediakan produk dan jasa keuangan mikro dengan proses yang sederhana, cepat, akses yang mudah, serta harga yang terjangkau oleh masyarakat," jelasnya.
Lurah Pulau UntungJawa Badri menyambut baik edukasi yang diberikan oleh OJK tersebut. Menurutnya, pulau Untungjawa memiliki penduduk sebanyak 2.180 Jiwa dan luas 40 hektar tersebut memang jauh dari dunia perbankan.
"Maksudnya di tempat kami tidak ada bank, jadi kalau mau menabung harus ke Tanjung Pasir, Tangerang atau ke Kota," katanya.
Namun, untuk masalah pengenalan bank warganya sudah mengetahui. Pasalnya, setiap seminggu sekali ada satu kapal pelayanan bank keliling milik BRI.
"Tapi apa kita mau menabung seminggu sekali, terkadang masyarkat juga butuh uang tunai tapi di Pulau kami tidak ada ATM," jelasnya.
Badri melanjutkan, selama dia tinggal di Pulau tersebut belum ada dibangun ATM. Padahal, selain masyarakat wisatawan juga sangat membutuhkananya.
(dol)