Harga Daging Sapi Melonjak Karena Murni Ketidakbecusan Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengakui, tingginya harga daging sapi di pasaran beberapa waktu belakangan murni disebabkan karena ketidakbecusan pemerintah dalam memilih langkah untuk menstabilkan harga. Pemerintah sejak pertengahan tahun lalu secara drastis mengurangi kuota impor sapi bakalan, dan hal tersebut menyebabkan harganya langsung menukik tajam.
Dia mengatakan, pada tahun lalu importasi sapi yang biasanya sekitar 160 ribu ekor sapi hidup per kuartal, tiba-tiba dipangkas habis-habisan menjadi hanya 50 ribu ekor per kuartal. Sejak saat itu, harga daging sapi tidak pernah kembali normal.
"Jadi lonjakan harga daging sapi itu terjadi karena tahun lalu pemerintah mengurangi secara drastis dan mendadak pasokan sapi bakalan. Dan sejak saat itu harganya enggak pernah turun lagi," katanya di Kawasan Senayan, Jakarta, Sabtu (18/6/2016).
Situasi tersebut, sambung Lembong, diperburuk dengan sikap pemerintah yang lamban mengeluarkan izin impor sapi bakalan untuk 2016. Kuota impor yang seharusnya dikeluarkan 650 ribu ekor sekaligus di awal tahun, hanya dikeluarkan 150 ribu ekor. Padahal, sapi bakalan membutuhkan waktu penggemukan minimal selama empat bulan.
"Harusnya (izin impor dikeluarkan) 650ribu ekor sekaligus didepan. Supaya pelaku bisa mengukur timingnya. Awal tahun hanya sekitar 150 ribu ekor. Ini istilahnya sapi bakalan. Begitu masuk masih kurus dan melewati proses penggemukan. Biasanya empat bulan," imbuh dia.
Akibat minimnya impor sapi bakalan di awal tahun, kelangkaan sapi di Tanah Air pun terus berkelanjutan hingga saat ini. Sehingga, menjadi hal yang wajar jika harganya di pasaran menjadi melejit.
Menurut Lembong, kebijakan pemerintah yang mendadak mengurangi impor sapi bakalan di pertengahan tahun lalu atas alasan karena pemerintah berkeinginan mewujudkan swasembada daging sapi. Sayangnya, cara yang diambil pemerintah instan sehingga swasembada daging sapi yang dicita-citakan pemerintah tidak tercapai.
"Meskipun November-Desember sudah sepakat keluarin 600 ribu impor bakalan, tapi dalam pelaksanaannya hanya 120 ribu ekor. Ini murni ketidakbecusan. Itu mengapa pak Wapres mengingatkan kepatuhan pada perencanaan yang ditetapkan. Yang harus kita ingat selalu itu kepatuhan, jangan sampai pada pelaksanaan kita tidak patuh," tandasnya.
Dia mengatakan, pada tahun lalu importasi sapi yang biasanya sekitar 160 ribu ekor sapi hidup per kuartal, tiba-tiba dipangkas habis-habisan menjadi hanya 50 ribu ekor per kuartal. Sejak saat itu, harga daging sapi tidak pernah kembali normal.
"Jadi lonjakan harga daging sapi itu terjadi karena tahun lalu pemerintah mengurangi secara drastis dan mendadak pasokan sapi bakalan. Dan sejak saat itu harganya enggak pernah turun lagi," katanya di Kawasan Senayan, Jakarta, Sabtu (18/6/2016).
Situasi tersebut, sambung Lembong, diperburuk dengan sikap pemerintah yang lamban mengeluarkan izin impor sapi bakalan untuk 2016. Kuota impor yang seharusnya dikeluarkan 650 ribu ekor sekaligus di awal tahun, hanya dikeluarkan 150 ribu ekor. Padahal, sapi bakalan membutuhkan waktu penggemukan minimal selama empat bulan.
"Harusnya (izin impor dikeluarkan) 650ribu ekor sekaligus didepan. Supaya pelaku bisa mengukur timingnya. Awal tahun hanya sekitar 150 ribu ekor. Ini istilahnya sapi bakalan. Begitu masuk masih kurus dan melewati proses penggemukan. Biasanya empat bulan," imbuh dia.
Akibat minimnya impor sapi bakalan di awal tahun, kelangkaan sapi di Tanah Air pun terus berkelanjutan hingga saat ini. Sehingga, menjadi hal yang wajar jika harganya di pasaran menjadi melejit.
Menurut Lembong, kebijakan pemerintah yang mendadak mengurangi impor sapi bakalan di pertengahan tahun lalu atas alasan karena pemerintah berkeinginan mewujudkan swasembada daging sapi. Sayangnya, cara yang diambil pemerintah instan sehingga swasembada daging sapi yang dicita-citakan pemerintah tidak tercapai.
"Meskipun November-Desember sudah sepakat keluarin 600 ribu impor bakalan, tapi dalam pelaksanaannya hanya 120 ribu ekor. Ini murni ketidakbecusan. Itu mengapa pak Wapres mengingatkan kepatuhan pada perencanaan yang ditetapkan. Yang harus kita ingat selalu itu kepatuhan, jangan sampai pada pelaksanaan kita tidak patuh," tandasnya.
(dol)