Ekonomi Jateng 2015 Tumbuh 5,4%
A
A
A
SEMARANG - Badan Pusat Statisk (BPS) Jawa Tengah (Jateng) mencatat, perekonomian Jateng 2015 tumbuh 5,4%. Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali pengadaan listrik dan gas yang mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 3,3%.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jateng Syarifuddin Nawie mengatakan, jasa perusahaan merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,7%, diikuti informasi dan komunikasi sebesar 9,5% dan jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,1%.
"Perekonomian Jateng 2015 yang diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp1.014.074,2 miliar. Ekonomi Jawa Tengah 2015 tumbuh 5,4% meningkat dibanding 2014 (5,3 %)," katanya, kemarin.
Struktur perekonomian Jateng menurut lapangan usaha 2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: industri pengolahan (35,3%); pertanian, kehutanan dan perikanan (15,5%) dan perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (13,3%).
"Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jateng 2015, industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,6%, diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,8%; dan perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 0,6%," jelasnya.
Dari sisi pengeluaran, kata dia, pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 5,4% didukung hampir seluruh komponen kecuali pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,1%.
Komponen ekspor merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,0%, diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,2% dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,5%.
"Struktur ekonomi Jateng 2015 menurut pengeluaran didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (61,1%), diikuti PMTB (30,3%) dan pengeluaran konsumsi pemerintah (8,5%). Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jateng 2015, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,7%, diikuti PMTB 1,5%," jelasnya.
Pengamat ekonomi Universitas Soegijapranata (Unika) Semarang Andreas Lako mengaku, pertumbuhan ekonomi Jateng yang mencapai 5,4%, merupakan pertumbuhan baik meski tidak jauh beda dengan 2014.
2015, merupakan kondisi sangat sulit bagi perekonomian. "Banyak kalangan memprediksi perekonomian Jateng akan melambat dari tahun lalu, tapi buktinya Jateng pertumbuhan ekonomi masih mampu tumbuh meski tidak banyak. Saya yakin pertumbuhan ekonomi Jateng lebih tinggi dari Nasional," katanya.
Dia mengatakan, masih stabilnya ekonomi Jateng tidak lepas dari membaiknya kondisi infrastruktur khusunya jalan. Di mana jalan-jalan di Jateng sudah mulai membaik mulai dari desa sampai penghubung antar kabupaten/kota.
Hal itu membuat penggerak ekonomi menjadi lebih baik. Kesenjangan antar daerah yang sebelumnya terkendala masalah infrastruktu dapat diatasi sehingga proses pertukaran antar daerah berjalan dengan baik.
"Dalam sembilan bulan terakhir ekonomi kita membaik ini karena dampak dari mulai bagusnya pembangunan jalan antar daerah, yang selama ini menjadi masalah," ujarnya.
Pada 2016 perekonomian Jateng diprediksi akan semakin baik, selama tidak ada faktor eksternal yang sangat berat mengguncang Jateng.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jateng Syarifuddin Nawie mengatakan, jasa perusahaan merupakan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,7%, diikuti informasi dan komunikasi sebesar 9,5% dan jasa keuangan dan asuransi sebesar 8,1%.
"Perekonomian Jateng 2015 yang diukur berdasarkan produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp1.014.074,2 miliar. Ekonomi Jawa Tengah 2015 tumbuh 5,4% meningkat dibanding 2014 (5,3 %)," katanya, kemarin.
Struktur perekonomian Jateng menurut lapangan usaha 2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: industri pengolahan (35,3%); pertanian, kehutanan dan perikanan (15,5%) dan perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (13,3%).
"Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jateng 2015, industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,6%, diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,8%; dan perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 0,6%," jelasnya.
Dari sisi pengeluaran, kata dia, pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 5,4% didukung hampir seluruh komponen kecuali pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,1%.
Komponen ekspor merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 11,0%, diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,2% dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,5%.
"Struktur ekonomi Jateng 2015 menurut pengeluaran didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (61,1%), diikuti PMTB (30,3%) dan pengeluaran konsumsi pemerintah (8,5%). Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Jateng 2015, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,7%, diikuti PMTB 1,5%," jelasnya.
Pengamat ekonomi Universitas Soegijapranata (Unika) Semarang Andreas Lako mengaku, pertumbuhan ekonomi Jateng yang mencapai 5,4%, merupakan pertumbuhan baik meski tidak jauh beda dengan 2014.
2015, merupakan kondisi sangat sulit bagi perekonomian. "Banyak kalangan memprediksi perekonomian Jateng akan melambat dari tahun lalu, tapi buktinya Jateng pertumbuhan ekonomi masih mampu tumbuh meski tidak banyak. Saya yakin pertumbuhan ekonomi Jateng lebih tinggi dari Nasional," katanya.
Dia mengatakan, masih stabilnya ekonomi Jateng tidak lepas dari membaiknya kondisi infrastruktur khusunya jalan. Di mana jalan-jalan di Jateng sudah mulai membaik mulai dari desa sampai penghubung antar kabupaten/kota.
Hal itu membuat penggerak ekonomi menjadi lebih baik. Kesenjangan antar daerah yang sebelumnya terkendala masalah infrastruktu dapat diatasi sehingga proses pertukaran antar daerah berjalan dengan baik.
"Dalam sembilan bulan terakhir ekonomi kita membaik ini karena dampak dari mulai bagusnya pembangunan jalan antar daerah, yang selama ini menjadi masalah," ujarnya.
Pada 2016 perekonomian Jateng diprediksi akan semakin baik, selama tidak ada faktor eksternal yang sangat berat mengguncang Jateng.
(izz)