World Bank Ramal Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Bertahan

Senin, 11 April 2016 - 10:46 WIB
World Bank Ramal Ekonomi...
World Bank Ramal Ekonomi Asia Timur dan Pasifik Bertahan
A A A
JAKARTA - World Bank (Bank Dunia) meramal ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik dalam kurun waktu 2016-2018 akan bertahan atau sedikit melambat. Hal ini setelah Bank Dunia melihat berbagai risiko yang berkembang.

Pemerintahan di kawasan ini diharapkan tetap menguatamakan kebijakan keuangan dan fiskal yang dapat meredam kerentanan dan memperkuat kredibilitas, sert mempertajam reformasi struktural.

"Pertumbuhan kawasan Asia Timur dan Pasifik bertahan, mereka terus memberikan kontribusi besr kepada pertumbuhan global," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa di Jakarta, Senin (11/4/2016).

Dia menambahkan, kawasan ini mencakup hampir dua perlima dari pertumbuhan ekonomi dunia di 2015. Lebih dari dua kali lipat dari seluruh kawasan pembangunan yang lainnya. Kawasan ini terbantu oleh kebijakan makro ekonomi yang cermat termasuk usaha meningkatkan pendapatan domestik di beberapa negara eksportir komoditas.

"Namun, guna mempertahankan pertumbuhan di tengah-tengah situasi dunia yang menantang, perlu kemajuan berkala dalam reformasi struktural," ‎kata Victoria.

Sebaliknya, laporan perkembangan ekonomi Asia Timur dan Pasifik melihat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berpenghasilan tinggi melambat‎ di tengah situasi yang menantang.

"Perlambatan juga merata di negara-negara berkembang dengan kondisi perdagangan dunia melemah, harga komoditas tetap rendah dan pasar keuangan kurang stabil," imbuh dia.

Menurutnya, jika tidak menyertakan China, negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik tumbuh 4,7% di 2015. Laju pertumbuhan akan naik sedikit 4,8% di 2016 dan 4,9% untuk 2017-2018. Kondisi ini dimotori oleh pertumbuhan perekonomian besar Asia Tenggara.

"Namun, perkiraan untuk masing-masing negara bervariasi, tergantung pada hubungan perdagangan dan keuangan mereka dengan negara-negara berpenghasilan tinggi dan Tiongkok, serta ketergantungan mereka terhadap ekspor komoditas," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7142 seconds (0.1#10.140)