BI Ramal Tekanan Kenaikan Harga Melambat Pada Agustus

Kamis, 09 Juni 2016 - 23:11 WIB
BI Ramal Tekanan Kenaikan Harga Melambat Pada Agustus
BI Ramal Tekanan Kenaikan Harga Melambat Pada Agustus
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi tekanan kenaikan harga pada bulan Agustus 2016 mulai melambat. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang yang tercatat turun 2,7 poin menjadi 171,3.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, melambatnya tekanan kenaikan harga diprediksi terjadi terutama pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan kelompok bahan makanan.

"Turunnya ekspektasi tekanan kenaikan harga tersebut ditengarai sejalan dengan kembali normalnya permintaan konsumen pasca hari raya idul fitri," kata Tirta di Jakarta, Kamis (9/6/2016)

Berdasarkan survei Bank Indonesia, tekanan kenaikan harga pada November 2016 diperkirakan kembali meningkat dari bulan sebelumnya. Di sisi lain, optimisme konsumen pada Mei 2016 meningkat dari bulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2016 yang tercatat sebesar 112,1 atau lebih tinggi dari 109,0 pada bulan sebelumnya.

Menurut Tirta, meningkatnya optimisme konsumen tersebut didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang. "Sementara, kondisi ekonomi saat ini menurut persepsi konsumen lebih baik dari bulan sebelumnya," papar Tirta.

Meningkatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) Mei 2016 didorong oleh kenaikan seluruh indeks pembentuknya, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada indeks penghasilan.

Dia mengungkapkan, indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama juga meningkat. Sementara itu, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang juga meningkat dari bulan sebelumnya.

Hal ini tercermin dari indeks ekspektasi konsumen (IEK) Mei 2016 sebesar 127,7 naik 4,5 poin dari bulan sebelumnya. "Meningkatnya IEK Mei 2016 didorong oleh kenaikan seluruh indeks pembentuknya, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada indeks ketersediaan lapangan kerja," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7290 seconds (0.1#10.140)