OJK: Asuransi Masih Dinilai Mahal
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, asuransi masih dinilai mahal oleh sebagian masyarakat. Namun, itu karena pemahaman yang masih kurang.
Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK, Edi Setiadi mengatakan, edukasi harus lebih sering dilakukan oleh regulator dan industri. Soalnya banyak masyarakat yang sebenarnya mampu tapi menilai asuransi tidak penting dan mahal.
"Selain edukasi, kurang yang dipasarkan, belum minat. Masyarakat sebut bayar asuransi mahal padahal mereka mampu," ujarnya di Jakarta, Minggu (22/5/2016).
Edi menjelaskan, berdasarkan hasil survei, sekitar 50% masyarakat Indonesia tidak mengenal jasa asuransi. Sementara yang sudah mengerti pun belum tentu menggunakannya.
"Kita lihat survei 2013 tidak mengenal sama sekali asuransi masih sekitar 50%. Sementara yang terliterasi kurang dari 20%, 18%, belum lagi yang kita lihat yang sudah terliterasi utilisasi gunakan asuransi 11% dibandingkan perbankan yang sudah 67%," katanya.
Sementara, lanjut dia, yang benar-benar memakai jasa asuransi hanya sekitar 2,3%. Angka tersebut masih di bawah Malaysia dan Singapura.
"Sebabnya banyak, kurang sosialisasi, edukasi. Sektor asuransi di lingkungan regional 2,3% dibandingkan Singapura dan Malaysia 6% serta Jepang 11%," pungkasnya.
Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK, Edi Setiadi mengatakan, edukasi harus lebih sering dilakukan oleh regulator dan industri. Soalnya banyak masyarakat yang sebenarnya mampu tapi menilai asuransi tidak penting dan mahal.
"Selain edukasi, kurang yang dipasarkan, belum minat. Masyarakat sebut bayar asuransi mahal padahal mereka mampu," ujarnya di Jakarta, Minggu (22/5/2016).
Edi menjelaskan, berdasarkan hasil survei, sekitar 50% masyarakat Indonesia tidak mengenal jasa asuransi. Sementara yang sudah mengerti pun belum tentu menggunakannya.
"Kita lihat survei 2013 tidak mengenal sama sekali asuransi masih sekitar 50%. Sementara yang terliterasi kurang dari 20%, 18%, belum lagi yang kita lihat yang sudah terliterasi utilisasi gunakan asuransi 11% dibandingkan perbankan yang sudah 67%," katanya.
Sementara, lanjut dia, yang benar-benar memakai jasa asuransi hanya sekitar 2,3%. Angka tersebut masih di bawah Malaysia dan Singapura.
"Sebabnya banyak, kurang sosialisasi, edukasi. Sektor asuransi di lingkungan regional 2,3% dibandingkan Singapura dan Malaysia 6% serta Jepang 11%," pungkasnya.
(dmd)