Mudik, Uang Ratusan Triliun Pulang Kampung ke Desa
A
A
A
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) memperkirakan dana yang mengalir ke desa tahun ini mencapai Rp200 triliun yang dibawa oleh pemudik dalam perayaan Idul Fitri 2016. Dana ini dinilai akan berdampak positif bagi geliat ekonomi di daerah tertinggal dan perdesaan.
“Dana desa dan dana mudik ini akan memicu ekonomi daerah tertinggal, termasuk di Kawasan Timur Indonesia (KTI),” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Kawasan Timur Indonesia H. Andi Karumpa dalam keterangan tertulis, Senin (4/7/2016).
Dia memperkirakan akan ada lebih dari Rp120 triliun dana yang mudik ke daerah dan desa-desa. Dana tersebut datang dari kota-kota besar dan remitansi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Diperkirakan sebanyak lebih dari 26 juta pemudik tahun ini.
“Kalau rata-rata membawa pulang sekitar Rp3 sampai 4 juta kalikan saja dengan 26 juta ditambah dengan dana remitansi TKI kita bisa mencapai lebih dari Rp120 triliun yang mengalir ke desa,” jelasnya
Andi mengatakan, ekonomi daerah tertinggal akan semakin menggeliat dengan hal tersebut. Sebab selain dana tersebut, tahun ini pemerintah juga mengalokasikan dana sebesar Rp60 triliun untuk dana desa di seluruh Indonesia.
Dengan demikian, dana yang mengalir ke daerah dan desa-desa tahun ini bisa mencapai Rp200 triliun. Geliat ekonomi ini, lanjut dia akan memicu permintaan di daerah-daerah dan menciptakan peluang bisnis. ”Geliat bisnisnnya akan terasa sampai ke desa-desa,” paparnya.
Meski demikian, pemerintah perlu mewaspadai ancaman inflasi akibat tingginya permintaan itu. Sebab itu, ancaman inflasi itu perlu dijawab dengan perbaikan infrastruktur desa.
“Jadi pasokan likuiditas ke daerah dibiarkan saja mengalir, tapi infrastruktur ke desa-desa yang diperbaiki, agar akses ke produsen lancar. Sehingga harga-harga terkendali,” sambung dia.
Melihat besarnya dana yang mengalir ke desa tiap tahun, Andi mengharapkan pemerintah membuat strategi khusus membangun perekonomian pedesaan. Misalnya, menjadikan desa sebagai pusat produksi penunjang kawasan industri dan ekonomi perkotaan.
“Desa-desa bisa dijadikan penyangga kawasan industri dan ekonomi perkotaan. Jadi, ketegantungan kepada desa makin besar, makin bagus. Bukan sebaliknya desa sangat tergantung kepada kawasan industri dan perkotaan,” pungkas Andi.
“Dana desa dan dana mudik ini akan memicu ekonomi daerah tertinggal, termasuk di Kawasan Timur Indonesia (KTI),” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Kawasan Timur Indonesia H. Andi Karumpa dalam keterangan tertulis, Senin (4/7/2016).
Dia memperkirakan akan ada lebih dari Rp120 triliun dana yang mudik ke daerah dan desa-desa. Dana tersebut datang dari kota-kota besar dan remitansi tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Diperkirakan sebanyak lebih dari 26 juta pemudik tahun ini.
“Kalau rata-rata membawa pulang sekitar Rp3 sampai 4 juta kalikan saja dengan 26 juta ditambah dengan dana remitansi TKI kita bisa mencapai lebih dari Rp120 triliun yang mengalir ke desa,” jelasnya
Andi mengatakan, ekonomi daerah tertinggal akan semakin menggeliat dengan hal tersebut. Sebab selain dana tersebut, tahun ini pemerintah juga mengalokasikan dana sebesar Rp60 triliun untuk dana desa di seluruh Indonesia.
Dengan demikian, dana yang mengalir ke daerah dan desa-desa tahun ini bisa mencapai Rp200 triliun. Geliat ekonomi ini, lanjut dia akan memicu permintaan di daerah-daerah dan menciptakan peluang bisnis. ”Geliat bisnisnnya akan terasa sampai ke desa-desa,” paparnya.
Meski demikian, pemerintah perlu mewaspadai ancaman inflasi akibat tingginya permintaan itu. Sebab itu, ancaman inflasi itu perlu dijawab dengan perbaikan infrastruktur desa.
“Jadi pasokan likuiditas ke daerah dibiarkan saja mengalir, tapi infrastruktur ke desa-desa yang diperbaiki, agar akses ke produsen lancar. Sehingga harga-harga terkendali,” sambung dia.
Melihat besarnya dana yang mengalir ke desa tiap tahun, Andi mengharapkan pemerintah membuat strategi khusus membangun perekonomian pedesaan. Misalnya, menjadikan desa sebagai pusat produksi penunjang kawasan industri dan ekonomi perkotaan.
“Desa-desa bisa dijadikan penyangga kawasan industri dan ekonomi perkotaan. Jadi, ketegantungan kepada desa makin besar, makin bagus. Bukan sebaliknya desa sangat tergantung kepada kawasan industri dan perkotaan,” pungkas Andi.
(akr)