Total E&P Akui Mulai Rem Investasi di Blok Mahakam
A
A
A
JAKARTA - Total E&P Indonesie mengakui telah menurunkan besaran investasi di Blok Mahakam selama dua tahun terakhir. Namun, penurunan investasi tersebut tidak ada kaitannya dengan kontrak Total yang berakhir pada 2017.
President and General manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono menuturkan, investasi Total dan Inpex sejak 2015 menurun cukup signifikan karena jatuhnya harga minyak dunia. Total Group sejak awal 2014 melancarkan program penghematan bernama 4C & D (Change Culture, Compete on Cost and Deliver) yang berlaku di semua afiliasinya di seluruh dunia. Sehingga, Total E&P Indonesie pun melaksanakannya.
"Dengan penurunan harga minyak yang terjadi sejak Oktober 2014, usaha efisiensi dan penghematan tersebut semakin diperlukan untuk bertahan agar aktifitas operasional untuk menahan penurunan produksi tetap ekonomis," katanya seperti dalam keterangan resmi di Jakarta.
Oleh sebab itu, sambung dia, Total pun akhirnya meneliti seluruh rencana investasi pada 2015 dan 2016. Alhasil, perusahaan migas asal Perancis ini pun berhasil menghemat di semua lini dengan tanpa mengorbankan keselamatan kerja dan integritas fasilitas produksi (safety).
"Pada sisi yang lain, program penghematan ini mendorong kami menjadi inovatif sehingga penurunan produksi di Blok Mahakam berhasil dikendalikan dan bagus," imbuh dia.
Dalam initial budget pada Work Plan and Budget (WP&B) 2016, kata Hardy, target produksi inlet gas adalah 1423 MMscfd. Sementara, pada WP&B revisi 2016, SKK Migas menetapkan target produksi adalah 1572 MMscfd dan produksi berpotensi lebih tinggi lagi.
"Artinya dengan investasi yang berkurang itu kami dapat tetap baik dalam berproduksi dan bahkan bisa lebih tinggi dari initial target. Jadi, penurunan investasi pada 2015 mau pun 2016 lebih dikarenakan kami menyesuaikan diri dengan anjloknya harga minyak dunia sehingga nilai keekonomian harus tercapai, dan bukan karena kontrak akan berakhir pada 31 Desember 2017 seperti yang diberitakan media," pungkasnya.
President and General manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono menuturkan, investasi Total dan Inpex sejak 2015 menurun cukup signifikan karena jatuhnya harga minyak dunia. Total Group sejak awal 2014 melancarkan program penghematan bernama 4C & D (Change Culture, Compete on Cost and Deliver) yang berlaku di semua afiliasinya di seluruh dunia. Sehingga, Total E&P Indonesie pun melaksanakannya.
"Dengan penurunan harga minyak yang terjadi sejak Oktober 2014, usaha efisiensi dan penghematan tersebut semakin diperlukan untuk bertahan agar aktifitas operasional untuk menahan penurunan produksi tetap ekonomis," katanya seperti dalam keterangan resmi di Jakarta.
Oleh sebab itu, sambung dia, Total pun akhirnya meneliti seluruh rencana investasi pada 2015 dan 2016. Alhasil, perusahaan migas asal Perancis ini pun berhasil menghemat di semua lini dengan tanpa mengorbankan keselamatan kerja dan integritas fasilitas produksi (safety).
"Pada sisi yang lain, program penghematan ini mendorong kami menjadi inovatif sehingga penurunan produksi di Blok Mahakam berhasil dikendalikan dan bagus," imbuh dia.
Dalam initial budget pada Work Plan and Budget (WP&B) 2016, kata Hardy, target produksi inlet gas adalah 1423 MMscfd. Sementara, pada WP&B revisi 2016, SKK Migas menetapkan target produksi adalah 1572 MMscfd dan produksi berpotensi lebih tinggi lagi.
"Artinya dengan investasi yang berkurang itu kami dapat tetap baik dalam berproduksi dan bahkan bisa lebih tinggi dari initial target. Jadi, penurunan investasi pada 2015 mau pun 2016 lebih dikarenakan kami menyesuaikan diri dengan anjloknya harga minyak dunia sehingga nilai keekonomian harus tercapai, dan bukan karena kontrak akan berakhir pada 31 Desember 2017 seperti yang diberitakan media," pungkasnya.
(akr)