Indonesia Harus Contoh Industri Tekstil Bangladesh

Rabu, 27 April 2016 - 17:48 WIB
Indonesia Harus Contoh Industri Tekstil Bangladesh
Indonesia Harus Contoh Industri Tekstil Bangladesh
A A A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia diminta meniru Bangladesh dalam mengembangkan industri tekstil dalam negeri. Saat ini mereka sedang menikmati booming tekstil karena sukses menembus pasar Eropa.

"Bangladesh sedang menikmati booming tekstil. Pertumbuhannya mencapai 200%. Mereka pandai memanfaatkan kesempatan dengan Eropa," kata Senior Area Sales Manager SPG Prints Ronald Meuffels kepada Sindonews saat pembukaan Pameran Internasional Tekstil Indo Intertex 2016 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Rabu (27/4/2016).

Pemasok mesin tekstil dari Belanda itu menuturkan, selain Bangladesh, Vietnam juga sedang menikmati booming tekstil dari pasar Amerika Serikat (AS). "Pemerintah kedua negara pandai bernegosiasi dengan otoritas AS dan Eropa, sehingga pasar mereka jadi ramah terhadap produk tekstil Bangladesh dan Vietnam," ujar Ronald.

Menurut Ronald, rakyat Indonesia sebaiknya tidak alergi dengan pasar bebas. Yang harus ditekankan di sini adalah kemampuan negoisasi pemerintah RI dengan negara tujuan ekspor.

"Sebab klausul take and give dalam perdagangan adalah lumrah. Tinggal bagaimana pemerintah memanfaatkan peluang yang ada," sarannya.

Di tempat yang sama, President Director PT Nutek Kawan Mas, Yuwenta Hendrika mengamini pendapat supplier mesin tekstil buatan Eropa tersebut. Menurut dia, bea masuk yang dikenakan terhadap produk tekstil Bangladesh maupun Vietnam rendah di dua pasar utama ini. Sehingga harganya punya daya saing.

"Kita juga harus memperbaiki kualitas produk tekstil dalam negeri. Sehingga produk ekspor punya nilai lebih. Salah satunya memperbarui alat atau teknologi di pabrik," ucap salah satu agen besar beragam mesin pabrik tekstil dari Eropa tersebut.

Menurut dia, sudah banyak pabrik yang memesan mesin terbaru ke perusahaannya. Ini menandakan bahwa pasar tekstil global terus tumbuh. "Mereka harus persiapan karena mesin tidak bisa langsung didatangkan. Biasanya sekitar 6 bulan baru datang dan kebutuhan meng-upgrade mesin memang sangat dibutuhkan," pungkasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9739 seconds (0.1#10.140)