Bank Indonesia Memprediksi Inflasi Juli 0,74%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi laju inflasi sepanjang Juli 2016 relatif rendah, hanya sebesar 0,74%, yang membuat inflasi tahun berjalan dari Januari hingga Juli sebesar 1,8%.
BI menyebut, tekanan inflasi di dua pekan terakhir Juli menurun drastis. Survei menunjukkan, pada pekan pertama inflasi sebesar 1,2% dan turun di pekan kedua menjadi 1,18%.
”Tekanan dari harga barang terkoreksi dan terjadi penurunan. Jadi, seperti telur ayam itu turun dan ini membuat inflasi yang tadinya di minggu ketiga kita perkirakan 1%, sekarang ini 0,74%,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Sabtu (30/7/2016).
Namun, tekanan inflasi di sisa waktu pekan terakhir Juli ini, kata Agus, tetap akan datang dari komoditas harga pangan bergejolak seperti bawang merah dan varietas cabai.
Dia pun meminta pemerintah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tetap waspada. Dengan prediksi inflasi tahun berjalan di 1,8%, inflasi tahunan pada Juli 2016 di sekitar 3,6%. Bank Sentral ingin menjangkar inflasi 2016 berada di kisaran 3-5%, tak jauh dari target yang dipatok pemerintah untuk inflasi sebesar 4%.
BI memperkirakan, tekanan inflasi pada sisa tahun akan terus melemah, setelah melewati puncaknya pada tren konsumsi tinggi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada Juni dan awal Juli 2016. Ke depan, BI melihat tekanan inflasi baru akan deras ketika puncak musim kemarau basah atau La Nina yang bisa mengganggu distribusi barang dan juga produksi.
Selain itu, tren konsumsi tinggi pada akhir tahun menjelang Natal 2016 dan liburan panjang akhir tahun. Inflasi menjadi indikator ekonomi makro yang dijaga BI untuk memastikan stabilitas perekonomian tetap sehat.
BI menyebut, tekanan inflasi di dua pekan terakhir Juli menurun drastis. Survei menunjukkan, pada pekan pertama inflasi sebesar 1,2% dan turun di pekan kedua menjadi 1,18%.
”Tekanan dari harga barang terkoreksi dan terjadi penurunan. Jadi, seperti telur ayam itu turun dan ini membuat inflasi yang tadinya di minggu ketiga kita perkirakan 1%, sekarang ini 0,74%,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Sabtu (30/7/2016).
Namun, tekanan inflasi di sisa waktu pekan terakhir Juli ini, kata Agus, tetap akan datang dari komoditas harga pangan bergejolak seperti bawang merah dan varietas cabai.
Dia pun meminta pemerintah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tetap waspada. Dengan prediksi inflasi tahun berjalan di 1,8%, inflasi tahunan pada Juli 2016 di sekitar 3,6%. Bank Sentral ingin menjangkar inflasi 2016 berada di kisaran 3-5%, tak jauh dari target yang dipatok pemerintah untuk inflasi sebesar 4%.
BI memperkirakan, tekanan inflasi pada sisa tahun akan terus melemah, setelah melewati puncaknya pada tren konsumsi tinggi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada Juni dan awal Juli 2016. Ke depan, BI melihat tekanan inflasi baru akan deras ketika puncak musim kemarau basah atau La Nina yang bisa mengganggu distribusi barang dan juga produksi.
Selain itu, tren konsumsi tinggi pada akhir tahun menjelang Natal 2016 dan liburan panjang akhir tahun. Inflasi menjadi indikator ekonomi makro yang dijaga BI untuk memastikan stabilitas perekonomian tetap sehat.
(ven)