Waspadai Pelemahan Lanjutan Nilai Tukar Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Masih cenderung melemahnya sejumlah mata uang terhadap dolar Amerika Serikat (USD) berimbas pada pergerakan rupiah. Ditambah lagi dengan tetapnya BI rate yang dipersepsikan kurang memberikan dorongan pada laju rupiah.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menilai kondisi saat ini masih memungkinkan BI rate berada di level sekarang. "Apalagi, bulan depan juga akan berubah level reference rate-nya. Sehingga, perubahan akan dilakukan saat itu dengan melihat kondisi ekonomi dalam negeri. Waspadai akan pelemahan lanjutan rupiah," ujarnya di Jakarta, Senin (25/7/2016).
Dia menjelaskan, laju rupiah akhir pekan lalu hampir mendekati target area resisten Rp13.058/USD, namun gagal bertahan. Reza memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran level Rp13.150/USD-Rp13.062/USD.
Sementara, masih tertekannya pergerakan USD di awal pekan kemarin terlihat dari menguatnya EUR serta GBP terhadap USD, kembali membuat mata uang Eropa tersebut melanjutkan penguatannya di awal pekan.
Masih belum adanya sentimen signifikan yang mampu memengaruhi pergerakan, baik USD maupun mata uang lainnya membuat jalannya perdagangan cenderung konsolidasi. Hanya mata uang Turki yang terdepresiasi sekitar 5% terhadap USD merespons adanya gejolak politik setempat.
Adanya berita proyeksi ADB terhadap ekonomi Indonesia di angka 5,2%, serta stabilnya harga komoditas pangan nasional yang berimbas pada penurunan angka kemiskinan hanya ditanggapi mendatar.
Jelang diumumkannya BI Rate, sikap pelaku pasar cenderung wait and see untuk mengetahui arahan kebijakan moneter Bank Indonesia. Sehingga, membuat rupiah masih belum mampu keluar dari zona konsolidasinya, bahkan cenderung melemah.
Sementara itu, USD bergerak variatif di mana mampu menguat tipis terhadap EUR dan menguat terhadap JPY, namun melemah terhadap GBP. Di sisi lain, melemahnya Lira Turki yang berimbas pada mata uang emerging market lainnya serta masih melemahnya harga komoditas turut berimbas pada mata uang rupiah.
"Laju rupiah sempat menguat tajam di level Rp13.030/USD sebelum akhirnya kembali melemah tipis imbas adanya aksi ambil untung. GBP juga terlihat melemah terhadap USD seiring sikap pesimisme IMF dan Komisi Eropa terhadap outlook ekonomi Inggris dan global," pungkas Reza.
Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menilai kondisi saat ini masih memungkinkan BI rate berada di level sekarang. "Apalagi, bulan depan juga akan berubah level reference rate-nya. Sehingga, perubahan akan dilakukan saat itu dengan melihat kondisi ekonomi dalam negeri. Waspadai akan pelemahan lanjutan rupiah," ujarnya di Jakarta, Senin (25/7/2016).
Dia menjelaskan, laju rupiah akhir pekan lalu hampir mendekati target area resisten Rp13.058/USD, namun gagal bertahan. Reza memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran level Rp13.150/USD-Rp13.062/USD.
Sementara, masih tertekannya pergerakan USD di awal pekan kemarin terlihat dari menguatnya EUR serta GBP terhadap USD, kembali membuat mata uang Eropa tersebut melanjutkan penguatannya di awal pekan.
Masih belum adanya sentimen signifikan yang mampu memengaruhi pergerakan, baik USD maupun mata uang lainnya membuat jalannya perdagangan cenderung konsolidasi. Hanya mata uang Turki yang terdepresiasi sekitar 5% terhadap USD merespons adanya gejolak politik setempat.
Adanya berita proyeksi ADB terhadap ekonomi Indonesia di angka 5,2%, serta stabilnya harga komoditas pangan nasional yang berimbas pada penurunan angka kemiskinan hanya ditanggapi mendatar.
Jelang diumumkannya BI Rate, sikap pelaku pasar cenderung wait and see untuk mengetahui arahan kebijakan moneter Bank Indonesia. Sehingga, membuat rupiah masih belum mampu keluar dari zona konsolidasinya, bahkan cenderung melemah.
Sementara itu, USD bergerak variatif di mana mampu menguat tipis terhadap EUR dan menguat terhadap JPY, namun melemah terhadap GBP. Di sisi lain, melemahnya Lira Turki yang berimbas pada mata uang emerging market lainnya serta masih melemahnya harga komoditas turut berimbas pada mata uang rupiah.
"Laju rupiah sempat menguat tajam di level Rp13.030/USD sebelum akhirnya kembali melemah tipis imbas adanya aksi ambil untung. GBP juga terlihat melemah terhadap USD seiring sikap pesimisme IMF dan Komisi Eropa terhadap outlook ekonomi Inggris dan global," pungkas Reza.
(izz)