Menkeu Ungkap Tantangan Pendidikan Ekonomi Syariah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia memiliki tantangan besar terkait pendidikan ekonomi syariah. Tantangan ini dinilai klasik karena sudah ada sejak dulu dan belum diselesaikan secara penuh.
Tantangan tersebut yakni belum adanya link and match yang baik antara akademik ekonomi syariah dengan dunia kerja saat ini. Mereka yang lulus strata 1 bahkan 2, kalah bersaing di dunia kerja. (Baca: Menkeu Ingin PT Tingkatkan Pendidikan Ekonomi Syariah).
"Ini link and match-nya enggak ada. Masih banyak lulusan S1-S2 yang seharusnya berkompeten di ekonomi syariah ternyata saat tes kerja kalah bersaing. Kita hrus memperbaiki kualitas mahasiswa, apa yang diajarkan di kampus ini nyambung dengan dunia," kata Bambang di forum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jakarta, Kamis (3/3/2016).
Bambang juga mengingatkan kampus-kampus yang bagus atau terkesan eksklusif tidak mengajarkan atau mengakomodir pendidikan ekonomi syariah sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini.
"Saya mengingatkan, jangan kampus-kampus dengan kemampuan mumpuni dan eksklusif terus merasa punya serapan keilmuan. Jadi, mahasiswa harus mengikuti. Sementara dunia kerja punya kebutuhan sendiri, mereka tidak mengakomodir," terangnya.
Dia meminta kepada IAEI, untuk menjembatani kurikulum ekonomi syariah yang mendekatkan dunia akademik dengan dunia kerja. Apalagi perkembangan sektor keuangan saat ini dinamis.
"Dulu itu jarang kita dengar ancaman krisis, sekarang boro-boro jarang mendengar. Ancaman itu bisa datang setiap bulan atau minggu yang hanya berasal dari gosip regulasi yang beredar. Dunia syariah sudah jauh beda dibanding waktu pertama kali di populerkan. Ini tantangan terbesar IAEI," pungkas Bambang.
Tantangan tersebut yakni belum adanya link and match yang baik antara akademik ekonomi syariah dengan dunia kerja saat ini. Mereka yang lulus strata 1 bahkan 2, kalah bersaing di dunia kerja. (Baca: Menkeu Ingin PT Tingkatkan Pendidikan Ekonomi Syariah).
"Ini link and match-nya enggak ada. Masih banyak lulusan S1-S2 yang seharusnya berkompeten di ekonomi syariah ternyata saat tes kerja kalah bersaing. Kita hrus memperbaiki kualitas mahasiswa, apa yang diajarkan di kampus ini nyambung dengan dunia," kata Bambang di forum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Jakarta, Kamis (3/3/2016).
Bambang juga mengingatkan kampus-kampus yang bagus atau terkesan eksklusif tidak mengajarkan atau mengakomodir pendidikan ekonomi syariah sesuai kebutuhan dunia kerja saat ini.
"Saya mengingatkan, jangan kampus-kampus dengan kemampuan mumpuni dan eksklusif terus merasa punya serapan keilmuan. Jadi, mahasiswa harus mengikuti. Sementara dunia kerja punya kebutuhan sendiri, mereka tidak mengakomodir," terangnya.
Dia meminta kepada IAEI, untuk menjembatani kurikulum ekonomi syariah yang mendekatkan dunia akademik dengan dunia kerja. Apalagi perkembangan sektor keuangan saat ini dinamis.
"Dulu itu jarang kita dengar ancaman krisis, sekarang boro-boro jarang mendengar. Ancaman itu bisa datang setiap bulan atau minggu yang hanya berasal dari gosip regulasi yang beredar. Dunia syariah sudah jauh beda dibanding waktu pertama kali di populerkan. Ini tantangan terbesar IAEI," pungkas Bambang.
(izz)