Pembangunan Rumah Bersubsidi di Jateng Hanya 3.000 Unit
A
A
A
SEMARANG - Realisasi pembangunan rumah bersubsidi atau perumahan dengan Fasilitas Liquiditas Pembiayaan Perbankan (FLPP) di Jawa Tengah pada tahun ini, baru terealisasi sebanyak 3.000 unit dari target 13.000 unit. Capaian tersebut belum mampu mendukung program 1 juta rumah yang dicanangkan pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
Tidak terealisasinya pembangunan rumah bersubsidi, bukan karena tidak adanya peminat atau pasar, mengingat selama ini backlog perumahan di Jawa Tengah masih cukup tinggi yakni mencapai 400 ribu unit dan terus meningkat.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Perumahan Rakyat, Andi Kurniawan mengatakan, salah satu hal yang menghambat pembangunan perumahan rakyat adalah masalah perizinan. Menurutnya, perizinan di kabupaten/kota masih terlalu rumit dan prosesnya lama.
“Permasalahannya, bukan karena tidak ada pasar. Kalau pasar masih sangat besar dan terus bertambah untuk perumahan bersubsidi. Yang menjadi kendala adalah, faktor perizinan yang selama ini terlalu lama dan sulit,” ujarnya, di sela-sela penutupan pameran Mandiri REI Expo, Semarang, Selasa (8/12/2015).
Karena itu, Andi berharap, perizinan bisa dipercepat dan lebih fleksibel untuk mendorong percepatan pembangunan satu juta rumah. “Memang tahun ini pasti tidak akan terealisasi, oleh karena itu target tersebut akan direalisasikan pada 2016 mendatang, yang tentunya harus mendapatkan dukungan dari masing-masing daerah,” terangnya.
Dia menjelaskan berdasarkan hasil Munas REI beberapa waktu lalu, nantinya untuk percepatan pembangunan perumahan koordinasi Kementerian Perumahan Rakyat, BPN, Mendagri, BUMN yang membidangi, akan berada di bawah wakil Presiden.
Melalui upaya itu, kata dia, sinerginya akan lebih jelas mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah, yang selama ini masih belum berjalan dengan baik.
Tidak hanya untuk perumahan bersubsidi yang tidak sesuai target, realisasi untuk rumah komersil pun sama. Hanya permasalahannya berbeda. Jika perumahan bersubsidi dikarenakan produksinya yang kurang maksimal, untuk rumah komersil lebih dikarenakan lesunya pasar. “Untuk perumahan komersil juga sama tidak sesuai target,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan Pameran perumahan bertajuk Mandiri REI Expo yang digelar 26 November - 6 Desember 2015 di Atrium Mall Ciputra Semarang berhasil membukukan transaksi penjualan 55 unit.
Ketua Panitia Mandiri REI Expo, Dibya K. Hidayat mengatakan, secara umum pameran REI Expo pada 2015 mengalami kelesuan dibanding tahun lalu. Jika pada 2014 sepanjang pameran REI Expo yang digelar mampu membukukan transaksi 650 unit, tahun ini dari 10 kali pameran hanya menjual 500 unit.
“Pada pameran terakhir kali ini penjualannya cukup baik meski belum sesuai target. Kerja sama dengan perbankan memberikan efek yang baik terhadap penjualan perumahan. Oleh karena itu ke depan kerja sama-kerja sama lain akan terus dilakukan untuk mendongkrak penjualan rumah,” tandasnya.
Tidak terealisasinya pembangunan rumah bersubsidi, bukan karena tidak adanya peminat atau pasar, mengingat selama ini backlog perumahan di Jawa Tengah masih cukup tinggi yakni mencapai 400 ribu unit dan terus meningkat.
Wakil Ketua REI Jateng Bidang Perumahan Rakyat, Andi Kurniawan mengatakan, salah satu hal yang menghambat pembangunan perumahan rakyat adalah masalah perizinan. Menurutnya, perizinan di kabupaten/kota masih terlalu rumit dan prosesnya lama.
“Permasalahannya, bukan karena tidak ada pasar. Kalau pasar masih sangat besar dan terus bertambah untuk perumahan bersubsidi. Yang menjadi kendala adalah, faktor perizinan yang selama ini terlalu lama dan sulit,” ujarnya, di sela-sela penutupan pameran Mandiri REI Expo, Semarang, Selasa (8/12/2015).
Karena itu, Andi berharap, perizinan bisa dipercepat dan lebih fleksibel untuk mendorong percepatan pembangunan satu juta rumah. “Memang tahun ini pasti tidak akan terealisasi, oleh karena itu target tersebut akan direalisasikan pada 2016 mendatang, yang tentunya harus mendapatkan dukungan dari masing-masing daerah,” terangnya.
Dia menjelaskan berdasarkan hasil Munas REI beberapa waktu lalu, nantinya untuk percepatan pembangunan perumahan koordinasi Kementerian Perumahan Rakyat, BPN, Mendagri, BUMN yang membidangi, akan berada di bawah wakil Presiden.
Melalui upaya itu, kata dia, sinerginya akan lebih jelas mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah, yang selama ini masih belum berjalan dengan baik.
Tidak hanya untuk perumahan bersubsidi yang tidak sesuai target, realisasi untuk rumah komersil pun sama. Hanya permasalahannya berbeda. Jika perumahan bersubsidi dikarenakan produksinya yang kurang maksimal, untuk rumah komersil lebih dikarenakan lesunya pasar. “Untuk perumahan komersil juga sama tidak sesuai target,” imbuhnya.
Sementara itu, terkait dengan Pameran perumahan bertajuk Mandiri REI Expo yang digelar 26 November - 6 Desember 2015 di Atrium Mall Ciputra Semarang berhasil membukukan transaksi penjualan 55 unit.
Ketua Panitia Mandiri REI Expo, Dibya K. Hidayat mengatakan, secara umum pameran REI Expo pada 2015 mengalami kelesuan dibanding tahun lalu. Jika pada 2014 sepanjang pameran REI Expo yang digelar mampu membukukan transaksi 650 unit, tahun ini dari 10 kali pameran hanya menjual 500 unit.
“Pada pameran terakhir kali ini penjualannya cukup baik meski belum sesuai target. Kerja sama dengan perbankan memberikan efek yang baik terhadap penjualan perumahan. Oleh karena itu ke depan kerja sama-kerja sama lain akan terus dilakukan untuk mendongkrak penjualan rumah,” tandasnya.
(dmd)