Lanjutkan Tren, Neraca Perdagangan April 2016 Surplus USD667,2 Juta
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada bulan April 2016 mengalami surplus USD667,2 juta dengan ekspor mencapai USD11,45 miliar dan impor USD10,78 miliar.
Untuk ekspor Indonesia mencapai USD11,45 miliar turun 3,07% jika dibandingkan Maret 2016. Penurunan ini, kata Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo dikarenakan turunnya ekspor migas Indonesia sebesar 28,44%.
“Untuk total ekspor Januari-April USD45,05 miliar turun 13,63% (yoy). Sedangkan untuk ekspor nonmigas Januari-April USD40,60miliar turun 9,54%," katanya di Gedung BPS, Senin (16/5/2016)
Share terbesar, ungkap Sasmito, terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD5,27 miliar dan bahan bakar mineral USD 4,33 miliar.
"Untuk pangsa ekspor nonmigas Januari-April 2016 yang pertama masih dipegang oleh Amerika Serikat USD4,97 miliar atau 12,22%, kedua Jepang yakni USD4,18 miliar atau 10,27%. Dan China USD3,89 miliar atau 9,55%," kata Sasmito.
Untuk ekspor nonmigas dj ASEAN sebesar USD8,83 miliar atau 21,69%. Sedangkan untuk ekspor nonmigas ke Uni Eropa USD4,61 miliar atau 11,33%.
Beralih ke impor, pada bulan April 2016 mencapai USD 10,78 miliar atau turun 4,62% dibanding Maret 2016. Penurunan terjadi di sektor migas sebesar 12,32% atau USD1,36 miliar.
"Ini membuktikan ketergantungan kita akan impor migas turun, karena kita sudah bisa memproduksi dan mengolah migas kita dengan baik," kata Sasmito.
(Baca: BI Ramal Neraca Perdagangan April 2016 Kembali Berotot)
Untuk total impor Januari-April 2016 USD42,72 miliar turun 13,44% (yoy). Impor non migas Januari- April 2016 USD37,47 miliar turun 8,44% (yoy). Untuk share terbesar ada di mesin dan peralatan mekanik USD6,81 miliar dan pada mesin dan peralatan listrik USD4,79 miliar.
Untuk pangsa impor nonmigas Januari-April 2016 terbesar terjadi di China yaitu USD9,65 miliar atau 25,76%. "Ketergantungan kita ke China masih besar," kata Sasmito.
Kedua Jepang USD4,10 miliar atau 10,94% dan Thailand USD3,05 miliar atau 8,15%. Untuk impor non migas dari ASEAN USD 8,43 miliar atau 22,49% dan impor nonmigas dari Uni Eropa USD3,59 miliar atau 9,59%.
Untuk ekspor Indonesia mencapai USD11,45 miliar turun 3,07% jika dibandingkan Maret 2016. Penurunan ini, kata Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo dikarenakan turunnya ekspor migas Indonesia sebesar 28,44%.
“Untuk total ekspor Januari-April USD45,05 miliar turun 13,63% (yoy). Sedangkan untuk ekspor nonmigas Januari-April USD40,60miliar turun 9,54%," katanya di Gedung BPS, Senin (16/5/2016)
Share terbesar, ungkap Sasmito, terjadi pada lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD5,27 miliar dan bahan bakar mineral USD 4,33 miliar.
"Untuk pangsa ekspor nonmigas Januari-April 2016 yang pertama masih dipegang oleh Amerika Serikat USD4,97 miliar atau 12,22%, kedua Jepang yakni USD4,18 miliar atau 10,27%. Dan China USD3,89 miliar atau 9,55%," kata Sasmito.
Untuk ekspor nonmigas dj ASEAN sebesar USD8,83 miliar atau 21,69%. Sedangkan untuk ekspor nonmigas ke Uni Eropa USD4,61 miliar atau 11,33%.
Beralih ke impor, pada bulan April 2016 mencapai USD 10,78 miliar atau turun 4,62% dibanding Maret 2016. Penurunan terjadi di sektor migas sebesar 12,32% atau USD1,36 miliar.
"Ini membuktikan ketergantungan kita akan impor migas turun, karena kita sudah bisa memproduksi dan mengolah migas kita dengan baik," kata Sasmito.
(Baca: BI Ramal Neraca Perdagangan April 2016 Kembali Berotot)
Untuk total impor Januari-April 2016 USD42,72 miliar turun 13,44% (yoy). Impor non migas Januari- April 2016 USD37,47 miliar turun 8,44% (yoy). Untuk share terbesar ada di mesin dan peralatan mekanik USD6,81 miliar dan pada mesin dan peralatan listrik USD4,79 miliar.
Untuk pangsa impor nonmigas Januari-April 2016 terbesar terjadi di China yaitu USD9,65 miliar atau 25,76%. "Ketergantungan kita ke China masih besar," kata Sasmito.
Kedua Jepang USD4,10 miliar atau 10,94% dan Thailand USD3,05 miliar atau 8,15%. Untuk impor non migas dari ASEAN USD 8,43 miliar atau 22,49% dan impor nonmigas dari Uni Eropa USD3,59 miliar atau 9,59%.
(ven)