Perlu Ada Kemitraan Partnership Indonesia-Kanada

Rabu, 03 Februari 2016 - 21:10 WIB
Perlu Ada Kemitraan Partnership Indonesia-Kanada
Perlu Ada Kemitraan Partnership Indonesia-Kanada
A A A
HUBUNGAN bilateral Indonesia dengan Kanada mempunyai banyak potensi yang harus terus dikembangkan. Duta Besar RI untuk Kanada Teuku Faizasyah mengusulkan perlu dibangun kemitraan partnership Indonesia-Kanada agar kerjasama makin erat yang pada gilirannya akan saling menguntungkan kedua negara. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana minat pariwisata masyarakat Kanada ke Indonesia?


Jumlah wisatawan Kanada terus meningkat dari tahun ke tahun. Mereka itu tipe turis yang berulang. Kalau kesannya menarik, mereka akan datang lagi. Biasanya kalau mereka saat mudanya backpacker ke sini, pas dewasanya jadi turis yang lebih elit. Meski meningkat, sayangnya kita belum menjadi tujuan wisata. Mereka masih lebih memilih ke Malaysia atau Singapura baru ke Indonesia. Bali memang sudah terkenal. Tapi karena tak ada direct flight, mereka datang dari Filipina atau Bangkok baru ke Bali.

Untuk Bali, kita pernah mempromosikannya di Ottawa. Peminatnya besar, ada 1.000 orang datang ke acara itu. Kita di KBRI sendiri tiap bulan diadakan open day. Masyarakat (Kanada) silakan datang, ya ini untuk promosi ekonomi termasuk pariwisata. Murah meriahlah karena kita tak punya anggaran besar untuk promosi. Cukup lumayan banyak yang tertarik, dan mereka akhirnya wisata ke Bali. Tahun lalu, kita kerjasama dengan travel agent untuk masalah pariwisata ini. Tahun ini kita adakan lagi promosi pada bulan Mei mendatang. Mudah-mudahan ada provinsi yang tertarik. Temanya nanti soal Sumatera. Paketnya, ekonomi termasuk pariwisata bisa ditampilkan. Harapan kita event-nya lebih besar. Jadi kita harus memaksimalkan apa yang ada.

Bagaimana kerjasama pendidikan?

Pendidikan sebenarnya aset karena mampu membangun jaringan jangka panjang. Karena jaraknya jauh, referensi alumni dari sekolah Kanada bisa menjadi pintu masuk. Salah satunya Pak Hary Tanoe (CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo) kan lulusan Kanada. Alumni kita (yang sekolah di Kanada) tidak banyak. Dulu pernah ada program McGill, Kementerian Agama banyak mengirim mahasiswanya untuk kuliah S2 di Montreal. Itu juga bisa menjadi aset. Rata-rata mereka yang kembali ke Indonesia menjadi jembatan untuk kuliah di sini. Karena orang sini (Kanada) lebih senang dengan orang yang sudah tahu asal negaranya. Jadi tidak pusing lagi cari mitra. Itu yang kita manfaatkan asosiasi alumni Kanada di Indonesia.

Jarak memang jauh, tapi dari segi kualitas sangat baik. Bersaing dari sisi biaya pendidikan dengan Amerika sedikit lebih murah, dibanding Australia juga. Selain jarak dan tantangan lain cuaca ekstrem di sini. Tapi kalau sempat mampir perguruan tinggi di sini, negara empat musim yang berat, mereka rata-rata membangun lorong bawah tanah, seperti jalan tikus. Di atas boleh salju sampai ke dengkul, tapi di bawah aman. Jadi di atas kelihatan tak ada aktivitas, tapi di bawah sudah kayak semut itu, ramai.

Adakah program beasiswa untuk kuliah di Kanada?

Kendalanya di sini tak ada program beasiswa. Pemerintah Kanada ekonominya sedikit mengalami masalah. Kemunduran ekonomi Kanada ini karena mereka juga tergantung dengan minyak. Harga minyak jatuh mereka juga mengalami masalah. Jadi beasiswa itu ada dari pemerintah provinsi. Mahasiswa kita yang lewat beasiswa LPDP itu bagus juga. Karena kita perlu orang yang mengerti Kanada dan kebalikannya mengerti Indonesia. Beasiswa sudah tak ada. Dulu saya pernah ikut pertukaran pemuda tahun 1985 selama setahun. Program itu sebenarnya sudah berjalan selama 40 tahun, tapi tahun lalu berhenti karena tak ada lagi suntikan dana dari Pemerintah Kanada. Sekarang yang coba saya manfaatkan adalah program pelatihan demokrasi, pelatihan pemuda. Walapun tidak skala besar tapi punya imbas buat Indonesia secara ekonomi saya rasa nilainya cukup lumayan.

Bagaimana keberadaan WNI di Kanada?

Di sini, sekitar ada 10.000 WNI. Mereka rata-rata mahasiswa dan bekerja sebagai pekerja terlatih. Memang dalam dua tahun terakhir ada pengetatan kalau mau kerja di sini. Karena pemerintah Kanada ingin mendahulukan warga negara mereka. Sebenarnya ada sektor-sektor yang kita bisa masuk, tapi ada saingan dari negara-negara yang lebih siap seperti Filipina karena berbahasa Inggris, misalnya tenaga perawat. Tenaga buruh kasar agak susah di sini karena cuaca dan lainnya. Satu lagi peluang yang sekarang lagi dicoba dikerjasamakan ada slot untuk tenaga pemotong hewan yang muslim untuk produk-produk halal. Quotanya ada tapi belum disebutkan karena Kanada ingin dalam kerangka kerja pertanian yang menyeluruh. Kalau bisa disepakati tahun ini, berarti ada peluang (bagi masyarakat kita) untuk bekerja sebagai tukang potong hewan di Kanada.

Sejauh ini masalah apa yang terjadi pada WNI di Kanada?

Sejauh ini masalah terkait WNI bisa kita atasi. Ada kasus kriminal juga, kasus lain misalnya hilang paspor. Ada lagi, saya baru dapat laporan ada yang berlibur tiba-tiba sakit. Itu menjadi masalah karena kadang-kadang tidak melengkapi dirinya dengan asuransi. Kalau berlibur ke luar engeri sebaiknya ada asuransi kesehatan. Karena begitu masuk rumah sakit, mahal sekali di sini.

Apa harapan Anda bagi hubungan Indonesia-Kanada ke depan?

Saya ingin ada satu kemitraan. Kenapa kemitraan? Karena yang kita hadapi sekarang adalah hubungan baik dan sangat fluktiatif kalau peemrintahannya berganti. Pemerintah Kanada memang melihat Asia tapi yang dilihat negara seperti China, Jepang dan India. Asia tenggara ada perhatian tapi lebih untuk kerjasama perdagangan. Kita ingin kerjasama yang lebih. Kita ingin sebuah kemitraan atau biasa disebut kemitraan partnership. Saya akan dorong kerjasama ini ke arah sana.

Apakah kemitraan partnership RI-Kanada bisa diwujudkan?


Kita sudah ada yang disebut dengan kolsultasi dua tahunan, sebenarnya annual consultation, tapi realisasinya dua tahunan. Wadah ini bisa menjadi embrio dasar bagi membangun suatu kemitraan dengan Kanada. Saya sudah bicara dengan tenaga-tenaga thinktank di sini. Tenaga-tenaga thinktank di sini sepakat kalau mencari mitra di kawasan ini yang paling tepat adalah Indonesia. Jadi tahun ini saya akan road show di beberapa thinktank perguruan tinggi. Salah satunya CIGI untuk mempromosikan hubungan bilateral Indonesia- Kanada. Dengan langkah itu mudah-mudahan bisa terbangun kemitraan.

Apa tantangannya?

Kanada baru saja pemilu. Pemerintahan dan parlemen baru. Ini berarti kita memulai lagi pendekatan dan promosikan lagi kerjasama dengan thinktank yang ada. Kalau kemitraan partnership ini bisa tercapai, siapapun nanti yang memimpin Indonesia atau Kanada sudah ada kesamaan visi yang sudah menjadi platform bersama. Harapan ini sangat mungkin tercapai karena dalam banyak isu kita sepaham. Misalnya isu lingkungan, penanganan ekstremisme, kita sepaham. Jadi kita bisa bicara hal yang sama. Tak banyak negara yang bisa seperti itu, Indonesia salah satu yang bisa.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5959 seconds (0.1#10.140)