BPD Jaga Peran Penggerak Ekonomi Daerah

Selasa, 19 Juli 2016 - 23:07 WIB
BPD Jaga Peran Penggerak Ekonomi Daerah
BPD Jaga Peran Penggerak Ekonomi Daerah
A A A
JAKARTA - Bank Pembangunan Daerah (BPD) harus menjaga perannya sebagai motor penggerak perekonomian daerah. Peran ini sangat signifikan dalam mendorong pemerataan ekonomi sehingga tidak hanya terpusat di Jakarta atau pulau Jawa.

Koran SINDO mengapresiasi kerja keras BPD dengan penghargaan Bank Pembangunan Daerah (BPD) 2016. Penghargaan ini dilakukan untuk mengapresiasi kinerja perbankan daerah dalam membangun kawasan ekonomi regional di Indonesia.

Proses penilaian dilakukan setidaknya untuk tujuh bank yang mengikuti proses penjurian. Ketujuh bank tersebut yaitu BJB, Bank Sulselbar, Bank Jambi, Bank NTT, Bank Riau Kepri, Bank Sulawesi Selatan, Bank Sumsel Babel, dan Bank Jatim. Malam apresiasi akan dilaksanakan di Hotel Kempinski, Jakarta.

Ketua tim dewan juri ialah bankir senior, yang juga mantan Ketua Perbanas, Sigit Pramono mengapresiasi Koran Sindo dalam acara penghargaan yang pertama kali digelar ini. Menurutnya peran Koran Sindo sangat penting karena telah peduli terhadap kinerja BPD. Hal ini menurutnya sangat baik dan dirinya mendukung penjurian tersebut karena pembangunan tidak bisa hanya dilakukan di Jakarta atau Jawa. BPD harus menjadi pusat pembangunan di daerah. “BPD harus menjaga visi dan misi awal dibentuknya sebagai bank pembangunan di daerah. Semangat ini yang harus dijaga. Karena banyak bank umum lain yang mampu sekedar menyalurkan kredit konsumtif. Tapi BPD harus lebih dari itu,” ujar Sigit usai penjurian kemarin di Gedung Sindo, Jakarta.

Dia menjelaskan penilaian tim juri pada visi CEO untuk membangun daerah melalui kiprah BPD dan keunikannya dibandingkan bank umum lainnya. “Selalu ada orang yang punya mimpi besar untuk jangka panjang. Karena ini untuk pembangunan, yang berarti akan dijalankan dalam jangka panjang. Kegiatan ini baru pertama kali ini, namun sebagai awal yang sangat baik,” ujarnya.

Sementara juri lainnya, CEO The Finance Research, Eko B. Supriyanto, menilai ada dua tipe BPD yaitu yang tumbuh dan tidak tumbuh. Menurutnya ada BPD yang terpukau dengan kucuran dana daerah sehingga tidak mengantisipasi apabila ada perubahan kebijakan. Hal ini langsung berdampak negatif dalam kinerja finansial BPD. Hal ini ditambah lagi dengan BPD di wilayah yang selama ini mengandalkan komoditas lalu ternyata ada penurunan harga global.

“BPD yang tumbuh ialah yang siap mengantisipasi dana pemda yang tidak turun lalu bisa mengganti dengan dana murah. Disamping itu juga ada tantangan daerah karena penurunan komoditas, juga biaya bagi daerah kepulauan yang biayanya tinggi karena antar pulau tapi duitnya sedikit. Mereka yang berhasil tumbuh berkualitas harus diacungi jempol. Hal ini sebagaimana kedepannya BPD sebagai regional champion banking,” ujar Eko, dalam kesempatan yang sama.

Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Riau Kepri Irvandi Gustari mengatakan pihaknya mengapresiasi program ini karena dapat meningkatkan kinerja perbankan daerah. Dirinya mengakui memiliki visi jangka panjang dengan menargetkan akan melakukan IPO atau melantai di bursa saham. Hal ini demi menjadi bank BUKU III dengan modal Rp5 triliun. Tahun ini perseroan menargetkan modal dapat mencapai Rp3,5 triliun.”Saya harapkan lebih banyak lagi yang terlibat dalam program ini," kata Irvandi.

Dirut PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jambi M Yani mengatakan program penghargaan ini bagus karena setiap bank dapat mereview dan punya bahan untuk melangkah lebih lanjut. Dirinya mengatakan perseroan siap membangun Jambi dengan target pembiayaan untuk infrastruktur jalan tol dalam model sindikasi mencapai Rp400 miliar tahun ini.

“Meskipun kredit konsumtif masih dominan untuk pegawai daerah namun pertumbuhan sektor produktif juga dinaikkan. Pertumbuhan jangka panjang kami dengan perbaiki internal dari finansial, SDM, serta prosedur yang baik. Nantinya kami bisa masuk ke pasar uang untuk NCD tenor tiga tahun. Kami sedang konsolidasi sambil tumbuh untuk dorong laba 25% di tahun depan dari tahun ini 17% dengan fondasi yang bagus. Suntikan modal tahun ini kami dapatkan Rp60 miliar untuk menjadi buku II,” ujar Yani.

Direktur Utama Bank Jatim, R Soeroso mengatakan di tahun ini melakukan pengembangan pada sektor teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Menuntut dari sektor-sektor yang akan dikembangkan, saat ini pengembangan sektor SDM merupakan hal utama yang harus segera dilakukan oleh perbankan.

"Untuk Bank Jatim ada tiga inovasi, yaitu SDM, teknologi, dan kebijakan strategi bisnis. Ketiga inilah yang saya kembangkan. Tentunya yang utama adalah strategi peningkatan SDM," jelasnya.

Menurut Soeroso, persoalan utama yang dimiliki oleh Bank Jatim saat ini adalah kaderisasi. Padahal, butuh banyak anak muda untuk menyelaraskan program pengembangan teknologi yang telah dicanangkan. Untuk itu, Bank Jatim menargetkan, 60% pegawainya pada 2017 akan diisi oleh anak muda. Para pemuda ini nantinya akan mengisi kekosongan jabatan dari para pegawai yang telah pensiun.

"Saya ingin lakukan kaderisasi dari sekarang. Pada 2017, 60% pegawai akan diisi oleh anak muda karena orang tua sulit untuk diatur," jelasnya.

Diharapkan pengembangan teknologi dapat secara cepat dilakukan. Peningkatan pertumbuhan pembiayaan pun diharapkan juga dapat meningkat dengan adanya sektor teknologi yang mempermudah masyarakat untuk mengakses layanan perbankan.

Sementara Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) mengatakan tahun ini siap menggenjot penyaluran kredit produktif dengan UMKM dan komersil. Direktur Utama BJB Ahmad Irfan mengatakan pihaknya akan mengandalkan proyek APBN dan APBD dalam kegiatan membangun infrastruktur di Jawa Barat dan secara nasional.

“Kami naikkan target kredit infrastruktur 15% dari tahun lalu. Proyek nasional juga kami dukung, tidak hanya Jabar dan Banten,” ujar Irfan.

Dia berharap dengan acara semacam ini, perseroan akan semakin dipercaya di level nasional dan internasional karena melihat kinerja positif. Hal ini terlihat dari pertumbuhan laba hingga Juni 2016 mencapai 130%.

“Saya sebagai CEO hanya memotivasi dengan strategi yang tepat. Bulan Juni justru kami jadikan target tertinggi supaya berikutnya lebih mudah. Pencapaian ini berarti lebih mudah belakangnya, karena strategi menggunakan kurva S dan bukan kurva linear seperti lazimnya,” terangnya.

Dia juga akan mengupayakan pertumbuhan usaha UMKM. Pasalnya, UMKM selama ini diyakini dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam rangka mempermudah pengembangan sektor usaha UMKM, BJB telah menurunkan suku bunga kredit bagi UMKM. Bahkan, suku bunga kredit tersebut berada di bawah bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang saat ini dipatok 9%.

"BJB punya misi sebagai penggerak roda ekonomi daerah. Kita salurkan kredit untuk UMKM sebagai program ekonomi terpadu. Ada bunga 8,3% program kredit," tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7233 seconds (0.1#10.140)