Bill Gates 'Kaget' Warga AS Sedikit dalam Daftar Panama Papers

Kamis, 14 April 2016 - 15:49 WIB
Bill Gates Kaget Warga AS Sedikit dalam Daftar Panama Papers
Bill Gates 'Kaget' Warga AS Sedikit dalam Daftar Panama Papers
A A A
NEW YORK - Pendiri Microsoft, Bill Gates mengaku ragu dengan keabsahan daftar Panama Papers, lantaran minimnya warga Amerika Serikat (AS) dalam list bocornya data ribuan klien firma hukum bernama Mossack Fonseca yang berbasis di Panama. Seperti diketahui Panama Papers itu mengungkap 11,5 juta rekaman yang melibatkan 214.000 entitas offshore, 500 bank berskala internasional, serta individu dan perusahaan di 200 negara di seluruh dunia.

Namun banyak orang yang bertanya-tanya, kenapa sangat sedikit warga AS yang masuk dalam daftar tersebut. Jutaan dokumen yang dijuluki Panama Papers itu juga memuat mengenai individu dan entitas bisnis yang memanfaatkan perusahaan offshore untuk menghindari pajak dan melakukan pencucian uang.

"Saya terkejut sangat sedikit orang Amerika (di daftar Panama Papers). Setiap kali Anda mengajukan pengembalian pajak, Anda akan diminta untuk menuliskan apakah punya rekening bank di luar negeri dan aset yang Anda miliki. Ini berarti tidak semua orang menjawab pertanyaan itu dengan jujur," jelas Gates dengan nada menyindir dalam sebuah wawancara eksklusif bersama CNBC di Qatar, Kamis (14/4/2016).

(Baca Juga: Panama Papers Bocor, Mossack Fonseca Klaim Korban Hack)

Laporan awal menunjukkan ada lebih dari 200 warga AS termasuk dalam daftar Panama Papers seperti dilansir Forbes pekan ini. Namun International konsorsium dari investigasi wartawan (ICIJ), yang merupakan salah satim yang menganalisa data menyatakan ada lebih dari 214.000 perusahaan cangkang atau offshore yang terhubung lebih dari 200 negara.

Meski begitu sejauh ini daftar tersebut belum dapat diverifikasi kebenaran dan keakuratannya. Beberapa teori menyimpulkan bahwa Mossack Fonseca bukan sebuah firma hukum favorit warga Amerika. Sementara ada juga yang mengatakan bahwa AS memiliki struktur fleksibel entitas sendiri, meski banyak pengamat juga menyatakan sangat mudah buat warga AS membuat perusahaan offshore di negara tertentu.

Sementara itu dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNBC pada tengah pekan kemarin, mantan bankir UBS, Bradley Birkenfeld mengungkapkan bahwa perusahaan yang berbasis di Panama City adalah korban hacking oleh badan intelijen AS. "Saya yakin CIA ada di balik semua ini, tapi ini semua baru sebatas pendapat saya saja," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6767 seconds (0.1#10.140)