Sharpindo Bidik Pasar Sektor Kelautan dan Perikanan
A
A
A
JAKARTA - PT Sharpindo Dinamika Prima (SDP) yakni perusahaan produsen hardware and tools merek Shark, akan fokus untuk menggarap pasar dalam negeri dan menjadi market leader di bisnis ini. Pasar dalam negeri, khususnya sektor pertanian dan kelautan dinilai masih sangat besar dan prospektif.
CEO Sharpindo Dinamika Prima Jusmin Suwoko menerangkan potensi market dalam negeri sangat besar. Bahkan di Asia Tenggara, menurutnya Indonesia merupakan pasar yang paling menarik. Menurut dia, produk yang dihasilkan sebagian besar (90%) untuk kalangan usaha kecil menengah (UKM) di sektor pertanian dan kelautan.
“Dari dua sektor itu, kelautan memiliki pangsa pasar yang lebih besar. Apalagi pemerintah tengah menggiatkan industri di sektor kelautan dan perikanan,” ujarnya di Jakarta Senin (22/2/2016).
Perusahaan yang berdiri pada 1989 ini berkomitmen untuk terus melakukan transfer teknologi sehingga nantinya tidak banyak bergantung dengan ahli teknik dari luar negeri.
“Investasi akan kami tambah khusus ke modal kerja berupa mesin. Dalam jangka pendek, mesin-mesin tersebut masih dioperasikan oleh tenaga ahli dari Jepang. Saya harap, nantinya orang Indonesia sudah bisa mengoperasikan mesin tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, untuk semakin meningkatkan daya saing produknya, SDP tengah melakukan feasibility study untuk merelokasi pabriknya yang saat ini berada di Tangerang. Pasalnya, dengan naiknya upah minimum kota/kabupaten (UMK) Tangerang pada tahun ini, pihaknya mulai melirik sejumlah lokasi dengan tingkat UMK yang lebih kompetitif.
“Ada dua lokasi yang kita bidik yakni Semarang dan Medan. Tetapi, ini masih belum pasti karena kami harus mengkaji lagi proses distribusi logistiknya. Kalau terlalu jauh dengan lokasi distribusi, maka harga akan naik. Ini yang kami hindari,” ujarnya.
CEO Sharpindo Dinamika Prima Jusmin Suwoko menerangkan potensi market dalam negeri sangat besar. Bahkan di Asia Tenggara, menurutnya Indonesia merupakan pasar yang paling menarik. Menurut dia, produk yang dihasilkan sebagian besar (90%) untuk kalangan usaha kecil menengah (UKM) di sektor pertanian dan kelautan.
“Dari dua sektor itu, kelautan memiliki pangsa pasar yang lebih besar. Apalagi pemerintah tengah menggiatkan industri di sektor kelautan dan perikanan,” ujarnya di Jakarta Senin (22/2/2016).
Perusahaan yang berdiri pada 1989 ini berkomitmen untuk terus melakukan transfer teknologi sehingga nantinya tidak banyak bergantung dengan ahli teknik dari luar negeri.
“Investasi akan kami tambah khusus ke modal kerja berupa mesin. Dalam jangka pendek, mesin-mesin tersebut masih dioperasikan oleh tenaga ahli dari Jepang. Saya harap, nantinya orang Indonesia sudah bisa mengoperasikan mesin tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, untuk semakin meningkatkan daya saing produknya, SDP tengah melakukan feasibility study untuk merelokasi pabriknya yang saat ini berada di Tangerang. Pasalnya, dengan naiknya upah minimum kota/kabupaten (UMK) Tangerang pada tahun ini, pihaknya mulai melirik sejumlah lokasi dengan tingkat UMK yang lebih kompetitif.
“Ada dua lokasi yang kita bidik yakni Semarang dan Medan. Tetapi, ini masih belum pasti karena kami harus mengkaji lagi proses distribusi logistiknya. Kalau terlalu jauh dengan lokasi distribusi, maka harga akan naik. Ini yang kami hindari,” ujarnya.
(akr)