Membangun Masyarakat, Syarat RI Agar Bersaing di Ekonomi Global
A
A
A
MEDAN - Membangun masyarakat menjadi syarat mutlak bagi Indonesia agar bisa bersaing dalam ekonomi global. Hal itu disampaikan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo (HT) saat berbagi ilmu, pengalaman dan wawasan di Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Sumatera Utara, Kamis (21/7).
"Kalau kita ingin membangun Indonesia agar bisa bersaing secara efektif di ekonomi global, mau tidak mau kita harus membangun masyarakat. Supaya penggerak ekonomi kita makin banyak setiap tahunnya. Disitu kita akan lebih cepat menjadi negara maju, dan lebih bisa bersaing dengan negara-negara lain," ujar HT.
Dia menambahkan jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat di dunia. Tetapi disayangkan dari 250 juta lebih penduduk, jumlah pembayar pajak sangat rendah yakni hanya 1 juta lebih.
"Ekonomi kita hanya ditopang oleh sebagian kecil masyarakat. Kenapa? Karena jumlah masyarakat mapan di Indonesia itu tidak banyak. Karena Indonesia terlalu cepat mengadopsi liberalisme, kapitalisme," katanya.
Pria asal Jawa Timur itu menuturkan, saat liberalisme atau kapitalisme diterapkan di negara yang mayoritas masyarakatnya tertinggal secara kesejahteraan dan pendidikan, pertumbuhan ekonomi hanya akan terkonsentrasi pada kalangan elit saja. Indonesia kata HT, harus segera mengubah strategi pembangunan ekonominya.
"Selama struktur dari pembangunan ekonomi tidak diubah, sulit bagi Indonesia untuk bersaing di ekonomi global, karena kita hanya ditopang oleh sedikit masyarakat yang produktif," ucapnya.
Menurutnya harus ada keberpihakan terhadap masyarakat ekonomi lemah agar mempercepat pertumbuhan mereka, sehingga bisa naik kelas di antaranya dengan memberikan akses modal yang murah dan mudah, pelatihan keterampilan dan pendampingan, serta perlindungan.
"Kalau jumlahnya masyarakat menengah ke atas makin besar, otomatis penggerak ekonomi makin banyak. Mereka akan membangun ekonomi nasional," ungkap pria yang menyelesaikan pendidikan S2-nya di Kanada itu.
Lanjut dia hal itu sudah dibuktikan China. Negeri Panda itu memberikan perlakuan khusus kepada masyarakat yang belum mapan. UMKM misalnya, diberikan kemudahan akses modal dengan bunga murah, pelatihan dan proteksi dengan tidak diikutkan dalam pasar bebas hingga mereka naik kelas.
“Apa yang terjadi? Setiap tahun kalangan menengah atas di China jumlahnya makin besar, sehingga dalam 30 tahun mampu tumbuh rata-rata sekitar 9% per tahun. Orang yang punya kekayaan di atas USD 1 juta, di China lebih banyak daripada di Amerika Serikat,” pungkasnya.
"Kalau kita ingin membangun Indonesia agar bisa bersaing secara efektif di ekonomi global, mau tidak mau kita harus membangun masyarakat. Supaya penggerak ekonomi kita makin banyak setiap tahunnya. Disitu kita akan lebih cepat menjadi negara maju, dan lebih bisa bersaing dengan negara-negara lain," ujar HT.
Dia menambahkan jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat di dunia. Tetapi disayangkan dari 250 juta lebih penduduk, jumlah pembayar pajak sangat rendah yakni hanya 1 juta lebih.
"Ekonomi kita hanya ditopang oleh sebagian kecil masyarakat. Kenapa? Karena jumlah masyarakat mapan di Indonesia itu tidak banyak. Karena Indonesia terlalu cepat mengadopsi liberalisme, kapitalisme," katanya.
Pria asal Jawa Timur itu menuturkan, saat liberalisme atau kapitalisme diterapkan di negara yang mayoritas masyarakatnya tertinggal secara kesejahteraan dan pendidikan, pertumbuhan ekonomi hanya akan terkonsentrasi pada kalangan elit saja. Indonesia kata HT, harus segera mengubah strategi pembangunan ekonominya.
"Selama struktur dari pembangunan ekonomi tidak diubah, sulit bagi Indonesia untuk bersaing di ekonomi global, karena kita hanya ditopang oleh sedikit masyarakat yang produktif," ucapnya.
Menurutnya harus ada keberpihakan terhadap masyarakat ekonomi lemah agar mempercepat pertumbuhan mereka, sehingga bisa naik kelas di antaranya dengan memberikan akses modal yang murah dan mudah, pelatihan keterampilan dan pendampingan, serta perlindungan.
"Kalau jumlahnya masyarakat menengah ke atas makin besar, otomatis penggerak ekonomi makin banyak. Mereka akan membangun ekonomi nasional," ungkap pria yang menyelesaikan pendidikan S2-nya di Kanada itu.
Lanjut dia hal itu sudah dibuktikan China. Negeri Panda itu memberikan perlakuan khusus kepada masyarakat yang belum mapan. UMKM misalnya, diberikan kemudahan akses modal dengan bunga murah, pelatihan dan proteksi dengan tidak diikutkan dalam pasar bebas hingga mereka naik kelas.
“Apa yang terjadi? Setiap tahun kalangan menengah atas di China jumlahnya makin besar, sehingga dalam 30 tahun mampu tumbuh rata-rata sekitar 9% per tahun. Orang yang punya kekayaan di atas USD 1 juta, di China lebih banyak daripada di Amerika Serikat,” pungkasnya.
(akr)