Bos BEI: Asing Masih Percaya Pasar Saham RI di Tengah Brexit
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menerangkan, kondisi pasar saham Indonesia masih kuat di tengah hantaman efek keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa (UE). Menurutnya kepercayaan investor dinilainya masih tinggi kepada RI.
"Asing ini menarik. Mereka percaya pasar saham Indonesia masih bagus," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (27/6/2016).
(Baca Juga: Efek Brexit ke Pasar Saham Indonesia Masih Berlanjut)
Tito menjelaskan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat merosot 2% detik-detik jelang hasil referendum Inggris lebih karena faktor psikologis. Sebab, asing pada penutupan perdagangan hari itu tercatat melakukan nett buy.
"Saya percaya ini psikologikal untuk negara-negara di luar Eropa. Yang menarik kita turun kemarin, tapi asing positif buying Rp600 miliar, jadi asing malah nett buy gede," katanya.
Kendati asing melakukan beli bersih cukup banyak, kata dia, bukan berarti turunnya IHSG akhir pekan lalu akibat aksi jual investor lokal. Adapun Inggris sendiri baru resmi keluar dari Uni Eropa 2 tahun setelah hasil keputusan referendum.
"Penurunan dari investor lokal? Saya harus mengatakan bukan karena lokal jual, prinsipnya positif buying. Yang menarik pada tanggal 24 sebenarnya secara teorinya Brexit itu kan Inggris efektifnya keluar 2 tahun," katanya.
Dampak keluarnya Inggris, lanjut dia akan lebih dirasakan negara-negara di Eropa. Di Indonesia tidak terlalu terasa karena nilai ekspor masih bagus dan neraca perdagangan positif. "Di Inggris dan Eropa lebih besar pengaruhnya. Di Indonesia kan bedanya ekspor USD150 juta (tahun lalu). Perdagangan kita positif per tahun," pungkasnya.
"Asing ini menarik. Mereka percaya pasar saham Indonesia masih bagus," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (27/6/2016).
(Baca Juga: Efek Brexit ke Pasar Saham Indonesia Masih Berlanjut)
Tito menjelaskan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat merosot 2% detik-detik jelang hasil referendum Inggris lebih karena faktor psikologis. Sebab, asing pada penutupan perdagangan hari itu tercatat melakukan nett buy.
"Saya percaya ini psikologikal untuk negara-negara di luar Eropa. Yang menarik kita turun kemarin, tapi asing positif buying Rp600 miliar, jadi asing malah nett buy gede," katanya.
Kendati asing melakukan beli bersih cukup banyak, kata dia, bukan berarti turunnya IHSG akhir pekan lalu akibat aksi jual investor lokal. Adapun Inggris sendiri baru resmi keluar dari Uni Eropa 2 tahun setelah hasil keputusan referendum.
"Penurunan dari investor lokal? Saya harus mengatakan bukan karena lokal jual, prinsipnya positif buying. Yang menarik pada tanggal 24 sebenarnya secara teorinya Brexit itu kan Inggris efektifnya keluar 2 tahun," katanya.
Dampak keluarnya Inggris, lanjut dia akan lebih dirasakan negara-negara di Eropa. Di Indonesia tidak terlalu terasa karena nilai ekspor masih bagus dan neraca perdagangan positif. "Di Inggris dan Eropa lebih besar pengaruhnya. Di Indonesia kan bedanya ekspor USD150 juta (tahun lalu). Perdagangan kita positif per tahun," pungkasnya.
(akr)